Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari’at
yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam
amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan
cabang. Yang tertinggi adalah ucapan لاَ اِلَهَ اِلاَّ لله
الإِيْماَنُ أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَِئكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ والْيَوْمِ
اْلآخِرِوَتُؤْمِنَ بِالْقَدِرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
”Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya,
kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan percaya kepada taqdirNya, yang
baik dan yang buruk.”
Rukun Iman ada enam, yaitu :
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya
4. Iman kepada para Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhirat,
6. Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk. Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]
Dan firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar”. [Al-Qomar : 49]
PENGERTIAN:
1 Iman kepada Allah. Subhanallohu wa Ta’ala
mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga harus mengimani uluhiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala artinya Allah adalah Ilaah (sembahan) Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil
1 Iman kepada Allah. Subhanallohu wa Ta’ala
mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga harus mengimani uluhiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala artinya Allah adalah Ilaah (sembahan) Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil
Dan kita mengimani keesaan Allah Subhanallohu
wa Ta’aladalam hal itu semua, artinya bahwa Allah Subhanallohu wa Ta’ala tiada
sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah, maupun dalam
Asma’ dan sifat-Nya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi serta semua yang ada di
antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beridat
kepada-Nya. Adakah kamu
mengetahui ada sesuatu yang sama
dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS. Maryam: 65)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
2.
Iman kepada para Malaikat-Nya.
mengimani para malaikat Allah yakni
dengan meyakini kebenaran adanya para malaikat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: ”Sebenarnya
(malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, tidak pernah mereka
itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-anbiya: 26-27)
Mereka diciptakan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, maka mereka beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ” …Dan malaikat-malaikat yang
disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh untuk beribadah kepada-Nyadan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada
henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya: 19-20).
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya.
mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta’ala telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat
umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya,
dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan
kebersihan jiwa mereka dari kemuysrikan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang
artinya:
”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul
kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama
mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan… “
(QS. Al-Hadid: 25)
Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal
ialah :
·
Taurat, yang
Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam, sebagaimana firman Allah dalam
QS Al-Maidah: 44.
·
Zabur, ialah
kitab yang diberikan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala kepada Daud alaihi
sallam.
·
Injil,
diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman
Allah : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi petunjuk
dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai
petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
·
Shuhuf, (lembaran-lembaran)
yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu Wassalam.
·
Al-Quran,
kitab yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan kepada Nabi Muhammad shalallohu
‘alahi wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda antara yang haq dan yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
4.
Iman kepada para Rasul-Nya
mengimani bahwa Allah Subhanahu
Wa Ta’ala telah mengutus rasul-rasul kepada
umat manusia, Firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang artinya: ” (Kami
telah mengutus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita genbira dan pemberi
peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya)
rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa:
165).
Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah
nabi Nuh dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad shalallohu ‘alahi wa sallam,
semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua. Firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang artinya: ”Sesungguhnya Kami telahmewahyukan kepadamu
sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi yang (datang)
sesudahnya…” (QS. An-Nisa: 163).
5.
Iman kepada hari Akhir
Kita mengimani kebenaran hari akhirat,
yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain sesudah hari tersebut.
Untuk itu kita mengimani kebangkitan,
yaitu dihidupannya semua mahkluk yang sesudah mati oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya:”Dan ditiuuplah
sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada di bumi
kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi,
maka tiba-tiba mereka bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS.
Az-Zumar: 68)
Kita mengimani adanya catatan-catatan
amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan
ada yang mengambilnya dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya
dengan tangan kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah
dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak
celakalah aku dan dia akan masuk neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq:
13-14).
6.
Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk.
Kita juga mengimani qadar (takdir) , yang
baik dan yang buruk; yaitu ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh
mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan menurut hikmah kebijakan-Nya.
Iman
kepada qadar ada empat tingkatan:
1.
‘Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
2.
Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
3.
Masyi’ah
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
4.
Khal
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat tingkatan ini meliputi apa yang
terjadi dari Allah Subhanahu
Wa Ta’ala sendiri dan apa yang
terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa
ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan
dikehendaki serta diciptakan oleh Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
heryanto_6444@ymail.com