Selasa, 19 Maret 2013

Riyadhus Shalihin (bahasa Indonesia) opat



(Taman Orang-Orang Shalih)
IMAM NAWAWI
4

PAKAIAN

1. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Pakailah pakaian berwarna putih! Karena itu adalah sebaikbaiknya
pakaian. Dan kafanilah orang yang meninggal dunia
di antara kalian dengan kain putih.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)

2. Dari Sumurah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Pakailah pakaian berwarna putih. Karena pakaian putih
adalah pakaian yang paling suci dan paling baik. Dan
kafanilah orang yang meninggal di antara kalian dengan kain
putih!” (HR. An-Nasa’I dan Al-Hakim)

3. Dari Al-Barra bin Azib ra., ia berkata: “Tubuh Rasulullah SAW,
berukuran sedang. Saya pernah melihat beliau mengenakan
kain merah, dan belum pernah melihat orang yang lebih
tampan dari beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra., ia berkata: “Saya
melihat Nabi SAW, di Mekkah. Beliau berada di Abthah dalam
sebuah tenda berwarna merah terbuat dari kulit. Kemudian
keluar dengan membawa tempat air wudhu’ Nabi SAW, ada
orang yang membasahi diri dan ada yang hanya mengambil
sedikit dari air wudhu’ itu. Nabi SAW, keluar dengan pakaian
berwarna merah, terlihat putih betisnya. Beliau berwudhu’
dan Bilal beradzan, sayapun memperhatikan mulutnya yang
ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan: “HAYYA ‘ALASH
SHOLAAH” menoleh ke kanan, dan bila mengucapkan:
“HAYYA ‘ALAL FALAAH” menoleh ke kiri. Kemudian
ditancapkan tangkat di muka nabi SAW, dan beliau
melaksanakan sholat. Dan tiada anjing atau keledai lewat
didepannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abu Rimtsah Rifaah at-Taimiy ra., ia berkata: “Saya
pernah melihat Rasulullah SAW, memakai dua baju yang
hijau.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

6. Dari Jabir ra., ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW, memasuki
kota mekkah pada hari penaklukkannya, beliau memakai
sorban hitam.” (HR. Muslim)

7. Dari Abu Said Amr Huraits ra., ia berkata: “Seakan-akan saya
masih melihat Rasulullah SAW, memakai sorban hitam yang
ujungnya di lepas antara kedua bahunya.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah SAW, berkhutbah
menggunakan sorban hitam.”

8. Dari Aisyah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, dikafani dengan
tiga lembar kain putih dari kapas buatan Sahul, tanpa baju
qamis dan sorban. (HR. Bukhari dan Muslim)

9. Dari Aisyah ra., ia berkata: “Suatu pagi Rasulullah SAW,
keluar mengenakan pakaian yang bergambar kendaraan
terbuat dari bulu hitam.” (HR. Muslim)

10. Dari Al-Mughirah bin Syu’bah ra., ia berkata: “Suatu
malam, ketika saya berada dalam perjalanan bersama
Rasulullah SAW, beliau bertanya: “Apakah kamu membawa
air?” Saya menjawab:”Ya”, kemudian beliau turun dari
kendaraannya dan berjalan dalam kegelapan malam sampai
tidak terlihat. Beliau datang, dan saya telah persiapkan air
pada tempatnya. Kemudian beliau membasuh muka, sedang
beliau mengenakan jubah dari wol. Beliau terlihat susah sekali
mengeluarkan kedua lengannya, hingga saya membantu
mengeluarkannya dari bawah, kemudian beliau membasuh
kedua lengan dan mengusap kepalanya. Sesudah itu saya
bermaksud melepas kedua sepatunya, tetapi beliau bersabda:
“Biarkan, tidak usah dilepas, karena saya memakainya dalam
keadaan suci.” Beliau pun mengusap kedua sepatunya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

SUNNAT MEMAKAI KEMEJA PANJANG

1. Dari Ummu Salamah ra., ia berkata: “Pakaian yang paling
disukai Rasulullah SAW, adalah gamis (kemeja panjang)” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi)

HARAM MENURUNKAN PAKAIAN KARENA
SOMBONG

1. Dari Asma’ binti Yazid Al Anshariyah ra., ia berkata : “Lengan
kemeja Rasulullah saw. Hanya sampai pergelangan tangan.”
(HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

2. Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Nabi saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki
karena sombong, maka pada hari kiamat nanti Allah tidak
akan melihatnya.” Kemudian Abu Bakar ra. berkata : “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kain saya selalu turun sampai di
bawah mata kaki, kecuali apabila saya sangat berhati-hati.”
Rasulullah saw. bersabda kepadanya : “Sesungguhnya kamu
tidaklah termasuk orang-orang yang berbuat semacam itu
karena sombong.” (HR. Bukhari)

3. Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda
: ”Nanti pada hari kiamat Allah tidak akan melihat orang yang
menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : ”Kain
yang berada di bawah mata kaki, adalah bagian dari api
neraka.” (HR. Bukhari)

5. Dari Abu Dzar ra. Dari Nabi saw., beliau bersabda : ”Ada tiga
kelompok manusia yang kelak pada hari kiamat Allah tidak
akan mengajak bicara mereka, Allah tidak akan melihat
mereka dan tidak pula mengampuni dosa mereka; dan
mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” Rasulullah saw.
mengucapkan kalimat itu tiga kali. Kemudian Abu Dzar
berkata : ”Amatlah kecewa dan rugi mereka itu. Siapakah
mereka wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab :” yaitu orang
yang menurunkan kainnya, orang yang suka menyebutnyebut
pemberiannya dan orang yang menjual barang
dagangannya menggunakan sumpah palsu.” (HR. Muslim)

6. Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : ”Orang
yang menurunkan kain, kemeja dan sorbannya; barangsiapa
yang memanjangkan sesuatu karena sombong, maka kelak
pada hari kiamat Allah tidak akan melihat kepadanya.” (HR.
Abu Dawud dan Nasa’i)

7. Dari Abu Jurayz (Jabir) bin Sulaim ra., ia berkata : ”Saya
melihat seseorang yang pendapatnya selalu diikuti oleh orang
banyak, apapun yang dikatakannya pasti diikuti mereka.”
Saya bertanya: ”Siapakah orang itu?” Para sahabat
menjawab: ”Itu adalah Rasulullah saw.” Saya mengucapkan
”ALAIKASSALAAMU YAA RASULULLAAH dua kali.” Kemudian
beliau bersabda : ”Janganlah kamu mengucapkan
ALAIKASSALAM, karena ucapan ALAIKASSALAAM adalah
salam untuk orang yang sudah meninggal, tetapi ucapkanlah
ASSALAAMU’ALAIKUM.” Jabir bertanya : ”Benarkah engkau
utusan Allah?” Beliau menjawab: ”Ya, aku adalah utusan
Allah, Zat yang apabila kamu tertimpa suatu musibah
kemudian kamu berdo’a kepada-Nya, niscaya Dia akan
menghilangkan musibah yang menimpa kamu. Apabila kamu
tertimpa paceklik, kemudian kamu berdoa kepada-Nya,
niscaya Dia akan segera menumbuhkan tanaman untuk kamu.
Apabila kamu berada di tengah gurun pasir atau tanah
lapang, kemudian kendaraanmu atau ternakmu hilang lantas
kamu berdo’a kepada-Nya, niscaya Dia akan
mengembalikannya kepadamu.” Jabir berkata kepada beliau:
”Berilah saya nasehat.” Beliau bersabda : ”Janganlah kamu
sekali-kali memaki seseorang.” Jabir berkata: ”Maka setelah
itu saya tidak pernah memaki orang merdeka, budak, onta
dan kambing.” Beliau juga bersabda: ”Janganlah kamu sekalikali
meremehkan sesuatu kebaikan dan berkatalah kepada
temanmu dengan muka yang manis. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk kebaikan. Dan tinggikanlah kainmu
sampai pada pertengahan betis dan kalau kamu enggan,
maka boleh sampai pada kedua mata kaki. Janganlah kamu
menurunkan kain itu melebihi mata kaki karena itu termasuk
perbuatan sombong dan sesungguhnya Allah tidak suka pada
sifat sombong. Dan apabila ada seseorang memaki dan
mencela kamu dengan apa yang dia ketahui tentang dirimu,
maka janganlah kamu mencelanya dengan apa yang kamu
ketahui tentang dirinya, karena sesungguhnya akibat dari caci
maki itu akan kembali kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan
Turmudzi)

8. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : ”Pada suatu ketika ada
seseorang salat dengan kain yang sampai di bawah mata
kaki, maka Rasulullah saw. bersabda : ”Pergilah dan
berwudhu-lah.” Ia pun pergi dan berwudhu.” Maka ada
seseorang bertanya: ”Wahai Rasulullah, mengapa engkau
menyuruh orang itu melakukan wudhu kemudian engkau
diamkan?” Beliau bersabda: ”Karena ia salat dengan memakai
kain sampai di bawah mata kaki. Sesungguhnya Allah tidak
akan menerima salat seseorang yang memakai kain sampai di
bawah mata kaki.” (HR. Abu Dawud)

9. Dari Qais bin Basyir At Taghlibi, ia berkata: Ayah yang
menjadi teman dekat Abu Darda’ memberitahukan kepadaku
dimana ia berkata: ”Di Damaskus ada seseorang sahabat Nabi
saw. yang bernama Ibnu Hanzhaliyah, ia adalah orang yang
senang menyendiri, jarang sekali duduk-duduk bersama
orang lain, kecuali untuk salat. Apabila selesai salat ia terus
membaca tasbih dan takbir sehingga pulang ke rumahnya.”
Ketika kami berada di tempat Abu Darda’ ia lewat, maka Abu
Darda’ berkata kepadanya: ”Sampaikanlah suatu kalimat yang
bermanfaat bagi kami dan tidak merugikan kamu.” Ia
berkata: ”Rasulullah saw. mengutus suatu pasukan, kemudian
setelah kembali salah seorang di antara mereka duduk pada
suatu majlis yang mana di situ ada Rasulullah saw. Ia berkata
kepada seseorang yang berada di sampingnya: ”Bagaimana
pendapatku ketika kami berhadapan dengan musuh, maka
seorang dari kami menyerang musuh dan setelah menikam
musuh lalu ia berkata: ”Rasulullah tikaman diriku dan aku
adalah pemuda Ghifar?” Orang yang berada di sampingnya
berkata :”Menurut pendapatku orang tadi selalu hilang
pahalanya.” Orang lain yang mendengar apa yang
dikatakannya ia berkata, ”Menurut pendapatku orang itu tidak
apa-apa (masih tetap pahalanya).” Maka bertengkarlah kedua
orang itu sehingga Rasulullah saw. mendengar, kemudian
beliau bersabda :”Maha Suci Allah, tidak apa-apa ia tetap
mendapat pahala dan tetap terpuji.” Saya melihat Abu Darda’
nampak gembira sekali dan mengangkat kepalanya ditujukan
kepada Ibnu Hanzhaliyah serta bertanya :”Apakah kamu
mendengar sendiri keterangan itu dari Rasulullah saw.? Ibnu
Hanzhaliyah menjawab:”Ya.” Abu Darda mengulang-ulang
pertanyaan itu kepadanya sehingga saya berkata :”Ia benarbenar
minta berkah pada kedua lututnya.” Ayah berkata lagi
:”Pada saat yang lain ia lewat, maka Abu Darda’ berkata
kepadanya :”Sampaikanlah satu kalimat yang bermanfaat
untuk kami dan tidak merugikan kamu.” Ia berkata
:”Rasulullah saw. bersabda kepada kami :”Orang yang
memberi belanja untuk kudanya itu bagaikan orang yang
membentangkan tangannya dengan sedekah, ia tidak
menggenggamkan tangannya itu.” Pada saat yang lain ia
lewat, maka Abu Darda’ berkata :”Sampaikanlah satu kalimat
yang bermanfaat untuk kami dan tidak merugikan kamu.” Ia
berkata :”Rasulullah saw. bersabda : ”Sebaik-baik orang
adalah Khuraim Al Usaidy, seandainya ia tidak berambut
panjang dan tidak menurunkan kainnya sampai di bawah
mata kaki.” Setelah berita itu terdengar oleh Khuraim maka ia
langsung mengambil pisau untuk memotong rambutnya
sampai sebatas kedua telinganya dan menaikkan kainnya
sampai ke pertengahan kedua betisnya.” Pada saat yang lain
ia lewat, maka Abu Darda’ berkata kepadanya :
”Sampaikanlah satu kalimat yang bermanfaat untuk kami dan
tidak merugikan kamu.” Ia berkata :”Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : ”Sesungguhnya kamu sekalian
akan kembali kepada saudara-saudaramu, maka perbaikilah
kendaraanmu dan baguskanlah pakaianmu sehingga kamu
seolah-olah merupakan tahi lalat yang menjadi hiasan
manusia. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang kotor, baik dalam pakaiannya maupun perbuatannya.”
(HR. Abu Dawud)

10. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra. ia berkata : Rasulullah
saw. bersabda :”Kain sarung seorang muslim adalah sampai
pertengahan betisnya. Dan tidaklah berdosa jika sampai pada
diantara betis dan kedua mata kaki. Sedangkan yang sampai
di bawah mata kaki itu adalah bagian neraka. Dan
barangsiapa yang menurunkan kain sarungnya sampai di
bawah mata kaki karena sombong maka kelak Allah tidak
akan melihat kepadanya.” (HR. Abu Dawud)

11. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata :”Saya berjalan di depan
Rasulullah saw. sedangkan kain saya terlalu rendah,
kemudian beliau bersabda :”Wahai Abdullah, naikkanlah
kainmu itu.” Maka saya pun menaikkannya. Beliau bersabda
lagi :”Naikkan lagi.” Maka sayapun menaikan kain sesuai
dengan petunjuk itu.”Ada orang yang bertanya :”Sebatas
mana kamu menaikkan?” Abdullah menjawab :”Sebatas
pertengahan kedua betis.”(HR. Muslim)

12. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Rasulullah saw.
Bersabda :”Barangsiapa yang menurunkan kainnya karena
sombong, maka kelak pada hari kiamat Allah tidak melihat
kepadanya.” Salamah bertanya: ”Maka bagaimana cara
wanita menurunkan tepi kain mereka?” Beliau bersabda
:”Diturunkan sejengkal.” Salamah berkata :”Kalau begitu,
telapak kaki mereka terbuka?” Beliau bersabda :”Boleh
diturunkan sehasta, tidak boleh lebih dari itu.” (HR. Abu
Dawud dan Turmudzi)

Sunnat Tidak Mengenakan Pakaian
Mewah

1. Dari Mu’adz bin Anas ra. bahwasannya Rasulullah saw.
bersabda :”Barangsiapa yang meninggalkan pakaian mewah
karena tawadhu’ (merendahkan diri) kepada Allah padahal ia
mampu untuk membelinya, maka kelak pada hari kiamat
Allah memanggilnya di hadapan para makhluk, untuk disuruh
memilih pakaian iman sekehendaknya untuk dipakainya.”
(HR. Turmudzi)

2. Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya ra., ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda :”Sesungguhnya Allah suka
melihat bekas nikmat-Nya kepada hamba-Nya.” (HR.
Turmudzi)

HARAM MEMAKAI SUTERA BAGI LAKI-LAKI

1. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda :”Janganlah kamu sekalian memakai kain sutera,
karena sesungguhnya orang yang memakainya di dunia,
maka kelak di akhirat ia tidak akan memakainya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : ”Sesungguhnya orang yang
memakai kain sutera (ketika di dunia) adalah orang yang
tidak akan mendapat bagian kelak (di akhirat).” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dan di dalam riwayat Bukhari dikatakan :”Orang yang tidak akan
mendapat bagian kain sutera kelak di akhirat.”

3. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda
:”Barangsiapa yang memakai kain sutera di dunia, maka tidak
akan memakainya kelak di akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Ali ra., ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw.
memegang kain sutera di tangan kanannya, dan memegang
emas di tangan kirinya, kemudian bersabda :”Sesungguhnya
dua benda ini adalah haram bagi umatku yang laki-laki.” (HR.
Abu Dawud)

5. Dari Abu Musa Al Asy’ariy ra. bahwasannya Rasulullah saw.
bersabda :”Diharamkan memakai kain sutera dan emas bagi
umatku yang laki-laki dan dihalalkan bagi umatku yang
perempuan.” (HR. Turmudzi)

6. Dari Hudzaifah ra., ia berkata :”Nabi saw. telah melarang
kami untuk minum dan makan menggunakan bejana emas
dan perak dan juga melarang memakai kain sutera baik yang
tipis maupun yang tebal serta melarang duduk di atasnya.”
(HR. Bukhari)

Boleh Memakai Sutera Karena Gatalgatal

1. Dari Anas ra., ia berkata :”Rasulullah saw. telah memberikan
kemurahan kepada Zubair dan Abdurrahman bin ’Aur ra.
untuk memakai kain sutera karena menderita penyakit gatalgatal.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

LARANGAN DUDUK DI ATAS KULIT BINATANG
BUAS

1. Dari Mu’awiyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda
:”Janganlah kamu sekalian duduk di atas kain sutera dan
jangan pula di atas kulit harimau.” (HR. Abu Dawud)

2. Dari Abu Al Malih dari ayahnya ra., bahwasannya Rasulullah
saw. melarang duduk pada kulit binatang buas.” (HR. Abu
Dawud, Turmudzi dan Nasa’i)
Dan di dalam riwayat Turmudzi dikatakan :”Beliau melarang
menghamparkan kulit binatang buas untuk diduduki.”

DOA MEMAKAI PAKAIAN DAN BARANG BARU

1. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., ia berkata :”Rasulullah saw.
apabila memakai baju, sorban, kemeja atau selendang yang
baru, maka beliau memberinya nama dan berdoa:
ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA KASAUTANIIHI AS-ALUKA
KHAIRAHU WA KHAIRA MAA SHUNI’A LAHU WAA’UUDZUBIKA
MIN SYARRIHI WASYARRI MAA SHUNI’A LAHU (Ya Allah,
segala puji bagi-Mu, Engkau yang telah memberiku pakaian.
Saya memohon kepada-Mu akan kebaikan pakaian ini dan
kebaikan yang dibuat untuknya, dan saya berlindung diri
kepada-Nya akan kejelekan pakaian ini dan kejahatan yang
diperbuat untuknya.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

TATA CARA TIDUR DAN BERBARING

1. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata :”Apabila Rasulullah
saw. berada di tempat tidurnya dan hendak tidur, maka beliau
miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: ALLAAHUMMA
ASLAMTU NAFSII ILAIKA WAWAJJAHTU WAJHII ILIKA
WAFAWADLTU AMRII ILAIKA WA-ALJA’TU ZHARII ILAIKA
RAGHBATAN WARAHBATAN ILAIKA LAA MALJA-A WALAA
MANJAA ILLAA ILAIKA. AAMANTU BIKITAABIKALLADZI
ANZALTA WANABIYYIKAL LADZI ARSALTA (Ya Allah, saya
menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku
kepada-Mu dan menyandarkan punggungku kepada-Mu, dan
menyerahkan semua urusan kepada-Mu dengan penuh harap
dan rasa takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-
Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dan
(beriman) dengan nabi-Mu yang Engkau utus.” (HR. Bukhari)

2. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda kepadaku :”Apabila kamu hendak tidur maka
berwudhulah lebih dulu seperti wudhumu untuk shalat,
kemudian berbaringlah pada pinggangmu yang kanan dan
bacalah doa ini – yaitu sama seperti doa yang telah
disebutkan di atas – Dalam hadis ini, Nabi saw. juga bersabda
:”Jadikanlah bacaan doa itu sebagai akhir dari semua
perkataanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari ’Aisyah ra., ia berkata: Nabi saw. biasa mengerjakan
salat malam sebelas rakaat, dan jika fajar telah menyingsing
maka beliau salat dua rakaat yang tidak terlalu lama,
kemudian berbaring pada pinggang sebelah kanan sampai
muazzin datang mengumandangkan azan Subuh.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

4. Dari Hudzaifah ra., ia berkata :”Apabila Nabi saw. hendak
tidur pada waktu malam, maka beliau meletakkan tangannya
di bawah pipinya, kemudian berdoa : ALLAAHUMMA BISMIKA
AMUUT WA AHYAA (Ya Allah, atas nama-Mu saya mati dan
saya hidup). Dan apabila bangun, beliau berdoa : ALHAMDU
LILLAAHI LADZI AHYAANAA BA’DAMAA AMAATANAA
WAILAIHIN NUSYUUR (Segala puji bagi Allah, Zat yang
menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan hanya
kepada-Nyalah kami dibangkitkan.” (HR. Bukhari)

5. Dari Ya’isy bin Thaikhfah Al-Ghifariy ra., ia berkata: Ayah
saya berkata :”Pada waktu saya tiduran menelungkup di
dalam masjid tiba-tiba ada seseorang menggerakkan saya
dengan kakinya dan berkata :”Tidur semacam ini adalah tidur
yang dimurkai (dibenci) oleh Allah.” Dan ketika saya lihat,
ternyata orang itu adalah Rasulullah saw.” (HR Abu Dawud)

6. Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda
:”Barangsiapa yang duduk dalam suatu majelis kemudian ia
tidak zikir kepada Allah Ta’ala, maka ia akan mendapatkan
kerugian di hadapan Allah. Dan barangsiapa yang berbaring
kemudian ia tidak berzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia juga
akan mendapatkan kerugian di hadapan Allah.” (HR. Abu
Dawud)

7. Dari Abdullah bin Yazid ra. Bahwasannya ia melihat Rasulullah
saw. terlentang di masjid dengan meletakkan salah satu dari
kedua kakinya pada kaki yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

POSISI TIDUR YANG DIPERBOLEHKAN

1. Dari Jabir bin Samurah ra., ia berkata :“Apabila Nabi saw.
telah selesai salat Subuh, maka beliau duduk bersila dengan
baiknya sampai matahari terbit.” (HR. Abu Dawud)

2. Dari Ibnu Samurah ra., ia berkata :”Saya melihat Rasulullah
saw. berada di halaman Ka’bah sedang duduk mendekapkan
lutut dengan kedua tangannya begini.” Ia menggambarkan
cara duduk itu dengan kedua tangannya.” (HR. Bukhari)

3. Dari Qalilah binti Makhramah ra., ia berkata :”Saya melihat
Nabi saw. duduk dengan merapatkan paha ke perut dan
mendekapkan tangan ke betisnya. Ketika saya melihat
Rasulullah saw. duduk dengan khusyuk saya merasa cemas
untuk meninggalkan beliau.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

4. Dari Asy Syirid bin Suwaid ra., ia berkata: Rasulullah saw.
melewati saya, sedangkan saya baru duduk dengan
meletakkan tangan kiri ke belakang dan saya bersandar pada
telapak tangan, kemudian beliau bersabda :”Mengapa kamu
duduk seperti duduknya orang yang dimurkai (dibenci) oleh
Allah?” (HR. Abu Dawud)

ADAB-ADAB KESOPANAN DALAM MAJLIS DAN
KAWAN DUDUK

1. Dari Ibnu Umar ra,. Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu sekalian
membangkitkan seseorang dari tempat duduknya, kemudian
ia duduk pada tempatnya itu, tetapi hendaklah kamu sekalian
memperluas untuk memberi tempat.” Dan bagi Ibnu Umar,
apabila ada seseorang bangkit dari tempat duduknya dan
Ibnu Umar dipersilahkan untuk duduk pada tempat itu, maka
ia tidak mau duduk pada tempat itu.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila salah seorang dari kamu sekalian bangkit dari
tempat duduknya kemudian ia kembali lagi, maka ia adalah
orang yang paling berhak untuk menempati tempat tersebut.”
(H.R Muslim)

3. Dari Jabir bin Samurah ra. Ia berkata : “Apabila kami datang
kepada Nabi saw. , maka salah seorang di antara kamu duduk
dimana ia sampai.” (H.R Abu dawud dan Turmudzi)

4. Dari Abu Abdullah (Salman) Al Farisiy ra, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada seorangpun yang
mandi pada hari Jumat, kemudian bersuci dengan sempurna
dan memakai minyak atau memakai harum-haruman yang
ada di rumahnya, kemudian pergi ke masjid dan tidak
memisahkan antara dua orang yang sudah duduk lebih dulu,
kemudian salat sebagaimana yang telah ditentukan, serta
memperhatikan imam yang sedang berkhutbah, melainkan
diampuni dosa-dosanya yang diperbuat antara hari itu sampai
jumat berikutnya.” (H.R Bukhari )

5. Dari Amr bin Sya`aib dari ayahnya dari kakeknya,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Seseorang tidak
diperbolehkan memisahkan antara dua orang (Yang duduk
lebih dulu) kecuali dengan izin keduanya.” (H.R Abu Dawud
dan Tirmidzi)
Dalam riwayat Abu Dawud : “Tidak boleh seseorang duduk di antara
dua orang, kecuali dengan izin keduanya.

6. Dari Hudzaifah bin Al Yaman ra. bahwasanya Rasulullah saw.
mengutuk orang yang berada di tengah-tengah lingkaran
majelis. (H.R Abu Dawud)

7. Dari Abu Mijlaz, bahwasanya ada seseorang duduk di tengahtengah
lingkaran majelis, kemudian Hudzaifah berkata :
“Allah mengutuk orang yang duduk di tengah-tengah
lingkaran majelis melalui lisan Muhammad saw.” (H.R
Turmudzi)

8. Dari Abu Sa`id Al Khudriy ra, Ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “ Sebaik-baik majelis adalh majelis
yang lapang.” (H.R Abu Dawud)

9. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang duduk dalam suatu majelis dan dia banyak
beromong-omong, kemudian sebelum ia bangkit untuk
meninggalkan mahelin itu ia mengucapkan:
SUBHAANAKALLAAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU ALLA
ILAAHA ILAA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATTUBU ILAIKA (Maha
suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu saya bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, saya mohon ampun
dan bertaubat kepada –Mu) melainkan diampuni dosa yang
diperbuatnya selama ia duduk di dalam majelis itu.” (H.R
Turmudzi)

10. Dari Abu Barzah ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah
saw. Hendak bangkit untuk meninggalkan suatu majelis,
maka ucapan yang peling akhir diucapkannya adalah :
SUBHAANAKALLAAHUMMA WABIhAMDIKA ASYHADU ALLA
ILAAHA ILAA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATTUBU ILAIKA (Maha
suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu saya bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, saya mohon ampun
dan bertaubat kepada –Mu). Maka ada seseorang berkata :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengucapkan suatu
ucapan yang tidak biasa engkau baca pada waktu-waktu
sebelumnya.” Beliau bersabda : “Ucapan itu sebagai kaffarat
(pelebur) atas dosa yang diperbuat selama dalam majelis.”
(H.R Abu Dawud, dan diriwayatkan juga oleh Al Hakim Abu
Abdullah dari `Aisyah ra.)

11. Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata : “Jarang sekali
Rasulullah SAW bangkit dari suatu majelis sebelum membaca
doa-doa ini. :ALLAAHUMMAQSIM LANAA MIN KHASY-YATIKA
MAA TAHUULU BIHII BAINANAA WABAINA MA`SYIYATIKA,
WAMIN THAA`ATIKA MAA TUBALIGHUNAA BIHI JANNA-TAKA,
WAMINAL YAQIINI MAA TUHAWWINU BIHI`ALAINA MASHAAIBAD
DUN-YAA. ALLAAHUMMA MATTI`NA BI ASMAA`INAA WA
ABSHARARINAA WAQUWWATINAA MAA AHYAITANAA
WAJ`ALHU WAARITSA MINNAA WAJ`AL TSA`RANAA `ALAA
MAN ZHALAMANAA, WANSHURNAA`ALAA MAN `AADAANAA
WALAA TAJ`AL MUSHIIBATANAA FIDDIININAA WALAA
TAJ`ALI DUN-YA AKBARA HAMMINA WALAA
MABLAGHA`ILMINAA WALAA TUSALLITH `ALAINAA MAN LAA
YARHAMUNAA. ( Ya Allah, bagikanlah kepada kami dari rasa
takut kepada-Mu yaitu rasa yang dapat menghalangi kami
dari berbuat maksiat kepada-Mu, dan bagikanlah rasa takut
kepada-Mu yaitu rasa yang dapar mengantarkan kami ke
dalam surga-Mu, serta bagikanlah kepada kami rasa yakin
yaitu rasa yang dapat meringankan cobaan dunia yang
menimpa kami. Ya Allah puaskanlah kami dengan
pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami selama Engkau
masih memberi hidup kami, dan jadikanlah semua itu
mewarisi kami (jangan sampai semua itu ditinggalkan
sebelum kami meninggal). Balaslah orang yang berbuat
aniaya kepada kami, tolonglah kami dalam menghadapi
musuh-musuh kami. Janganlah Engkau menimpakan cobaan
dalam agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan dunia itu
sebagai tujuan utama kami atau sebagai puncak pengetahuan
kami; serta janganlah Engkau jadikan orang yang tidak
mempunyai rasa belas kasih terhadap kami menjadi
pemimpin kami.)” (.H.R Turmudzi)

12. Dari Abu Hurairah ra,. Ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Suatu kaum yang bangkit dari suatu majelis
dimana mereka berzikir kepada Allah Ta`ala ketika duduk,
maka mereka bangkit bagaikan bangkai keledai. Mereka
mendapat kerugian yang besar sekali.” (H.R Abu Dawud)

13. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Suatu kaum yang duduk di suatu majelis di mana mereka
tidak berzikir kepada Allah Ta`ala dan tidak pula membaca
salawat Nabi mereka maka mereka sungguh mendapatkan
kerugian, (tergantung Allah) apakah Ia menyiksa mereka atau
mengampuni mereka.” (H.R Turmudzi)

14. Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau
bersabda: “Barangsiapa yang duduk dalam suatu tempat
duduk kemudian ia tidak berzikir kepada Allah Ta`ala, maka
ia akan mendapat kerugian di hadapan Allah. Dan
barangsiapa yang berbaring kemudian ia tidak berzikir kepada
Allah Ta`ala, maka ia juga mendapat kerugian di hadapan
Allah.” (H.R Abu Dawud)

MIMPI

1. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Tidak ada lagi kenabian kecuali Al
Mubasysyirat.” Para sahabat bertanya: “Apakah Al
Mubasysyirat itu ? beliau menjawab: “Impian yang bagus.”
(H.R Bukhari)

2. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw, bersabda:
“Apabila hari kiamat telah dekat, maka impian orang mukmin
hampir tak pernah bohong, impian orang mukmin itu
merupakan satu dari empat puluh enam tanda kenabian.”
(H.R Bukhari dan Muslim)
Dan di riwayat lain dikatakan : “Sebenar-benar impianmu adalah
sebenar-benar kata-katamu.”

3. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka seakanakan
ia benar-benar melihat aku pada waktu terjaga, karena
setan itu tidak dapat menyerupai aku.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

4. Dari Abu Sa`id Al Khudriy ra, bahwasanya ia mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang di antara
kamu bermimpi dengan impian yang disukainya, maka
sesungguhnya impian itu dari Allah Ta`ala, oleh karena itu
hendaknya ia memuji kepada Allah dan menceritakannya
kepada orang lain.”
Dan di riwayat yang lain dikatakan : “Janganlah ia menceritakan
impian itu kecuali kepada orang yang disukainya.” Dan apabila
ia bermimpi dengan impian yang tidak disukainya maka
sesungguhnya impian itu dari setan, maka hendaklah ia berlindung
diri dari kejelekan impiannya dan janganlah ia menceritakan impian
itu kepada siapa pun juga, karena impian itu tidak akan
membahayakan dirinya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abu Qatadah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Impian yang bagus dan di dalam riwayat yang lain
dikatakan: Impian yang baik itu dari Allah, dan impian yang
buruk itu dari setan, oleh karena itu barangsiapa yang mimpi
sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia meniupkan
sebelah kiri tiga kali, dan hendaklah ia berlindung diri dari
setan (membaca ta`awudz, yaitu A`UUDZU BILLAHI
MINASYSYATHAANIR RAJIIM) ; sesungguhnya impian itu tidak
akan membahayakannya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

6. Dari Jabir ra. Dari Rasulullah SAW beliau bersabda : “Apabila
salah seorang di antara kamu bermimpi dengan sesuatu yang
tidak disukainya maka hendaklah ia meludah ke sebelah
kirinya tiga kali, dan hendaklah ia meludah berlindung diri
kepada Allah dari gangguan setan (membaca ta`awudz tiga
kali), dan hendaknya pula ia membalikkan diri dari tidurnya
semula.” (H.R Muslim)

7. Dari Abul Aqsa` Watsilah bin Al Aqsa` ra, ia berkata
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya termasuk sesuatu
yang amat tercela, apabila seseorang mengaku turunan selain
ayahnya, atau ia mendustakan impian yang tidak dilihatnya,
atau ia mengucapkan atas nama Rasulullah saw. apa yang
tidak beliau sabdakan.”(H.R Bukhari)

KEUTAMAAN SALAM DAN PERINTAH UNTUK
MENYEBARLUASKAN

1. Dari Abdullah bi Amr bin Ash. Bahwasanya ada seorang yang
bertanya kepada Rasulullah saw. : Bagaimanakah Islam yang
baik itu ? “ Beliau menjawab : “Yaitu kamu memberi
makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu
kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda :
“Tatkala Allah menciptakan Adam saw. Allah berfirman
kepadanya : “Pergilah dan ucapkan salam kepada para
malaikat yang sedang duduk itu, kemudian dengarkanlah
jawaban mereka kepadamu, karena sesungguhnya jawaban
itu merupakan penghormatan bagimu dan penghormatan bagi
anak cucumu.” Maka Adam mengucapkan:
“ASSALAMU`ALAIKUM” . mereka menjawab:
“ASSALAMU`ALAIKA WARAHMATULLAAH.” Mereka memberi
tambahan dengan : “WARAHMATULLAAH.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

3. Dari Ubadah Al Barra` bin `Azib ra. Ia berkata Rasulullah
saw. menyuruh kami untuk mengerjakan tujuh perbuatan,
yaitu menjenguk orang sakit, mengiringkan jenazah,
mendoakan orang yang bersin, menolong orang yang lemah,
membantu orang yang teraniaya, menyebarluaskan salam
dan menepati sumpah.” (H.R Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah bersabda :
“Kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum kamu
beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum kamu
saling mencintai. Maukah kamu sekalian aku tunjukkan
sesuatu yang apabila kamu mengerjakannya maka kamu
sekalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di
antara kamu sekalian.” (H.R Muslim)

5. Dari Abu Yusuf (Abdullah) bin salam ra, ia berkata : saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Hai sekalian manusia,
sebarkanlah salam, berikanlah makanan, hubungkanlah tali
persaudaraan, dan salatlah pada waktu manusia sedang tidur,
niscaya kamu sekalian masuk surga dengan selamat.” (H.R
Turmudzi)

6. Dari Tufail bin Ubay bin Ka`ab bahwasanya ia datang ke
tempat Abdullah bin Umar, kemudian mereka pergi bersamasama
ke pasar. Thufail berkata: “Ketika kami pergi bersamasama
ke pasar setiap melewati tukang rombeng, orang yang
menjual dagangannya, orang miskin, bahkan melewati siapa
saja, ia pasti mengucapkan salam kepadanya.” Thufail
berkata : “Pada suatu hari saya datang ke tempat Abdullah
bin Umar kemudian ia mengajak saya ke pasar, maka saya
berkata kepadanya: Apa yang akan kamu lakukan di pasar
nanti, karena kamu tidak akan membeli sesuatu, tidak akan
mencari sesuatu, tidak akan menawar sesuatu, dan tidak
akan duduk di pasar? Lebih baik kita duduk-duduk di sini dan
berbincang-bincang saja.” Abdullah menjawab: “Wahai Abu
Bathn (Disebut demikian karena Thufail mempunyai perut
yang besar.) Kita pergi ke pasar untuk menyebarluaskan
salam, kita mengucapkan salam kepada siapa saja yang kita
jumpai.” (H.R Malik)

TATA CARA MEMBERI SALAM

1. Dari Imran bin Al Hushain ra. Ia berkata : Ada seorang yang
datang kepada Nabi SAW dan mengucapkan :
“ASSALAAMU`ALAIKU,” maka salam itu dijawab oleh beliau,
dan ia duduk. Kemudian beliau bersabda: “Sepuluh.” Sesudah
itu datang lagi seseorang dan mengucapkan :
“ASSALAMU`ALAIKUM WARAHMATULLAAH.”, Salam itu
dijawab oleh beliau dan ia duduk, kemudian beliau bersabda :
“Dua Puluh.” Sesudah itu datang lagi seorang dan
mengucapkan salam: “ASSALAMU`ALAIKUM
WARAHMATULLAAHI WABARAAKATUH.” Salam dijawab oleh
beliau, dan ia duduk kemudian beliau bersabda: “Tiga puluh”.
(H.R Abu Dawud dan Tirmidzi)

2. Dari `Aisyah ra. Ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda
kepada saya: “Ini Jibril menyampaikan salam untuk kamu.”
Maka saya menjawab : “WA`ALAIHIS SALAAMU
WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

3. Dari Anas ra. Ia bahwasanya apabila Nabi saw. Mengatakan
suatu perkataan, beliau mengulanginya tiga kali, sehingga
benar-benar dapat dipahami. Dan apabila beliau mendatangi
suatu kaum maka beliau mengucapkan salam kepada mereka
sampai tiga kali.” (H.R Bukhari)

4. Dari Miqdad ra, di dalam hadisnya yang panjang ia berkata :
“Kami biasa menyediakan susu yang menjadi bagian Nabi
saw. apabila beliau datang pada waktu malam, beliau
mengucapkan salam yang tidak sampai membangunkan orang
tidur, tapi dapat didengar oleh orang yang jaga. Nabi biasa
datang dan mengucapkan salam sebagaimana biasanya.” (H.R
Muslim)

5. Dari Asma` binti Yazid ra, bahwasanya pada suatu hari
Rasulullah saw. melewati sekelompok wanita yang sedang
duduk di masjid, maka beliau melambaikan tangan dan
mengucapkan salam.” (H.R Turmudzi)

6. Dari Abu Juray Al Juhamiy ra, ia berkata: “Saya datang
kepada Rasulullah SAW dan mengucapkan : “ALAIKAS
SALAAMU YAA RASULULLAAH. Beliau menjawab : “Janganlah
engkau mengucapkan : “`ALAIKAS SALAAM, karena
sesungguhnya ucapan itu adalah salam untuk orang yang
sudah meninggal.” (H.R Abu Dawud dan Turmudzi)

ATURAN MEMBERI SALAM

1. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Orang yang naik kendaraan memberi salam kepada orang
yang berjalan, orang yang berjalan memberi salam kepada
orang yang duduk, orang yang sedikit memberi salam kepada
orang yang banyak.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dinyatakan: “Yang kecil (muda)
mengucapkan salam kepada yang besar (Tua).”

2. Dari Abu Ummah Muday bin Ajlan Al Bahiliy ra, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya seutama-utama
manusia menurut Allah adalah orang yang lebih dahulu
memberi salam” (H.R Abu Dawud)
Diriwayatkan oleh Turmudzi dari Abu Umamah : Ada seorang
bertanya kepada Rasulullah saw. : “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ada dua orang yang saling bertemu, maka siapakah
yang terlebih dahulu harus memberi salam?” Beliau menjawab :
“Orang yang lebih utama menurut Allah Ta`ala.”

SUNAT MENGULANGI SALAM JIKA BERULANG
KALI BERJUMPA

1. Dari Abu Hurairah ra, ketika menceritakan orang yang salah
salatnya, di mana ia datang dan salat, kemudian datang
kepada Nabi saw, dan mengucapkan salam, maka beliau
menjawab salamnya, kemudian bersabda: “Kembalilah kamu
dan salatlah karena sesungguhnya kamu belum salat.” Maka
ia pun kembali dan salat lagi,, kemudian datang dan
mengucapkan salam kepada Nabi, ia berbuat demikian sampai
tiga kali.” (H.R Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian bertemu dengan
saudaranya, maka hendaklah ia mengucapkan salam
kepadanya. Dan seandainya di antara keduanya terpisah oleh
pohon, dinding atau batu, kemudian bertemu kembali maka
hendaklah ia mengucapkan salam lagi.” (H.R Abu Dawud)

SUNAT MENGUCAPKAN SALAM BILA MASUK
RUMAH SENDIRI

1. Dari Anas ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda kepadaku
: “Hai anakku, apabila kamu datang kepada keluargamu maka
ucapkanlah salam. Niscaya kamu dan keluargamu mendapat
berkah.” (H.R Turmudzi)
MENGUCAP SALAM PADA ANAK-ANAK

1. Dari Anas ra, bahwasanya ia berjalan melewati anak-anak,
kemudian ia mengucapkan salam untuk mereka, serta
berkata: “Rasulullah saw, biasa melakukan hal yang demikian
ini.” (H.R Bukhari dan Muslim)

SALAM TERHADAP ISTERI DAN PARA WANITA

1. Dari Sahl bin Sa`ad ra, ia berkata : “Di tengah-tengah kami
ada seorang wanita, dan di dalam riwayat lain dikatakan:
“Ada seorang wanita tua yang biasa mencari rempah-rempah
kemudian dimasak dalam kuali dan dicampur dengan
gandum. Apabila kami selesai salat Jumat maka kami datang
ke tempatnya dan memberi salam kepadanya, kemudian ia
menghidangkan masakan itu kepada kami.” (H.R Bukhari )

2. Dari Ummu Hani’ Fahkitah binti Abi Thalib ra, ia berkata :
“Saya mendatangi Nabi saw, pada hari penaklukan kota
Mekkah, dimana pada waktu itu beliau sedang mandi dengan
ditutupi kain oleh Fatimah, kemudian saya mengucapkan
salam.”(H.R Muslim)

3. Dari Asma’ binti Yazud ra, ia berkata : “Nabi saw, berjalan
melewati sekelompok wanita kemudian beliau mengucapkan
salam kepada kami.” (H.R Turmudzi)

MENGUCAP DAN MENJAWAB SALAM ORANG
KAFIR

1. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda :
:Janganlah kamu sekalian memulai lebih dahulu
mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan orangorang
Nasrani. Apabila kamu sekalian bertemu dengan salah
satu di antara mereka di tengah jalan, maka berusahalah agar
ia menuju tempat yang sempit (Pinggiran jalan).” (H.R
Muslim)

2. Dari Anas ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Apabila
ahli kitab mengucapkan salam kepadamu sekalian maka
jawablah dengan “WA`ALAIKUM.” (H.R Bukhari dan Muslim)

3. Dari Usamah ra, bahwasanya Nabi saw, berjalan melewati
majelis yang di dalamnya terdapat orang-orang islam. Orangorang
musyrik yang menyembah berhala, serta orang-orang
Yahudi, kemudian Nabi saw. mengucapkan salam kepada
mereka “ (H.R Bukhari dan Muslim)

SUNNAT MENGUCAPKAN SALAM BILA AKAN
MENINGGALKAN

1. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kamu sekalian sampai
kepada suatu majelis, maka hendaklah ia mengucapkan
salam. Tidaklah yang pertama ia berhak daripada yang
terakhir.” (H.R Abu Dawud dan Turmudzi)

TATA CARA MINTA IZIN

1. Dari Abu Musa Al Asy`ariy ra, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Minta izin itu sampai tiga kali. Apabila diizinkan
maka masuklah kamu, dan apabila tidak diizinkan maka
pulanglah kamu.” (H.R Bukhari dan Muslim)

2. Dari Sahal bin Sa`ad ra, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya minta izin itu dijadikan ketentuan
karena untuk menjaga pandangan mata.”(H.R Bukhari dan
Muslim)

3. Dari Rabi’iy bin Hirasy, ia berkata : “Seseorang dari bani ‘Amir
menceritakan kepada kami sewaktu ia minta untuk masuk ke
rumah Nabi SAW dan waktu itu beliau berada di dalam
rumah. Orang itu mengucapkan : “Bolehkah saya masuk?”
Kemudian Rasulullah saw, bersabda kepada pelayannya:
“Keluarlah dan ajarkanlah kepada orang itu tentang tata cara
meminta izin, katakanlah kepadanya : “Ucapkanlah
Assalamu`alaikum, bolehkah saya masuk?” Orang itu
mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi, maka ia
mengucapkan : “Assalamu`alaikum, bolehkah saya masuk?”
Kemudian Nabi saw. memberi izin kepadanya, dan ia pun
terus masuk.” (H.R Abu Dawud)

4. Dari Kildah bin Hanbal ra, ia berkata : “Saya datang ke rumah
Nabi SAW dan langsung masuk tanpa mengucapkan salam,
kemudian Nabi saw bersabda : “Kembalilah, dan ucapkanlah :
“ASSALAMU`ALAIKUM, bolehkan saya masuk?” (H.R Abu
Dawud dan Turmduzi)

SUNNAT MENYEBUT NAMA BILA DITANYA :
SIAPA KAMU?

1. Dari Anas ra, di dalam hadis tentang Isra` yang telah
masyhur, di mana ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Kemudian Jibril membawa aku naik ke langit dunia dan minta
dibukakan pintu langit, ketika ditanya: “Siapa ini?” ia
menjawab : “Jibril”. Ditanya lagi : “Bersama siapa kamu?” ia
menjawab: “Muhammad” Kemudian ia naik ke langit kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya. Pada setiap pintu langit
ditanya : “Siapa ini?” Maka ia menjawab : “Jibril” (H.R Bukhari
dan Muslim)

2. Dari Abu Dzar ra, ia berkata : “Saya keluar pada suatu
malam, tiba-tiba saya bertemu dengan Rasulullah saw,
dimana beliau berjalan sendirian. Pada saat itu saya berjalan
dalam keadaan terang bulan, kemudian beliau menoleh dan
melihat saya, lalu bertanya : “Siapa ini?” Saya menjawab :
“Abu Dzar.” (H.R Bukhari dan Muslim)

3. Dari Ummu Hani’ ra, ia berkata : “Saya datang kepada Nabi
SAW dan beliau sedang mandi dan ditutupi kain oleh Fatimah,
kemudian beliau bertanya : “Siapa ini?” Saya menjawab :
“Ummu Hani” (H.R Bukhari dan Muslim)

4. Dari Jabir ra, ia berkata : Saya datang kepada Nabi SAW dan
mengetuk pintu, kemudian beliau bertanya : “Siapa ini?” Saya
menjawab : “Saya” Beliau bersabda : “Saya,saya”, seolah
beliau membenci ucapan itu.” (H.R Bukhari dan Muslim)

SUNNAT MENDOAKAN ORANG BERSIN BILA
MEMBACA HAMDALAH

1. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu suka pada orang bersin dan benci
pada menguap. Maka apabila salah seorang di antara kamu
bersin dan memuji Allah Ta`ala (Membaca hamdalah), maka
bagi setiap orang muslim yang mendengarnya wajib
mengucapkan : “YARHAMUKALLAH” (semoga Allah mengasihi
kamu). Adapun salah seorang di antara kamu sekalian
menguap, hendaklah ia menahan semampunya, karena
apabila salah seorang di antara kamu sekalian itu menguap
maka setan menertawakannya.” (H.R Bukhari)

2. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kamu sekalian bersin maka
hendaklah ia mengucapkan : “ALHAMDULILLAAH” (Segala puji
bagi Allah) dan hendaklah saudara atau kawannya
mengucapkan : “YARHAMUKALLAAH” (Semoga Allah
mengasihi kamu) , Apabila ada seorang yang mengucapkan :
“YARHAMUKALLAAH” maka hendaklah orang yang bersin
mengucapkan : “YAHDIKUMULLAAH WA YUSHLIH BAALAKUM”
(Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan semoga
Allah selalu menunjukkan kebaikan kepada hatimu.)” (H.R
Bukhari)

3. Dari Abu Musa ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Apabila salah seorang di antara kamu
sekalian bersin dan tidak memuji kepada Allah, maka
doakanlah ia, dan apabila ia tidak memuji Allah, maka
janganlah kamu mendoakannya.” (H.R Muslim)

4. Dari Anas ra, ia berkata : “Ada dua orang bersin di hadapan
Nabi saw, kemudian beliau mendoakan kepada salah seorang
di antara keduanya itu dan tidak mendoakan kepada yang
lain. Maka orang yang tidak didoakan berkata : “Si Fulan
bersin, engkau mendoakannya, dan saya bersin mengapa
tidak mendoakan saya?” Beliau bersabda : “Si Fulan ini
memuji kepada Allah, sedangkan kamu tidak memuji kepada
Allah.” (H.R Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : “Rasulullah saw, apabila
bersin, maka beliau meletakkan tangan dan mulutnya dan
beliau merendahkan atau menekan suaranya.” Perawi
bimbang. (H.R Abu Dawud dan Turmudzi)

6. Dari Abu Musa ra, ia berkata : “Orang-orang Yahudi bersin di
hadapan Rasulullah saw, dengan harapan agar beliau
mengucap : “YARHAMUKALLAAH”, tetapi beliau hanya
mengucapkan : YAHDIKUMULLAAH WA YUSLIH BAALAKUM.”
(H.R Abu Dawud dan Turmudzi)

7. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra, ia berkata : Rasulullah saw,
bersabda : “Apabila salah seorang di antara kamu sekalian
menguap, maka hendaklah ia menutupkan tangan pada
mulutnya, karena sesungguhnya setan akan masuk ke
mulutnya.” (H.R Muslim)
SUNNAT BERJABAT TANGAN DAN
MENUNJUKKAN KASIH SAYANG

1. Dari Abul Khaththab (Qatadah) ia berkata : “Saya bertanya
kepada Anas: “Apakah para sahabat saw. itu biasa berjabat
tangan?” ia menjawab : “Ya” (H.R Bukhari)

2. Dari Anas ra., ia berkata: “Ketika orang-orang dari negeri
Yaman datang, maka Rasulullah saw. bersabda: “Kini telah
datang penduduk kota Yaman dan mereka itulah orang yang
pertama kali datang dengan berjabat tangan.” (HR. Abu
Dawud)

3. Dari Al Barra’ ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dua
orang Islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan
maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya
berpisah.” (HR Abu Dawud)

4. Dari Anas ra. ia berkata: Ada seorang bertanya kepada
Rasulullah: Wahai Rasulullah, apabila seorang di antara kami,
bertemu dengan saudara atau kawannya apakah ia harus
membungkukkan diri?” beliau menjawab: “Tidak.” Ia
bertanya: “Apakah ia harus mendekap dan menciumnya?”
Beliau menjawab: “Tidak.” Ia bertanya lagi: “Apakah ia harus
memegang tangannya dan menjabatnya?” Beliau menjawab:
“Ya.” (HR Turmudzi)

5. Dari Saffan bin ‘Assal ra., ia menceritakan bahwa ada seorang
Yahudi berkata kepada kawannya: “Marilah kita pergi
menemui Nabi.” Maka keduanya datang kepada Rasulullah
saw. dan menanyakan tentang sembilan ayat. Setelah
dijawab oleh Nabi saw. kemudian mereka mencium tangan
dan kaki Rasulullah serta berkata: “Kami bersaksi
sesungguhnya Engkau adalah seorang Nabi.” (HR Turmudzi)

6. Dari Ibnu Umar ra., ia menceritakan sebuah kisah yang di
dalamnya terdapat kalimat: “Kemudian kami mendekati Nabi
saw. dan mencium tangan beliau.” (HR. Abu Dawud)

7. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Zaid bin Haritsah datang ke
Madinah dan Rasulullah saw. sedang berada di rumahku,
kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi saw.
bangkit dan menarik lainnya, serta memeluk dan
menciumnya.” (HR. Turmudzi)

8. Dari Abu Dzar ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda
kepada saya: “Janganlah kamu sekali-kali meremehkan
kebaikan, walaupun hanya dengan bermuka manis apabila
kamu berjumpa dengan saudaramu.” (HR Muslim)

9. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Nabi saw. mencium Al
Hasan bin Ali ra., kemudian Al Aqra’ bin Habis berkata:
“Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh anak, tetapi saya
tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Nabi
saw. bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi tidak akan
dikasihi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

MENJENGUK ORANG SAKIT,
MENYEMBAHYANGKAN DAN MENGANTAR
JENAZAH KE KUBUR

1. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata: “Rasulullah saw.
memerintahkan kepada kami untuk menjenguk orang sakit
mengiring jenazah, mendoakan orang bersin (yang memuji
Allah), menepati sumpah, menolong orang teraniaya,
memenuhi undangan dan menyebarluaskan salam.” (HR
Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Hak orang Islam atas orang Islam lain ada lima, menjawab
salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah,
memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin (yang
memuji Allah).” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
“Pada hari kiamat, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Hai anak
Adam (manusia)! Aku sakit tetapi Engkau tidak menjenguk-
Ku.” Anak Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku
meski menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan
semesta alam.” Allah berfirman: “Tidakkah kamu tahu bahwa
hamba-Ku si fulan sakit, tetapi kamu tidak mau
menjenguknya. Tidakkah kamu tahu bahwa seandainya kamu
mau menjenguknya, niscaya kamu menemukan Aku ada di
sisinya. Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu
tetapi kamu tidak mau memberi makan kepada-Ku.” Anak
Adam menjawab “Wahai Tuhanku, bagaimana saya meski
memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan
semesta alam?” Allah berfirman: “Apakah kamu tidak tahu
bahwa hamba-Ku si Fulan minta makan kepdamu tetapi kamu
tidak mau memberinya makan. Apakah kamu tidak tahu
bahwa seandainya kamu memberinya makan niscaya kamu
mendapatkan hal itu tertulis di sisi-Ku. Wahai anak Adam,
Aku minta minum kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi
minum kepada-Ku.” Anak Adam menjawab: “wahai Tuhanku,
bagaimana saya meski memberi minum kepada-Mu
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah
berfirman: “Hamba-Ku si Fulan minta minum kepada kamu
tetapi kamu tidak mau memberinya minum. Sungguh
seandainya kamu memberinya minum niscaya kamu akan
menemukan hal itu tertulis di sisi-Ku.” (HR. Muslim)

4. Dari Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Kalian tengoklah orang yang sakit, berilah makan orang yang
lapar dan lepaskanlah (tolonglah) orang yang menderita.” (HR
Bukhari)

5. Dari Tsuban ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sungguh
orang Islam itu apabila ia mengunjungi saudaranya sesama
muslim, maka ia tetap berada di kebun surga hingga ia
kembali.” Ditanyakan: “Wahai Rasulullah! Apakah khurfatul
jannah itu?” Rasulullah saw. bersabda: “Kebun yang sedang
berbuah di surga.” (HR. Muslim)

6. Dari Ali ra., ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Setiap orang muslim yang menjenguk sesama
muslim pada waktu pagi, maka ia akan dimintakan rahmat
oleh tujuh puluh ribu malaikat sampai waktu sore. Dan
apabila ia menjenguknya pada waktu sore, maka ia akan
dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat sampai
waktu pagi, serta ia mendapat jaminan buah-buahan yang
siap dimakan di dalam surga.” (HR Turmudzi)

7. Dari Anas ra., ia berkata: “Ada seorang pemuda Yahudi yang
biasa melayani Nabi saw. datang untuk menjenguknya,
“(Masuk) Islamlah.” Ia melihat ayahnya yang berada di situ
juga, kemudian ayahnya berkata: “Patuhilah Abu Qasim.”
Maka ia pun masuk islam. Kemudian Nabi saw. keluar sambil
mengucapkan: “ALHAMDU LILLAH ANQADZHU MINANNAARI
(Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari
neraka).” (HR. Bukhari)

DOA UNTUK ORANG SAKIT

1. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya apabila ada orang yang datang
mengeluh sakit atau terluka kepada Nabi saw., maka Nabi
saw. bersabda: “Dengan telunjuknya berbuatlah demikian.”
Sofyan bin Uyainah perawi hadis ini meletakkan jari
telunjuknya ke tanah dan diludahi sedikit, kemudian
diusapkan ke tempat yang sakit, sambil berdoa:
“BISMILLAAHI TUTBATU ARDHINAA RABBINAA (Dengan nama
Allah, dengan tanah kami ludah sebagian tanah kami, semoga
disembuhkan orang yang sakit ini atas izin Tuhan kami).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. menjenguk salah
seorang keluarganya dengan mengusap tangannya seraya
berdoa: “ALLAHUMMA RABBANNAASI ADZIIBIL BA’SA ISYFI
ANTASYSYAAFII LAA SYIFAA-AILLAA SYIFAA-UKA SYIFAA-AN
LAA YUGHAADIRU SAQAMAA (Wahai Allah Tuhan semua
manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah karena hanya
Engkaulah yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan
kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
dihinggapi penyakit lagi).” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Anas ra. bahwasanya ia berkata kepada Tsabit
rahimullah: “Bolehkah saya menjampi kamu seperti jampi
Rasulullah saw.?” Tsabit berkata: “Silahkan.” Anas
mengucapkan: “ALLAAHUMMA RABBANAASI MUDZHIBAL
BA’SI ISYFI ANTASYSYAAFII LAA SYAAFIYA ILLAA SYIFAAUKA
SYIFAA-AN LAA YUGHAADIRU SAQAMAA (Wahai Allah
Tuhan semua manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah
karena hanya Engkaulah yang dapat menyembuhkan, tiada
yang menyembuhkan kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak
dihinggapi penyakit lagi).” (HR Bukhari)

4. Dari Sa’id bin Abu Waqqash ra., ia berkata: “Rasulullah saw.
menjenguk saya, kemudian berdoa: “ALLAAHUMMASYFI
SA’DAN ALLAAHUMMASYFI SA’DAN ALLAAHUMMASYFI SA’DAN
(Wahai Allah, sembuhkanlah sa’ad, tiga kali).” (HR. Muslim)

5. Dari Abi Abdillah Utsman bin Abul Ash ra. bahwasanya ia
pernah mengeluh kepada Rasulullah saw. tentang penyakit
yang menimpa badannya, kemudian Rasulullah saw. bersabda
kepadanya: “Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit,
dan bacalah: “BISMILLAH” tiga kali, lalu bacalah : “A’UUDZU
BI’IZZATILLAAHI WAQUDRATIHI MIN SYARRI MAA AJIDU WAUHAADZIRU
(Saya berlindung dairi kepada kemuliaan Allah
dan kekuasaan-Nya dari penyakit yang saya derita dan saya
khawatirkan) tujuh kali.” (HR. Muslim)

6. Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit yang belum datang
saat kematiannya kemudian ia membacakan doa ini sebanyak
tujuh kali niscaya Allah menyembuhkan penyakitnya itu.” Doa
yang dimaksud adalah: AS-ALULLAAHAL ‘AZHIIMI RABBAL
‘ARSYIL ‘AZHIIMI ANYASYFIKA tujuh kali (Saya memohon
kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang mempunyai ‘arsy
yang besar, semoga Allah memberikan kesembuhan kepada
kamu).” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

7. Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. datang kepada
seorang Badui untuk menjenguknya. Ketika ada orang masuk
menjenguknya, beliau bersabda: “Tidak apa-apa, mudahmudahan
penyakit ini menjadi pencuci dosa; Insya Allah.”
(HR. Bukhari)

8. Dari Abu Sa’id Al-khudriy ra. bahwasanya malaikat Jibril
datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai Muhammad
saw., engkau sakit?” Beliau menjawab: “Ya.” Jibril berdoa:
“BISMILLAAHI ARQIIKA MIN KULLI SYAI-IN YU’DZIIIKA,
MINSYARRI KULLI NAFSIN AU ‘AININ HAASIDIN ALLAAHU
YASYFIIKA BISMILLAAHI ARQIIKA (Dengan nama Allah, saya
menjampikan engkau dari segala sesuatu yang menyakitkan
engkau, dan dari setiap jiwa atau mata yang merasa dengki;
semoga Allah menyembuhkan penyakitmu, dengan nama
Allah saya menjampikan engkau)”. (HR. Muslim)

9. Dari Abu Sa’id Al-khudriy dan Abu Hurairah ra. bahwasanya
keduanya menyaksikan Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH
WALLAAHU AKBAR, maka Tuhan membenarkan ucapannya itu
serta berfirman: “LAA ILAAHA ILLAA ANA WA-ANA AKBAR.”
Apabila ia mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU
LAA SYARIIKA LAHU, maka Tuhan berfirman: LAA ILAAHA
ILLALLAAJU LAHUL MULKUWALAHUL HAMDU, maka Tuhan
berfirman: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALAA HAULA WALAA
QUWWATA ILLAA BILLAAH, maka Tuhan berfirman: LAA
ILAAHA ILLAA ANA WALAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BII.”
Dan Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan
kalimat-kalimat tersebut pada waktu sakit kemudian ia mati
dalam sakitnya itu, maka ia tidak akan termakan oleh api
neraka.” (HR. Turmudzi) Bab

SUNNAT BERTANYA TENTANG KEADAAN SI
SAKIT

1. Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Ali bin Abu Thalib ra. keluar
dari rumah Rasulullah saw. pada waktu beliau sakit menjelang
meninggal, kemudian para sahabat bertanya: “Wahai Abul
Hasan, bagaimana keaadaan Rasulullah saw. pagi ini?” Ali
menjawab: “Alhamdulillah, pagi ini agak baik.” (HR. Bukhari)

DOA ORANG PUTUS ASA

1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: Saya mendengar Nabi saw. yang
sedang menyandarkan badannya kepadaku berdoa:
ALLAAHUMAGHFIRLII WARHAMNII WA ALHIQNII BIRRAFIIQIL
A’LAA (Ya Allah, ampunilah dosaku, dan kasihanilah aku, serta
temukanlah aku dengan Zat Yang Mahaluhur).” (HR. Bukhari
dan Muslim)

2. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Saya melihat Rasulullah saw.
pada waktu beliau hampir wafat, dimana di situ ada sebuah
gelas yang berisi air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam
gelas itu kemudian mengusap mukanya dengan air serta
berdoa: ALLAHUMMA A’INNII ‘ALAA GHAMARAATIL MAUTI
WASAKARAATIL MAUTI (Ya Allah, bantulah saya di dalam
menghadapi beratnya maut dan kesukaran sakaratul maut).”
(HR. Turmudzi)

SUNNAT BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG
SAKIT

1. Dari Imran bin Hushain ra. bahwasanya ada seorang
perempuan dari Juhanah datang kepada Nabi saw., dimana ia
sedang hamil karena berbuat zina. Ia berkata kepada beliau:
“Wahai Rasulullah, saya terkena hukuman had maka
laksanakanlah had itu terhadap diri saya.” Kemudian
Nabiyullah saw. memanggil wali perempuan itu dan bersabda:
“Rawatlah baik-baik perempuan ini, dan apabila telah
melahirkan maka bawalah kesini.” Walinya itu melaksanakan
apa yang dipesankan oleh Nabi saw., dan setelah perempuan
itu melahirkan, maka dibawalah ke hadapan Nabi saw.
kemudian perempuan itu diikat dengan bajunya lantas beliau
menyuruh untuk merajamnya, dan setelah ia meninggal dunia
maka beliau menyembahyangkannya.” (HR. Muslim)

BOLEH MENGELUH SAKIT

1. Dari ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Saya masuk rumah Nabi
saw. dimana beliau sedang dalam keadaan sakit panas.
Kemudian saya memegang beliau dan berkata:
“Sesungguhnya tubuh engkau panas sekali.” Beliau
menjawab: “Memang, aku menderita panas dua kali lipat
dengan orang-orang seperti kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Sa’id bin Abu Waqqash ra., ia berkata: Rasulullah saw.
datang menjenguk saya karena sakit keras, kemudian saya
berkata: “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri
saya, sedangkan saya adalah orang yang kaya dan tidak
mempunyai ahli waris kecuali seorang anak perempuan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadis ini masih ada lanjutannya.

3. Dari Al Qasim bin Muhammad saw., ia berkata: ‘Aisyah
pernah mengeluh ”Aduh sakitnya kepalaku.” Kamudian Nabi
saw. bersabda: “ku juga merasa sakit kepala.” (HR. Bukhari)
Hadis ini masih ada lanjutannya.

MEMBERI TUNTUNAN KEPADA ORANG YANG
AKAN MENINGGAL DUNIA

1. Dari Mu’adz ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah LAA ILAAHA
ILLALLAAH, maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud dan
Al Hakim)

2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: “Tuntunlah orang yang hendak meninggal dunia
dengan ucapan LAA ILAAHA ILLALLAAH.” (HR. Muslim)

DOA KETIKA MENYAKSIKAN ORANG
MENINGGAL DUNIA

1. Dari Ummu Salamah ra., ia berkata: Rasulullah saw. masuk
ke rumah Abu Salamah yang pada waktu itu masih terbuka
matanya kemudian beliau memejamkannya, seraya bersabda:
“Sesungguhnya apabila nyawa itu telah dicabut maka diikuti
oleh mata.” Mendengar sabda beliau itu para keluarganya
menangis keras sekali; kemudian beliau bersabda: “Janganlah
kamu berdoa untuk dirimu sendiri kecuali dengan yang baikbaik,
karena sesungguhnya malaikat itu mengamini apa yang
kamu ucapkan,” Lantas beliau berdoa: “ALLAAHUMMAGHFIR
LI-ABII SALAMTA WARFA”DARAJATAHU FIL MAHDIYYIINA
WAKHLUFHUFII “AQIBIHI FIL GHAABIRIINA WAGHFIR LANAA
WALAHU YAA RABBAL “AALAMIINA WAFSAH LAHU FII
QABRIHI WANAWWIRLAHU FIIH (Ya Allah, ampunilah dosa
Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan orang
yang mendapat petunjuk, berilah keturunan yang baik di
belakang hari, ampunilah dosa kami dan dosanya wahai
Tuhan semesta alam, lapangkanlah kuburnya dan terangilah
ia di dalam kuburnya).” (HR. Muslim)

DOA UNTUK MAYAT

1. Dari Ummu Salamah ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: “Apabila kamu datang kepada orang yang sakit
atau orang yang meninggal dunia maka berkatalah yang baikbaik
karena sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang
kamu ucapkan.” Maka ketika Abu Salamah meninggal dunia,
saya datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal
dunia,” Beliau bersabda: “Ucapkanlah ALLAAHUMMAGHFIR LII
WALAHU WA-A’QIBNII MINHU ‘UQBAN HASANAH (Wahai
Allah, ampunilah dosa saya dan dosa Abu Salamah, serta
gantikanlah kepada saya yang lebih baik).” Ummu Salamah
berkata: “Kemudian Allah mengganti kepada saya seseorang
yang lebih baik daripada Abu Salamah yakni Muhammad
saw.” (HR Muslim)

2. Dari Ummu Salamah ra., ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang diwaktu
tertimpa musibah mengucapkan: INNA LILLAAHI WA INNA
ILAIHI RAAJI’UUN. ALLAAHUMMA ‘JURNII FII MUSHIIBATII
WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan sesungguhnya kami pasti akan kembali
kepada-Nya. Wahai Allah berilah saya pahala dalam musibah
ini dan berilah saya ganti yang lebih baik daripada musibah
yang menimpanya itu.” Ummu Salamah berkata: “Ketika
diajarkan oleh Rasulullah saw., kemudian Allah Ta’ala
memberi ganti kepada saya dengan orang yang lebih baik
daripada Abi Salamah yakni Rasulullah saw.” (HR Muslim)

3. Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila anak seseorang itu meninggal dunia, maka Allah
Ta’ala bertanya kepada malaikat-Nya: “Kamu telah mencabut
nyawa anak hamba-Ku?” Malaikat menjawab: “Ya.” Allah
Ta’ala bertanya lagi: “Kamu telah mencabut nyawa anak buah
hatinya?” Malaikat menjawab: “Ya.” Allah berfirman: “Maka
apa yang diucapkan oleh hamba-Ku itu?” Malaikat menjawab:
“Ia memuji kepada-Mu dan mengucapkan INNALILLAAHI WA
INNAA ILAIHI RAAJI”UUN.” Kemudian Allah Ta’ala berfirman:
“Bangunlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di dalam surga,
dan namakanlah rumah itu dengan nama Baitul hamdi
(Rumah pujian) (HR. Turmudzi)

4. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman: Aku tidak akan memberi balasan
kepada hamba-Ku yang mukmin apabila Aku mengambil
kekasihnya di dunia ini, kemudian ia ridha dan menghadapkan
pahala kepada-Ku melainkan balasan surga.” (HR. Bukhari)

5. Dari Usamah bin Zaid ra., ia berkata: “Salah seorang putri
Nabi saw. mengutus seseorang untuk mengundang dan
memberi tahu kepada beliau bahwa anak putri Nabi itu akan
meninggal dunia, kemudian beliau bersabda kepada utusan
itu: “Kembalilah kamu kepada putriku dan katakanlah
kepadanya bahwa menjadi hak Allah untuk mengambil dan
memberi sesuatu. Segala sesuatu itu ada batas yang telah
ditentukan oleh-Nya, maka suruhlah ia supaya bersabar dan
mengharapkan pahala kepada-Nya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

BOLEH MENANGISI MAYAT SELAMA TIDAK
KETERLALUAN

1. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersama
Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah
bin Mas’ud ra. melayat Sa’ad bin ‘Ubadah, kemudian beliau
menangisi. Ketika para sahabat melihat Rasulullah saw., maka
mereka pun menangis. Rasulullah saw. lantas bersabda:
“Tidakkah kamu sekalian mau mendengar? Sesungguhnya
Allah itu tidak menyiksa seseorang karena linangan air mata
dan tidak pula karena kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa
atau mengasihi seseorang itu karena ini,” beliau menunjuk
kepada lidahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Usamah bin Zaid ra. bahwasanya ketika cucu Rasulullah
saw. yang hampir meninggal dunia diserahkan kepadanya,
maka kedua mata beliau mencucurkan air mata. Kemudian
Sa’ad bertanya kepada beliau: “Wahai Rasulullah, mengapa
Engkau bersikap demikian?” beliau menjawab: “Ini adalah
suatu rahmat yang Allah limpahkan ke dalam hati hambahamba-
Nya, dan sesungguhnya Allah akan mengasihi hambahamba-
Nya yang mempunyai belas kasihan.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

3. Dari Anas bahwasanya ketika Rasulullah saw. masuk ke
kamar putranya Ibrahim ra. yang sedang menghembuskan
nafasnya yang terakhir, maka kedua mata Rasulullah saw.
mencucurkan air mata. Kemudian Abdurrahman bin ‘Auf
bertanya kepada beliau: “Engkau juga menangis wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Wahai ibnu ‘Auf,
sesungguhnya ini adalah suatu rahmat, tetapi kemudian
diikuti dengan ketentuan lain.” Beliau bersabda pula:
“Sesungguhnya meski mata berlinang dan hati merasa sedih,
tetapi kami tidak boleh mengucapkan sesuatu kecuali apa
yang diridhai oleh Tuhan. Dan sungguh saya merasa sedih
karena harus berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR.
Bukhari)

MENYEMBUNYIKAN RAHASIA MAYAT

1. Dari Abu rafi’ Aslam pelayan Rasulullah saw. bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memandikan
mayat kemudian ia menyembunyikan rahasianya (mayat)
maka Allah mengampunkan baginya empat puluh kali.” (HR.
Al-Hakim)

MENYALATKAN, MENGANTAR DAN
MENYAKSIKAN PENGUBURAN JENAZAH

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menyaksikan (menghadiri) jenazah sampai
disalatkan, maka ia memperoleh pahala satu qirath, dan
barangsiapa yang menyaksikan (menghadirinya) sampai
jenazah itu dikuburkan, maka ia memperoleh pahala dua
qirath.” Ada seorang bertanya: “Apakah dua qirath itu?”
Beliau menjawab: “Sebesar dua gunung yang besar.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang menghantar jenazah seorang muslim
dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala
dari Allah serta ia terus menungguinya sampai jenazah itu
disalatkan, dan selesai dikuburkan, maka ia pulang dengan
membawa pahala dua qirath; setiap qirath menyerupai
gunung Uhud. Dan berangsiapa yang pulang hanya sampai
jenazah itu disalatkan dan tidak menyaksikan penguburannya,
maka ia pulang dengan membawa pahala satu qirath.” (HR.
Bukhari)

3. Dari Ummu Athiyah ra., ia berkata: “Kami (orang-orang
perempuan) dilarang untuk menghantar jenazah, tetapi tidak
diharamkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

SUNNAT MEMPERBANYAK JAMAAH DALAM
SALAT JENAZAH

1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Setiap
mayat yang disalatkan oleh orang muslim yang jumlahnya
mencapai seratus orang, dimana kesemuanya memintakan
syafaat untuknya, niscaya mayat itu akan memperoleh
manfaat.” (HR. Muslim)

2. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Setiap orang muslim yang meninggal dunia,
kemudian jenazahnya disalatkan oleh empat puluh orang
yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun,
niscaya Allah menerima syafaat mereka itu.” (HR. Muslim)

3. Dari Martsad bin Abdullah Al Yazanniy, ia berkata: “Apabila
Malik bin Hubairah ra. menyalatkan jenazah dan orang yang
akan menyalatkannya itu sedikit, maka ia membaginya
menjadi tiga bagian, kemudian ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: “Barangsiapa yang disalatkan oleh tiga shaf (baris),
maka ia dapat dipastikan untuk diampunia dosanya.” (HR.
Abu Dawud dan Turmudzi)

DOA DALAM SALAT JENAZAH

Salat Jenazah terdiri dari empat kali takbir. Sesungguhnya takbir
pertama membaca ta’awud (A’UDZU BILLAHI MINASYSYAITHAANIR
RAJIIM) dan surat Al Fatihah. Sesudah takbir kedua membaca
salawat atas Nabi saw. (ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA AALI
MUHAMMAD). Salawat yang lebih lengkap dan utama ditambah
dengan: KAMAA SHAALLAITA ‘ALAA IBRAHIIMA WA’ALAA AALI
IBRAHIM, WABAARIK ‘ALA MUHAMMAD WA’ALA AALI MUHAMMAD
KAMA BARAKTA ‘ALAA IBRAHIIMA WA’ALAA AALI IBRAHIM FIL
‘ALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.” Sesudah takbir yang ketiga
membaca doa untuk mayat dan umat Islam, sebagaimana yang
akan kami jelaskan di dalam hadis-hadis di bawah ini. Sesudah
takbir yang keempat membaca doa yang berbunyi: ALLAHUMMA
LAA TAHRIMNAA AJRAHU WALAA TAFTIINAA BA’DAHU WAGHFIR
LANAA WALAHU.

1. Dari Abu Abdurrahman Auf bin Malik ra., ia berkata:
“Rasulullah saw. menyalatkan jenazah, kemudian saya
menghafalkan doa yang beliau baca, yaitu:
ALLAAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA’AAFIHI WA’FU
‘ANHU WA-AKRIM NUZULAHU WAWASSI’MADKHALAHU
WAGHSILHU BIL MAA-I WATSTSALJI WAL BARADI
WANAQQIHI MINAL KHATHAAYA KAMAA NAQQAITA TSAUBAL
ABYADLA MINADDANASI WA-ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN
DAARIHI WA-AHLAN KHAIRAN AHLIHI WAZAUJAN KHAIRAN
MIN ZAUJIHI WA-ADKHILHUL JANNATA WA-A’IDZHU
MIN’ADZAABIL QABRI WAMIN ‘ADZAABINNAR (Ya Allah,
semoga berkenanlah Engkau mengampuninya,
merahmatinya, menyejahterakannya, memaafkan dosanya,
memuliakan kedatangannya, meluaskan tempatnya, dan
basuhlah dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dari
kesalahan, sebagaimana Engkau bersihkan pakaian putih dari
kotoran. Berikan kepadanya tempat yang lebih baik dari
rumahnya, dan keluarga yang lebih baik dari keluarganya dan
istri yang lebih baik dari istrinya. Dan masukkanlah ke dalam
surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
Abu Abdurrahman berkata: “Sampai-sampai saya mengharapharap,
seandainya sayalah yang mati itu.” (HR. Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., Qatadah dan Abu Ibrahim Al Asyhaliy
dari ayahnya, sedangkan ayahnya termasuk sahabat ra. dari
Nabi saw., bahwasannya apabila beliau menyalatkan jenazah,
beliau berdoa: ALLAHUMMAGHFIR LIHAYYINAA
WAMAYYITINAA WASHAGHIIRINAA WAKABIIRINAA
WADZAKARINAA WA UNTSAANAA WASYAAHIDINAA WAGHAAIBINAA
ALLAAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHII
‘ALAA ISLAAMI WAMAN TAFFAITAHUU MINNAA FATAWAFFAHU
‘ALAL IIMAN. ALLAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WALAA
TAFTINNA BA’DAHU (Ya Allah, ampunilah kami yang masih
hidup dan yang sudah mati, yang kecil dan yang besar, yang
laki-laki dan perempuan, yang hadir maupun yang tidak hadir.
Ya Allah, barangsiapa yang Engkau hidupkan di antara kami
maka hidupkanlah ia dengan menetapi agama Islam, dan
barangsiapa yang Engkau wafatkan di antara kami maka
wafatkanlah ia dalam keadaan beriman. Ya Allah, janganlah
Engkau menghalangi kami dalam mendapat pahalanya dan
janganlah Engkau mendatangkan fitnah kepada kami
sepeninggalnya.” (HR. Turmudzi dan Abu Dawud)

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Apabila kamu sekalian menyalatkan mayat,
maka hendaklah kamu benar-benar ikhlas di dalam berdoa
untuknya.” (HR. Abu Dawud)

4. Dari Abu Hurairah ra. Ketika salat jenazah, Nabi saw. berdoa:
“ALLAHUMMA ANTA RABBUHAA WA ANTA KHALAQTAHAA WA
ANTA HADAITAHAA LIL ISLAAMI WA ANTA QABADHTA
RUUHAHAA WA ANTA A’LAMU BISIRRIHAA
WA’ALAANIYATIHAA JI’NA SYUUFA’AA-ALAHU FAGHFIRLAHU
(Ya Allah, Engkaulah Tuhannya, Engkau yang
menciptakannya, Engkaulah yang menunjukkannya kepada
Islam, Engkaulah yang mengambil nyawanya, dan Engkaulah
yang lebih mengetahui tentang apa yang tersembunyi dan
apa yang jelas daripadanya. Kami datang untuk memintakan
syafaat kepadanya maka ampunilah ia).” (HR Abu Dawud)

5. Dari Watsilah bin Al Asqa’ ra., ia berkata: “Kami menyalati
mayat salah seorang muslim bersama dengan Rasulullah saw.
dimana saya mendengar Rasulullah saw. berdoa:
ALLAAHUMMA INNA FULAANABNA FULAANIN FII DZIMMATIKA
WA HABLI JIWAARIKA FAQIHI MIN FITNATIL QABRI
WA’ADZAABIHI WA-ANTA AHLUL WAFAA-I WALHAMDI.
ALLAAHUMMA FAGHFIR LAHU WARHAMHU INNAKA ANTAL
GAHFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sesungguhunya Fulan bin
Fulan berada dalam tanggungan-Mu dan tali perlindungan-Mu,
maka hindarkanlah ia dari fitnah dan sikasaan kubur. Engkau
adalah zat yang menepati janji dan terpuji. Ya Allah, ampuni
ia dan kasihanilah ia, sesungguhnya Engkau adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang).” (HR. Abu Dawud)

6. Dari Abdullah bin Auf ra. bahwasanya ia menyalatkan mayat
putrinya, dimana ia bertakbir empat kali. Setelah takbir,
untuk memohonkan bagi mayat itu dan berdoa, kemudian ia
berkata: “Rasulullah saw. berbuat seperti ini.” Dalam riwayat
yang lain dikatakan: “Setelah ia melakukan takbir yang
keempat, ia berhenti sejenak sehingga kami menyangka
bahwa ia akan melakukan takbir yang kelima, kemudian ia
salam ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai kami bertanya
kepadanya: “Mengapa berbuat demikian?” ia menjawab:
“Sungguh saya tidak menambah sesuatu apa pun dari apa
yang telah saya lihat dari perbuatan Rasulullah saw. atau ia
berkata: “Demikianlah apa yang diperbuat oleh Rasulullah
saw.” (HR. Hakim)

MEMPERCEPAT PENGUBURAN JENAZAH

1. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Segeralah kamu mengubur jenazah! Karena, jika jenazah itu
orang saleh, berarti kalian mempercepatnya kepada kebaikan.
Dan kalau jenazah itu tidak demikian (tidak baik), berarti
kalian telah meletakkan kejelekan kepada pundak kalian.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Maka sebaiknya
kamu segera mengantarkan, agar ia lekas memperoleh balasan.”

2. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda: “Apabila jenazah telah diletakkan dan diangkat
pada pundak mereka, maka apabila jenazah itu orang yang
saleh, ia berkata: “Cepat antarkan aku.” Tetapi apabila
jenazah itu bukan orang yang saleh, ia berkata kepada
keluarganya: “Aduh celaka, akan dibawa kemana aku ini?”
Segala sesuatu selain manusia mendengar apa yang
dikatakan oleh jenazah itu, seandainya manusia
mendengarnya, pasti ia akan pingsan.” (HR. Bukhari)

SEGERA MELUNASI UTANG MAYAT

1. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Jiwa
seorang mukmin itu tergantung dengan utangnya sampai
utang itu dilunasi.” (HR. Turmudzi)

2. Dari Hushain bin Wahwah ra. bahwasannya ketika Thalhah bin
Al Barra’ ra. sakit, Nabi saw. datang menjenguknya dan
bersabda: “Saya berpendapat bahwa Thalhah akan segera
mati, apabila ia mati segera beritahukan kepadaku dan
segeralah dikubur karena tidak pantas jenazah seorang
muslim ditahan ditengah-tengah keluarganya.” (HR. Abu
Dawud)

NASIHAT DI MAKAM

1. Dari Ali ra., ia berkata: “Pada waktu kamu mengantarkan
jenazah di Baqi’, Rasulullah saw. mendekati kami lantas
duduk, maka kami pun duduk di sekelilingnya. Beliau
memegang tongkat kecil, sambil menekankan tongkatnya ke
tanah beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun di antara
kamu sekalian melainkan ia telah ditentukan tempatnya di
neraka ataukah di surga.” Para sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah, apakah kita diperbolehkan hanya tawakkal saja
pada ketentuan iu?” Beliau menjawab: “Beramallah kamu
sekalian, karena tiap-tiap orang akan dimudahkan kepada apa
yang telah ditentukan baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini masih ada lanjutannya.

MENDOAKAN MAYAT SETELAH DIKUBUR

1. Dari Abu Amr, ada yang memanggilnya dengan Abu Abdullah,
ada juga yang memanggilnya dengan Abu Laila Usman bin
Affan ra., ia berkata: Apabila Nabi saw. telah selesai
menguburkan mayat maka beliau berdiri dan bersabda :
“Mintalah ampun untuk saudaramu dan mohonlah kepada
Allah agar ia diberi ketetapan hati karena sesungguhnya ia
sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud)

2. Dari Amr bin Al Ash ra., ia berkata: “Apabila kamu
menguburkan saya, maka tinggalah di kubur selama kira-kira
tukang jagal menyembelih dan membagi-bagikan dagingnya,
sampai saya merasa agak tenang dan dapat menjawab apa
yang ditanyakan oleh utusan Tuhanku.” (HR. Muslim)
Hadis ini telah disebutkan pada halaman terdahulu dengan lengkap.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Dan disunnatkan juga untuk
membacakan ayat-ayat Al Qur’an di kubur itu. Bila mereka
mengkhatamkan Al Qur’an itu adalah lebih baik.”

BERSEDEKAH DAN BERDOA UNTUK ORANG
YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA

1. Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya ada seorang berkata kepada
Nabi saw.: “Sesungguhnya ibu saya meninggal dunia secara
mendadak, dan saya kira seandainya ibu sempat berbicara,
niscaya ia akan bersedekah, apakah ia akan memperoleh
pahala jika saya bersedekah untuknya?” Beliau menjawab:
“Ya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga macam, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
dapat diambill manfaatnya, atau anak saleh yang mau
mendoakannya.” (HR. Muslim)

PUJIAN UNTUK ORANG YANG SUDAH
MENINGGAL DUNIA

1. Dari Anas ra., ia berkata: Pada suatu ketika ada jenazah
lewat, kemudian para sahabat memuji atas kebaikan jenazah
itu, maka Nabi SAW bersabda: “Wajib baginya.” Kemudian
pada saat yang lain ada jenazah lewat, kemudian para
sahabat menceritakan kejelekan jenazah itu, maka Nabi SAW
bersabda : “Wajib baginya.” Lantas Umar bin Khathab ra.
bertanya: “Apakah yang wajib baginya itu?” Beliau menjawab
: “Terhadap orang yang kamu puji kebaikannya, maka wajib
baginya surga, dan terhadap orang yang kamu katakan jahat,
maka wajib baginya neraka. Kamu sekalian adalah merupakan
saksi Allah yang ada di muka bumi ini.” HR. Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Abu Aswad, ia berkata: ”Saya datang ke Madinah dan
duduk bersama Umar bin Khathab ra., kemudian ada jenazah
lewat, saya memuji kebaikan jenazah itu, maka Umar ra.,
berkata: ”Wajib baginya.” Kemudian lewat lagi jenazah yang
lain dan saya mengatakan kejelekan jenazah itu, maka Umar
berkata: ”Wajib baginya.” Kemudian lewat lagi jenazah yang
ketiga kalinya dan saya mengatakan kejelekan jenazah itu,
maka Umar berkata : ”Wajib baginya.” Abul Aswad bertanya:
”Apakah yang dimaksud dengan wajib baginya wahai Amirul
Mukminin?” Umar menjawab: ”Saya berkata sebagaimana
yang telah disabdakan oleh Nabi saw., yaitu setiap muslim
yang disaksikan baik oleh empat orang, maka Allah
memasukkannya ke surga.” Kami bertanya: ”(Apabila yang
menyaksikan itu) tiga orang?” Ia menjawab: ”Juga tiga
orang.” Kami bertanya lagi: ”(Apabila yang menyaksikan itu)
dua orang ?” Ia menjawab: ”Juga dua orang.” Kemudian saya
tidak menanyakan tentang (bagaimana) seandainya seorang
saja.” (HR. Bukhari)

KEUTAMAAN ORANG YANG KEMATIAN ANAK
KECIL

1. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : ”Setiap
orang Islam yang kematian tiga anaknya yang berlum sampai
dewasa, maka ia akan dimasukkan ke dalam surga atas
berkat rahmat Allah terhadap anak-anaknya itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
”Tidaklah seseorang di antara umat Islam yang kematian tiga
orang anaknya akan tersentuh api neraka, kecuali hanya
sekedar untuk menepati sumpah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan ’menepati sumpah’ adalah firman Allah
Ta’ala yang artinya : ”Dan tidak ada seorangpun di antara kamu
sekalian melainkan melewati neraka itu.” Yang dimaksud dengan
’melewati neraka’ adalah melewati sirath yaitu titian yang
dipasang di atas neraka Jahannam. Semoga Allah memberi
keteguhan kepada kita dalam melewati titian itu.

3. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., ia berkata: Ada seorang
perempuan datang kepada Rasulullah saw. dan berkata
:”Wahai Rasulullah, banyak orang yang telah memperoleh
hadis dari engkau, maka berilah kami kesempatan suatu hari
yang mana kami akan datang dan disitu sudilah kiranya
engkau mengajarkan kepada kami, tentang apa yang telah
Allah ajarkan kepadamu.” Beliau bersabda :”Kumpullah kamu
sekalian pada hari anu dan hari anu.” Maka berkumpullah
mereka pada hari yang telah ditentukan, dan Nabi saw.
mendatangi mereka serta mengajarkan apa yang telah
diajarkan oleh Allah, dimana beliau bersabda :”Tiada seorang
perempuan pun yang kematian tiga anaknya melainkan
mereka menjadi tirai bagi perempuan itu.” Kemudian ada
seorang perempuan bertanya :”Juga dua orang anak (juga
akan menjadi tirai).” Rasulullah SAW bersabda ”Dan juga dua
orang anak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

MENANGIS APABILA MELEWATI KUBUR ORANGORANG
YANG ZALIM

1. Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda
kepada para sahabatnya, yaitu ketika mereka sampai di Al-
Hijr (perkumpulan kaum Tsamud) :”Janganlah kamu
memasuki daerah orang-orang yang disiksa itu, melainkan
kamu harus menangis. Apabila kamu tidak mau menangis
maka janganlah kamu masuk daerah mereka, niscaya kamu
tidak akan tertimpa apa yang menimpa mereka.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan : Ketika Rasulullah saw.
akan melewati Al Hijr, beliau bersabda :”Janganlah kamu sekalian
masuk daerah orang-orang yang menzalimi (menganiaya) dirinya
sendiri, melainkan kamu harus menangis agar kamu tidak tertimpa
apa yang menimpa mereka.” Kemudian beliau menundukkan kepala
dan mempercepat langkahnya sehingga beliau melewati lembah Hijr
itu.”

SUNNAT BEPERGIAN PADA HARI KAMIS DAN
PAGI HARI

1. Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasannya Nabi saw. keluar untuk
perang Tabuk pada hari Kamis dan beliau memang suka
keluar (bepergian) pada hari Kamis.“ (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan :”Jarang sekali Rasulullah
saw. keluar (bepergian) kecuali pada hari Kamis.”

2. Dari Shakher bin Wad’ah Al Ghamidiy Ash Shahabiy ra.
Bahwasannya Rasulullah SAW berdoa :” ALLAAHUMMA
BAARIK LI UMMATII FII BUKUURIHAA (Ya Allah, berkahilah
umatku pada pagi harinya).” Dan apabila beliau mengutus
(melepas) pasukan, maka beliau mengutus mereka pada pagi
hari. Shakher adalah seorang pedagang, maka ia
mengirimkan barang dagangannya pada pagi hari, kemudian
ia menjadi kaya dan banyak hartanya.” (HR. Abu Dawud dan
Turmudzi)

SUNNAT MEMBENTUK ROMBONGAN DAN
MENGANGKAT PEMIMPIN ROMBONGAN

1. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
”Seandainya manusia tahu (bahayanya bepergian) seorang
diri sebagaimana yang telah aku ketahui, niscaya tidak akan
ada seorangpun yang berjalan sendirian pada waktu malam.”
(HR. Bukhari)

2. Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya ra., ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Orang yang bepergian
sendirian itu bagaikan satu setan, dua orang yang bepergian
itu bagaikan dua setan, tiga orang yang bepergian itu adalah
rombongan.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa’i)

3. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda :”Apabila ada tiga orang bepergian hendaklah
mereka memilih salah seorang di antara mereka untuk
menjadi pemimpin rombongan.” (HR. Abu Dawud)

4. Dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi saw., beliau bersabda :”Sebaikbaik
kawan adalah empat orang, sebaik-baik pasukan adalah
empat ratus dan sebaik-baik bala tentara adalah empat ribu
orang dan tidak akan dapat dikalahkan oleh dua belas ribu
orang karena dianggap sedikit.” (HR. Abu Dawud dan
Turmudzi)

TATA CARA BEPERGIAN

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:
”Apabila kamu sekalian sedang bepergian dan melewati tanah
subur, maka berilah kesempatan kepada unta untuk
memakan rumputnya. Dan apabila kamu sekalian sedang
bepergian dan melewati tanah yang tandus, maka percepatlah
di dalam berjalan dan kejarlah jangan sampai unta itu
kehabisan tenaga. Apabila kamu sekalian berhenti pada waktu
malam, maka janganlah berhenti (mendirikan kemah) di
tengah jalan karena sesungguhnya itu adalah jalan binatang
dan tempat yang sangat berbahaya pada waktu malam.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Qatadah ra., ia berkata: Apabila Rasulullah SAW
berada dalam perjalanan dan berhenti pada waktu malam,
maka beliau tidur pada pinggang kanannya, dan apabila
berhenti sudah menjelang Subuh, maka beliau menegakkan
lengannya dan meletakkan kepala pada telapak kanannya.”
(HR. Bukhari)
Para Ulama’ berkata :”Beliau menegakkan lengannya supaya beliau
tidak lelap di dalam tidur yang dapat menyebabkan terlambat salat
Subuhnya atau tidak bisa mengerjakan salat Subuh pada awal
waktunya.”

3. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Kamu
sekalian hendaklah bepergian pada waktu malam, karena
seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam. (HR. Abu
Dawud)

4. Dari Abu Tsa’labah Al Khusyanniy ra., ia berkata :”Apabila
orang-orang berhenti di dalam perjalanan, mereka
berkelompok-kelompok dan berada pada lembah yang
berbeda-beda. Kemudian Rasulullah SAW bersabda
:”Sesungguhnya terpisah-pisahnya kamu sekalian dalam
kelompok dan lembah yang berbeda-beda adalah ajaran dari
setan.” Maka sejak itu apabila mereka berhenti dalam
perjalanan, kelompok yang satu akan berkumpul dengan
kelompok yang lain.” (HR. Abu Dawud)

5. Dari Sahal bin Amr, ada yang memanggilnya dengan Sahal
bin Amr Rabi’ bin Amr Al Anshariy yang terkenal dengan
sebutan Ibnu Hanzhalah, ia termasuk sahabat yang
mengadakan Bai’atur Ridwan ra., ia berkata: “Suatu ketika
Rasulullah SAW berjalan dan melewati seekor unta yang
punggungnya lengket dengan perut (kurus), kemudian beliau
bersabda :”Takutlah kamu kepada Allah terhadap binatang
yang bisu ini. Kendarailah ia dengan cara yang baik dan
berilah ia makan dengan cara yang baik pula.” (HR. Abu
Dawud)

6. Dari Abu Ja’far Abdullah bin Ja’far ra., ia berkata : Pada suatu
hari Rasulullah saw. Mengajak saya membonceng di
belakangnya dan menyampaikan rahasia kepada saya, yang
rahasia itu tidak akan saya sampaikan kepada siapapun. Dan
jika Rasulullah saw. menunaikan hajat beliau suka
menutupinya dengan tonggak atau berdinding dengan pohon
kurma.” (HR. Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain terdapat tambahan :”Beliau pernah
ke kebun seorang sahabat Anshar dan disitu terdapat seekor unta.
Ketika unta itu melihat Nabi saw. terus merintih dan mencucurkan
air mata. Kemudian Nabi saw. mendengar serta mengusap
punggung dan kedua telinganya, maka unta itu diam. Beliau lantas
bertanya :”Siapakah pemilik unta ini?”,” Siapakah yang mempunyai
unta ini?” Maka datanglah seorang pemuda Anshar dan berkata:
”Ini unta saya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ”Apakah kamu
tidak takut kepada Allah terhadap binatang yang telah diberikan
Allah untuk kamu, sesungguhnya unta itu mengadu kepadaku
bahwa kamu melaparkan dan melelahkannya.” (HR. Abu Dawud,
seperti yang diriwayatkan oleh Al Barqaniy)

7. Dari Anas ra., ia berkata :”Apabila kami berhenti dalam
bepergian, kami tidak melakukan salat sunnat lebih dulu
sebelum melepaskan tali kekang binatang yang kami
kendarai.” (HR. Abu Dawud)

MEMBANTU KAWAN

1. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., ia berkata : Pada suatu ketika
kami sedang bepergian, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang
dengan naik kendaraan dimana ia menoleh ke kanan dan ke
kiri, kemudian Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa yang
mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah ia memberikan
kepada yang tidak mempunyainya. Barangsiapa yang
mempunyai bekal lebih, maka hendaklah ia memberikan
kepada orang yang tidak mempunyainya. Beliau menyebutkan
macam-macam harta dengan nada seperti itu, sehingga kami
sadar bahwa sesungguhnya tidaklah pantas salah seorang di
antara kami mempunyai kelebihan harta.”(HR. Muslim)

2. Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw., bahwasannya apabila
beliau hendak berangkat perang, beliau bersabda :”Wahai
para sahabat Muhajirin dan Anshar sesungguhnya ada
sebagian orang di antara saudara-saudaramu yang tidak
memiliki harta dan keluarga, maka dari itu hendaklah salah
seorang di antara kamu sekalian menggabungkan dua atau
tiga orang dengannya.” Kemudian tidak ada salah seorang di
antara kami melainkan ia bergantian kendaraan dengan orang
yang digabungkannya. Jabir berkata :”Saya menggabungkan
dua atau tiga orang dengan saya, dan kesempatan untuk
mengendarai unta saya bagi rata antara saya dan
mereka.”(HR. Abu Dawud)

3. Dari Jabir ra., ia berkata :”Rasulullah saw. apabila berada
dalam perjalanan, beliau biasa di belakang; dimana beliau
memberi pertolongan kepada orang yang lemah serta
membonceng dan mengajaknya.”(HR. Abu Dawud)

DO’A AKAN BEPERGIAN DENGAN NAIK
KENDARAAN

1. Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya apabila Rasulullah saw.
menaiki untanya untuk keluar bepergian, beliau mengucapkan
takbir tiga kali dan berdoa: SUBHAANALLADZII
SAHKHARALANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHUU
MUQRINIINA WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN.
ALLAHUMMA INNA NAS-ALUKA FII SAFARINA HAADZAL BIRRA
WATTAQWAA WAMINAL ‘AMALI MAA TARDLAA. ALLAAHUMMA
HAWWIN ‘ALINAA SAFARANA HADZA WATHWI ‘ANNA
BU’DAHU. ALLAAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN WA’TSAAIS
SAFARI WAKA-AABATIL MANZHARI WA SUU-IL
MUNQALABI FIL MAALI WAL AHLI (Maha Suci Tuhan yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya
kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa
dan amal yang Engkau ridhai dalam kepergian kami ini. Ya
Allah, mudahkanlah segala urusan dalam kepergian kami ini
dan pendekkanlah jarak dari jauhnya kepergian dan
pengganti bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah
sesungguhnya saya berlindung diri kepada-Mu dari kesukaran
dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan
jeleknya kembali, baik bagi harta maupun keluarga kami).
Dan apabila Rasulullah saw. hendak pulang, beliau juga
membaca doa tersebut dengan diberi tambahan : AAYIBUUNA
TAA’IBUUNA’AABUDUUNA LIRABBINAA HAAMIDUUN (Kami
adalah orang yang siap untuk pulang, kami adalah orang yang
bertobat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami).” (HR.
Muslim)

2. Dari Abdullah bin Sarjis ra., ia berkata : Apabila Rasulullah
saw. hendak bepergian, beliau berlindung diri kepada Allah
dari kesukaran dalam bepergian, pulang yang menyedihkan,
keraguan setelah adanya kemantapan, doanya orang yang
teraniaya dan jeleknya pemandangan pada keluarga dan
harta.” (HR. Muslim)

3. Dari Ali bin Rabi’ah, ia berkata: Saya telah menyaksikan Ali
bin Abu Thalib ra. Diberi binatang untuk dikendarainya,
dimana ketika meletakkan kakinya pada binatang itu ia
membaca : BISMILLAAH, dan ketika telah duduk di atas
punggungnya ia membaca : ALHAMDU LILLAAHIL LADZI
SAKHKHARA LANAA HAADZA WAMAA KUNNA LAHU
MUQRINIINA WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN,”
Kemudian ia membaca : ALHAMDU LILLAAH tiga kali,
membaca ALLAAHU AKBAR tiga kali, dan membaca
SUBHAANAKA INNI ZHALAMTU NAFSII FAGHFIRLII INNAHU
LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA, kemudian ia
tertawa. Ada seseorang bertanya : Wahai Amirul Mukminin
mengapa engkau tertawa ? Ia menjawab : Saya melihat Nabi
SAW berbuat seperti apa yang saya perbuat ini kemudian
beliau tertawa, ketika saya bertanya : wahai Rasulullah
mengapa engkau tertawa? Beliau menjawab: Sesungguhnya
Tuhan Yang Maha Suci itu merasa kagum terhadap hamba-
Nya apabila ia berdo’a : IGHFIR LII DZUNUUBI karena ia
menyadari bahwasannya tidak ada yang dapat mengampuni
dosa-dosa kecuali Aku (Allah).” (HR. Abu Dawud dan
Turmudzi)

SUNNAT MEMBACA TAKBIR DAN TASBIH DI
KALA BEPERGIAN

1. Dari Jabir ra., ia berkata : Apabila kami mendaki kami
membaca takbir dan apabila kami turun kami membaca
tasbih. (HR. Bukhari)

2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Apabila Nabi SAW beserta
pasukannya mendaki bukit, mereka membaca takbir dan
apabila turun, mereka membaca tasbih.(HR. Abu Dawud)

3. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Apabila Nabi saw. kembali
dari ibadah haji atau umrah, kemudian beliau mendaki bukit
atau gundukan pasir maka beliau membaca takbir tiga kali
dan membaca LAA ILAAHA ILLALLAAAHU WAHDAHU LAA
SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA
’ALAA KULLI SYAI-IN QADIR, AAYIBUNA ’AABIDUNA
SAJIDUUNA LIRABBINA HAAMIDUUN. SHADADAQALLAHU
WA’DAHU WANASHARA ’ABDAHU WAHAZAMAL AHZAABA
WAHDAH (Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada
sekutu bagi-Nya, segala kekuasaan dan segala puji bagi-Nya.
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami adalah orang yang
siap untuk pulang, kami adalah orang yang bertobat,
beribadah, bersujud dan memuji kepada Tuhan kami. Semua
janji Allah pasti benar, ia selalu menolong hamba-Nya, dan
mengalahkan musuhnya dengan sendirian).(HR. Bukhari dan
Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan :” Apabila beliau kembali
dengan bala tentara dan pasukan atau dari ibadah haji dan umrah”

4. Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya ada seseorang berkata :
”Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya akan bepergian, maka
berilah saya pesan.” Beliau bersabda : ”Kamu hendaklah
senantiasa bertakwa kepada Allah dan membaca takbir setiap
kali mendaki.” Ketika orang itu pergi, beliau berdoa :
”ALLAAHUMMATHWI LAHUL BU’DA WAHAWWIN ’ALAIHIS
SAFAR (Ya Allah perpendeklah baginya jarak yang jauh dan
permudahlah segala urusannya di dalam bepergian)(HR.
Turmudzi)

5. Dari Abu Musa Al Asy’ariy ra., ia berkata :”Kami berjalan
bersama Rasulullah saw. dan apabila kami mendaki maka
kami membaca tahlil dan takbir dengan suara keras,
kemudian Nabi SAW bersabda :”Wahai sekalian manusia,
kasihilah dirimu sendiri karena sesungguhnya kamu sekalian
tidaklah berdoa kepada Zat yang tuli dan tidak pula kepada
Zat yang jauh, sesungguhnya Ia selalu bersamamu, Ia Maha
Mendengar sangat dekat.”(HR. Bukhari dan Muslim)

6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
”Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi
keampuhannya, yaitu doanya orang yang teraniaya, orang
yang sedang dalam bepergian dan doa orang tua terhadap
anaknya.”(HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

DOA MENGHILANGKAN RASA TAKUT

1. Dari Khaulah binti Hakim ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa yang berhenti pada
suatu tempat kemudian ia membaca :
”A’UUDZUBIKALIMATILLAAHI TAAMMATI MIN SYARRI MAA
KHALAQ (Saya berlindung diri dengan kalimat Allah yang
sempurna dari kejahatan yang Ia ciptakan), niscaya ia tidak
akan terganggu oleh sesuatu apapun hingga ia meninggalkan
tempat tersebut.” (HR. Muslim)

Doa Ketika Berhenti Pada Suatu Tempat

1. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., sesungguhnya Rasulullah saw.,
jika takut terhadap suatu kaum beliau beroda :
”ALLAAHUMMA INNAA NAJ’ALUKA FII NUKHUURIHIM WA
NA’UUDZU BIKA MIN SYURUURIHIM. (Ya Allah, kami jadikan
Engkau pada leher mereka, dan kami berlindung kepada-Mu
dari kejahatan-kejahatan mereka).”(HR. Abu Dawud dan
Nasai dengan Isnad Sahih)

2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : ”Apabila Rasulullah saw.
sedang dalam bepergian dan menjelang waktu malam, maka
beliau berdoa : YAA ARDLU RABBI WARABBUKILLAAH.
A’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAA FIIKI WASYARRI MAA
KHULIQA FIIKI WA SYARRI MAA YADIBBU ’ALAIKI WA
A’UUDZUBIKI MIN SYARRI ASADIN WA ASWADA WA MINAL
HAYYATI WAL ’AQRABI WA MIN SAAKINIL BALADI WA MIN
WAALIDIN WAMAA WALAD. (Hai Bumi, Tuhanku dan Tuhanmu
adalah Allah. Saya berlindung diri kepada Allah dari
kejahatanmu hai bumi, kejahatan yang berada dalam
perutmu, kejahatan makhluk yang berada di perutmu dan
kejahatan binatang melata atasmu. Saya berlindung diri
denganmu dari kejahatan binatang busa, manusia, ular,
kalajengking, segala macam binatang serta Iblis dan
setan).”(HR. Abu Dawud)

SUNNAT KEMBALI BILA URUSAN SELESAI

1. Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda
: ”Bepergian itu merupakan bagian dari siksa, dimana seorang
harus mengurangi makan, minum, tidurnya. Oleh karena itu
apabila salah seorang diantara kamu sekalian telah selesai
urusannya dalam bepergian, maka hendaklah ia segera
kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

SUNNAT DATANG KEPADA KELUARGA PADA
WAKTU SIANG

1. Dari Jabir ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
”Apabila salah seorang diantara kamu sekalian bepergian
dalam waktu yang cukup lama, maka janganlah ia mengetuk
pintu pada keluarganya pada waktu malam.”
Dan didalam riwayat lain dikatakan :”Bahwasannya Rasulullah saw.
melarang seseorang untuk mengetuk pintu pada keluarganya pada
waktu malam.”(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Anas ra., ia berkata : ”Rasulullah saw. Tidak pernah
mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau
biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi dan
sore.”(HR. Bukhari dan Muslim)

DOA PULANG DARI BEPERGIAN

1. Dari Anas ra., ia berkata :”Kami kembali bersama Nabi saw.,
ketika kami telah sampai melihat Madinah, beliau membaca :
AYYIBUUNA TAA-IBUUNA’AABIDUUNA LIRABBINA HAAMIDUN
(Kami adalah orang yang siap pulang, kami adalah orang
yang bertobat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami).
Beliau senantiasa membaca doa itu sehingga kami sampai di
Madinah.”(HR. Muslim)

SUNNAT KE MASJID DAN SALAT DUA RAKAAT
KETIKA DATANG DARI BEPERGIAN

1. Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasannya Rasulullah saw. datang
dari bepergian, beliau langsung ke masjid dan salat dua
rakaat di dalamnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

HARAM PEREMPUAN PERGI SENDIRIAN

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
”Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada
Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu
sehari semalam kecuali bersama muhrimnya.”(HR. Bukhari
dan Muslim)

2. Dari Ibnu Abbar ra. bahwasannya ia mendengar Rasulullah
SAW bersabda :”Janganlah sekali-kali seorang laki-laki
melepas seorang perempuan kecuali dengan muhrimnya.”
Ada seorang laki-laki bertanya : wahai Rasulullah,
sesungguhnya istriku pergi untuk haji, saya telah tercatat
untuk ikut dalam peperangan ini dan itu.” Beliau bersabda
:”Pergilah kamu dan berhajilah bersama istrimu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN

1. Dari Abu Umamah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : ”Bacalah Al Qur’an! Karena
sesungguhnya Al Qur’an itu akan datang pada hari kiamat
sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya (yang berpegang
pada petunjuk-petunjuknya).”(HR. Muslim)

2. Dari An Nawwas bin Sam’an ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: ”Nanti pada hari kiamat akan
didatangkan Al-Qur’an dan ahlinya yang dulu
mengamalkannya di dunia, didahului dengan surat Al Baqarah
dan surat Ali Imran yang keduanya saling berbantah
mengenai ahli mereka masing-masing (Al Baqarah
mengatakan bahwa orang ini adalah orang yang
mengamalkan surat Al Baqarah, begitu pula surat Ali
Imran).”(HR. Muslim)

3. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :”Sebaik-baik kaliam adalah orang yang
mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”(HR. Bukhari)

4. Dari ’Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
”Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka nanti akan
berkumpul bersama-sama para malaikat yang mulia lagi taat.
Sedangkan orang yang kesulitan dan berat jika membaca Al-
Qur’an, maka ia mendapatkan dua pahala.”(HR. Bukhari dan
Muslim)

5. Dari Abu Musa Al-Asy’ariy ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda : “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al
Qu’ran seperti buah limau yang harum baunya dan lezat
rasanya. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka
membaca Al Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau
tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang
membaca Al Qu’ran seperti bunga yang harum baunya tetapi
rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Al Qur’an, seperti buah handhalah yang tidak ada
baunya dan rasanya pahit.” (HR.Bukhari dan Muslim)

6. Dari Umar bin Khaththab ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda
: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa
kaum dengan Al Kitab (Al Qur’an), dan Ia akan merendahkan
derajat suatu kaum yang lain dengannya.” (HR.Bukhari dan
Muslim)

7. Dari Ibnu Umar ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tidak
diperbolehkan iri hati kecuali dalam dua hal, yaitu seseorang
yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan
memahami Al Qur’an kemudian ia mengamalkannya, baik
pada waktu malam maupun siang, dan seseorang yang
dikarunia harta oleh Allah kemudian ia menafkahkannya di
dalam kebaikan, baik pada waktu malam maupun siang.”
(HR.Bukhari dan Muslim)

8. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata : “Ada seorang
membaca surat Al Kahfi dan di dekatnya ada seekor kuda
yang diikat tali pada kanan kirinya, kemudian orang itu
diliputi semacam awan selalu mendekat, sehingga kudanya
akan lari meninggalkan itu. Pada pagi harinya ia datang
kepada Nabi saw. dan menceritakan apa yang baru saja
terjadi, kemudian beliau bersabda : “Itu adalah suatu
ketenangan (rahmat) yang turun karena bacaan Al- Qur’an.”
(HR.Bukhari dan Muslim)

9. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al
Qur’an) maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu
kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan : ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu
huruf, ‘laam’ satu huruf dan ‘miim’ satu huruf.” (HR.Turmudzi)

10. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda : “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya
tidak ada sedikitpun dari Al Qur’an, maka ia bagaikan rumah
yang kosong.” (HR.Turmudzi)

11. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., dari Nabi saw. beliau
bersabda : “Nanti akan diperintahkan kepada orang yang
senang membaca Al Qur’an : Bacalah dengan baik dan tartil
sebagaimana kamu membacanya dengan tartil pada waktu
kamu di dunia. Karena sesungguhnya tempatmu tergantung
pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR.Abu Dawud dan
Turmudzi)

SUNNAH MEMBAGUSKAN SUARA DAN
MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Allah tidak senang sebagaimana
Nabi juga tidak senang mendengarkan suara merdu dan
keras, selain mendengar orang melagukan bacaan Al-
Qur’an.”(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Musa Al Asy’ariy bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda kepadanya : “Sungguh kamu telah dikaruniai
sebagian dari kebagusan suara keluarga Nabi Daud.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan, bahwa Rasulullah saw.
bersabda kepada Abu Musa : “Seandainya kamu mengetahui
sewaktu aku mendengar bacaanmu semalam.” Jawab Abu Musa :
“Andaikan saya tahu, tentu saya akan baca lebih merdu lagi
untukmu ya Rasulullah.”

3. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata : saya mendengar
Rasulullah saw. membaca surat WATTIINI WAZZAITUUNI
pada waktu Isra’, saya belum pernah mendengar seorang pun
yang suaranya lebih merdu daripada suara beliau.”
(HR.Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Lubabah bin Abdul Mudzir ra. bahwasanya Nabi saw.
bersabda : “Barangsiapa yang tidak suka membaguskan
suaranya di waktu membaca Al-Qur’an, maka tidaklah
termasuk golonganku.” (HR.Abu Dawud)

5. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda kepada
saya : “Bacalah Al Qur’an untukku.” Saya berkata : “Wahai
Rasulullah saya harus membacakan Al-Qur’an untuk engkau,
padahal kepada engkaulah Al-Qur’an diturunkan ?” Beliau
bersabda : “Sesungguhnya aku ingin mendengar Al-Qur’an itu
dibaca oleh orang lain.” Maka saya membacakan untuk beliau
surat An-Nisaa’ sehingga sampai pada ayat : FAKAIFA IDZAA
JI’NAA MIN KULLI UMMATIN BISYAHIIDIN WAJI’NAA BIKA
‘ALAA HAA-ULAA-I SYAHIIDAA (Maka bagaimana halnya orang
kafir nanti, apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari
tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad)
sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Kemudian
beliau bersabda : “Cukuplah sampai di sini.” Saya menoleh
kepada beliau, tiba-tiba kedua matanya mencucurkan air
mata.” (HR.Bukhari dan Muslim)

ANJURAN MEMBACA SURAT DAN AYAT-AYAT
TERTENTU

1. Dari Abu Sa’id Rafi’ Al Mu’alla ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda kepadaku :”Sukakah aku ajarkan kepadamu surat
yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari
masjid ?” Beliau lalu menggandeng tanganku. Ketika kami
hendak keluar kami menagih : “Wahai Rasulullah ! Engkau
tadi berkata : “Tentu aku ajarkan kepadamu surat yang
paling agung dalam Al-Qur’an.” Rasulullah saw. bersabda :
“ALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN (surat Al Fatihah),
yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an
terbesar yang diberikan kepadaku.”(HR.Bukhari)

2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., bahwasanya Rasulullah saw.
menceritakan tentang keutamaan surat QUL HUWALLAAHU
AHAD, di mana beliau bersabda : “Demi Zat yang jiwaku
berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surat itu (Qul
huwallaahu ahad) sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.”
Di dalam riwayat lain dikatakan : “Sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda kepada para sahabatnya : “Apakah masing-masing dari
kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur’an setiap
malam ?” Para sahabat merasa berat terhadap apa yang disabdakan
oleh beliau, dan mereka berkata : “Wahai Rasulullah, siapakah di
antara kami yang mampu berbuat seperti itu ?” Beliau bersabda :
“QUL HUWALLAAHU AHAD ALLAAHUSH SHAMAD itu adalah
sepertiga Al-Qur’an.”(HR.Bukhari)
Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra. bahwasanya ada seseorang yang
mendengar orang lain membaca QUL HUWALLAAHU AHAD
dengan dibaca berulang kali. Pada pagi harinya ia datang kepada
Rasulullah saw. dan menceritakan apa yang baru didengarnya
kepada beliau, dan seakan-akan ia meremehkan kepada
pahalanya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda : “Demi Zat yang
jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surat itu (
Qul huwallaahu ahad) adalah sebanding dengan sepertiga Al
Qur’an.”(HR.Bukhari)

3. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw.
menceritakan tentang keutamaan QUL HUWALLAAHU AHAD,
di mana beliau bersabda : “Sesungguhnya QUL HUWALLAAHU
AHAD itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.”(HR.Muslim)

4. Dari Anas ra. bahwasanya ada seseorang berkata : “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya saya sangat suka pada surat QUL
HUWALLAAHU AHAD.” Beliau bersabda : “Sesungguhnya
kecintaanmu terhadap surat itu dapat memasukkanmu ke
dalam surga.”(HR.Turmudzi)

5. Dari Uqbah bin Amir ra., bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda : “Tidakkah kamu perhatikan beberapa ayat yang
diturunkan pada malam ini tiada bandingannya sama sekali ?
Yaitu surat QUL A’UUDZU BIRABBIL FALAQ dan QUL A’UUDZU
BIRABBINNAAS.” (HR.Muslim)

6. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., ia berkata : “Rasulullah saw.
selalu berlindung diri dari gangguan jin dan manusia sehingga
turunlah surat Qul a’uudzu ( Qul a’uudzu birabbil falaq dan qul
a’uudzu birabbinnaas ). Setelah turun dua ayat itu beliau
membacanya dan meninggalkan doa-doa yang lain selain dua
surat tersebut.”(HR.Turmudzi)

7. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Di dalam Al Qur’an ada sebuah surat yang berisi tiga puluh
ayat yang dapat memberi syafaat kepada seseorang,
sehingga ia dapat diampuni, yaitu ayat TABARAKALLADZII
BIYADIHIL MULKU.”(HR.Abu Dawud dan Turmudzi)

8. Dari Abu Mas’ud Al Badriy ra., dari Nabi saw. beliau bersabda
: “Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat Al
Baqarah pada malam hari niscaya ia telah
tercukupi.”(HR.Bukhari dan Muslim)
Ada yang mengatakan ia telah terjaga dari sesuatu yang tidak
diinginkan pada malam itu.” Ada yang mengatakan : “Ia telah
cukup walaupun ia tidak bangun untuk salat malam.”

9. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda
: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti
kuburan (hanya untuk tidur). Sungguh setan itu lari dari
rumah yang dibacakan surat Al Baqarah.”(HR.Muslim)

10. Dari Ubay bin Ka’ab ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda : “Hai Abu Mundzir (Ubay bin Ka’ab) ! Tahukah
kamu ayat apakah dari kitab Allah yang kamu hafal yang
paling agung ?” Saya (Ubay) menjawab : “ALLAAHU LAA
ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM.” Kemudian
Rasulullah saw. menepuk dada saya dan bersabda : “Sungguh
luas pengetahuanmu, wahai Abu Mundzir.” (HR.Muslim)

11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah saw.
mempercayakan saya untuk menjaga zakat pada bulan
Ramadhan, kemudian ada seorang datang dan mengambil
segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan saya
katakan, “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada
Rasulullah saw.” Ia berkata : “Sesungguhnya saya adalah
orang miskin yang mempunyai banyak tanggungan keluarga
yang membutuhkan makanan.” Maka saya melepaskan orang
itu. Pagi harinya Rasulullah saw. bertanya : “Wahai Abu
Hurairah apa yang diperbuat tawananmu tadi malam ?” Saya
menjawab : “Wahai Rasulullah, ia mengeluh sangat
membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak
keluarga, maka saya merasa kasihan kepadanya lantas saya
lepaskan.” Beliau bersabda : “Sesungguhnya ia dusta
kepadamu dan ia akan datang lagi.” Saya percaya bahwa ia
akan datang lagi karena Rasulullah saw. telah mengatakan
hal itu, maka saya jaga benar-benar. Kemudian orang itu
datang lagi dan mengambil segenggam makanan, maka saya
berkata : “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada
Rasulullah saw. “ Ia berkata : “Maafkan saya, karena
sesungguhnya saya adalah orang miskin dan mempunyai
tanggungan banyak keluarga, saya tidak akan mengulangi
lagi.” Saya merasa kasihan kepadanya maka saya lepaskan.
Pagi harinya Rasulullah saw. bertanya : “Wahai Abu Hurairah,
apa yang diperbuat oleh tawananmu ?” Saya menjawab :
“Wahai Rasulullah ia mengeluh sangat membutuhkan
makanan sedangkan ia mempunyai banyak keluarga, maka
saya merasa kasihan kepadanya lantas saya lepaskan.” Beliau
bersabda : “Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan
kembali lagi.” Kemudian saya jaga benar-benar untuk ketiga
kalinya. Tiba-tiba ia datang lagi dengan mengambil
segenggam makanan, maka orang itu saya pegang dan
berkata : “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada
Rasulullah saw. Ini adalah perbuatanmu yang ketiga kalinya
di mana kamu berjanji untuk tidak akan mengulangi, tapi
ternyata kamu mengulangi lagi.” Ia berkata : “Maafkan saya,
sesungguhnya saya ingin memberitahukan kepadamu
beberapa kalimat yang mana Allah akan memberi manfaat
kepadamu dengan kalimat itu.” Saya bertanya : “Kalimatkalimat
apakah itu ?” Ia berkata : “Apabila kamu hendak tidur
maka bacalah ayat kursi yang berbunyi : “ALLAAHU LAA
ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUUM sampai akhir ayat.
Seandainya kamu membacanya, niscaya Allah selalu memberi
perlindungan dan setan tidak akan datang kepadamu sampai
waktu pagi.” Kemudian ia saya lepaskan. Pagi harinya
Rasulullah saw. bertanya kepada saya : “Apa yang diperbuat
oleh tawananmu pada waktu malam ?” Saya menjawab :
“Wahai Rasulullah, ia memberitahu kepada saya beberapa
kalimat yang mana Allah akan memberi manfaat kepada saya
dengan beberapa kalimat itu, maka ia saya lepaskan.” Beliau
bertanya : “Kalimat-kalimat apakah itu ?” Saya berkata :
“Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi dari
awal sampai selesai, yaitu ayat : ALLAAHU LAA ILAAHA ILLA
HUWAL HAYYUL QAYYUUM. Niscaya Allah akan selalu
memberi perlindungan kepadamu dan setan tidak akan
datang kepadamu sampai waktu pagi.” Kemudian beliau
bersabda : “Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu,
walaupun ia adalah pendusta. Tahukah kamu siapakah yang
datang kepadamu selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah
?” Saya menjawab : “Tidak.” Beliau bersabda : :”Itu adalah
setan.”(HR.Bukhari)

12. Dari Abu Darda’ bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat permulaan surat Al
Kahfi, niscaya ia terjaga dari Dajjal.”
Dan di dalam riwayat lain dikatakan : “Dari akhir surat Al
Kahfi.”(HR.Muslim)

13. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : “Ketika Jibril as. duduk
di hadapan Nabi saw., ia mendengar suara dari atasnya.
Kemudian ia mengangkat kepala dan berkata : “Pintu langit
pada hari ini dibuka di mana sebelumnya tidak pernah
dibuka.” Lalu turunlah malaikat. Jibril berkata : “Ini adalah
malaikat yang turun ke bumi. Ia tidak turun sama sekali
kecuali hari ini.” Malaikat itu mengucap salam dan berkata :
“Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan
kepadamu, yang tidak diberikan kepada seorang Nabi
sebelumnya, yaitu Fatihatul kitab dan ayat-ayat akhir surat Al
Baqarah. Engkau tidak membaca satu huruf pun dari padanya
kecuali engkau diberinya (diberi apa yang terkandung dalam
ayat-ayat tersebut).” (HR.Muslim)

SUNNAH BERKUMPUL UNTUK MEMBACA DAN
MEMPELAJARI AL QU’RAN

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Apabila berkumpul suatu kaum dalam rumah-rumah Allah
(masjid) untuk membaca Al Qur’an dan mempelajarinya,
maka ketenangan pasti akan turun kepada mereka, rahmat
Allah melingkupi mereka, malaikat-malaikat mengelilingi
mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan
makhluk yang ada di dekat-Nya (para malaikat).”(HR.Muslim)

KEUTAMAAN WUDHU
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Sungguh, umatku akan dipanggil
nanti pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya di sekitar
wajah, tangan dan kaki, karena bekas wudhu. Karena itu,
barangsiapa di antara kalian sanggup melebihkan basuhan
wudhunya (melebih yang telah difardhukan pada wajah,
tangan dan kaki), maka hendaklah ia berbuat.”(HR.Bukhari
dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
kekasihku Rasulullah saw. bersabda : “Perhiasan orang
mukmin ( di surga) itu sampai, sesuai dengan sampainya
wudhu.”(HR.Muslim)

3. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda : “Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya,
maka keluarlah semua dosa dari jasadnya, hingga dari bawah
kuku-kukunya.”(HR.Muslim)

4. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya melihat
Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhu saya ini, kemudian
beliau bersabda : “Barangsiapa berwudhu demikian, niscaya
diampuni dosanya yang telah dilakukan sebelumnya. Dan
salatnya serta berjalannya menuju ke masjid mendapat
tambahan pahala.”(HR.Muslim)

5. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda
: “Apabila seorang hamba muslim dan mukmin berwudhu,
ketika ia membasuh wajah, maka keluarlah dari wajahnya
semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya
bersama tetesan air yang terakhir ; ketika ia membasuh
kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya
setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya bersama
tetesan air yang terakhir ; apabila ia membasuh kedua
kakinya, maka keluarlah setiap dosa karena perjalanan
kakinya bersama tetesan air yang terakhir; sehingga ia keluar
dalam keadaan bersih dari semua dosa.”(HR.Muslim)

6. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. datang ke
kubur dan mengucapkan : ASSALAMU’ALAIKUM DAARA
QAUMIN MU’MINIINA WA INNA INSYAA ALLAAHU BIKUM
LAAHIQUUN”, aku merasa senang sekali bila dapat melihat
saudara-saudaraku.” Para sahabat bertanya : “Bukan kami ini
saudaramu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Kamu
sekalian adalah sahabatku. Adapun saudara-saudara kita
adalah orang-orang yang belum datang.” Para sahabat
bertanya : “Bagaimana engkau mengetahui umat yang belum
datang dari umatmu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab :
“Bagaimana pendapatmu jika seandainya ada seorang yang
mempunyai seekor kuda putih cemerlang berada di tengahtengah
kuda hitam pekat; apakah ia tidak mengetahui
kudanya yang putih cemerlang itu ?” Para sahabat berkata :
“Pasti mengetahui ya Rasulullah.” Beliau bersabda :
“Sesungguhnya saudara-saudara kita itu akan datang dalam
keadaaan putih cemerlang karena wudhu dan aku akan
membimbing mereka ke telaga .”(HR.Muslim)

7. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda
: “Maukah kalian aku tunjukkan kepada apa yang
menyebabkan Allah menghapus dosa dan meluhurkan derajat
?” Para sahabat menjawab : “Tentu ya Rasulullah !
“Rasulullah bersabda : “Menyempurnakan wudhu pada hal-hal
yang tidak disukai (misalnya pada waktu udara sangat
dingin), dan memperbanyak langkah menuju ke masjid serta
menunggu salat sesudah (sebelumnya). Maka inilah yang
disebut arribath (ikatan jiwa atas perbuatan taat ini), atau
penjagaan garis depan melawan musuh.”(HR.Muslim)

8. Dari Abu Malik Al Asy’ariy ra., ia berkata : “Rasulullah saw.
bersabda : “Membersihkan diri adalah sebagian dari iman
.”(HR.Muslim)

9. Dari Umar bin Khaththab ra., dari Nabi saw. beliau bersabda :
“Tidak seorang pun di antara kalian yang berwudhu dengan
menyempurnakan wudhu kalian, kemudian mengucapkan :
“ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAALLAAH WAHDAHU LAA
SYARIIKALAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU
WA RASUULUH “ (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya), kecuali ia
dibukakan pintu-pintu surga yang ada delapan, yang bisa ia
masuki dari mana pun ia suka.”(HR.Muslim)
Dan di dalam riwayat Turmudzi terdapat tambahan :
“ALLAHUMMAJ’ALNII MINAT TAUWABIINA WAJ’ALNII MINAL
MUTATHAHHIRIIN (Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk
golongan orang-orang yang suci).”

KEUTAMAAN ADZAN

1. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Seandainya orang-orang mengetahui pahala menyambut
adzan dan shaf awal (barisan pertama dekat imam),
kemudian untuk mendapatkannya harus melalui undian, tentu
mereka mau mengadakan undian itu. Andaikata mereka
mengetahui pahala berlomba berangkat salat, niscaya mereka
akan cepat-cepat mendatanginya. Dan seandainya mereka
mengetahui keutamaan salat Isya’ dan Shubuh, tentu mereka
akan segera mendatangi keduanya (berjama’ah), walaupun
dengan merangkak.”(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Mu’awiyah ra., ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda : “Para muadzin adalah manusia yang paling
panjang lehernya, kelak di hari kiamat (orang yang paling
banyak melihat rahmat Allah).”

3. Dari Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah bahwasanya Abu Sa’id
Al Khudriy ra. berkata kepada saya : “Sungguh, saya melihat
kamu menyukai kambing dan padang pasir. Karena itu,
apabila kamu berada di antara kambingmu atau
perkampungan gurun, lalu kamu melakukan adzan untuk
salat, maka perkeraslah suaramu dalam melantukan adzan
itu. Sebab, siapapun yang mendengar sepanjang suara
muadzin dapat didengar baik oleh jin maupun manusia atau
apapun, pasti menjadi saksi bagi muadzin nanti pada hari
kiamat.”(HR.Bukhari)

4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Apabila dikumandangkan adzan untuk salat, maka larilah
setan hingga terkentut-kentut, sampai ia tidak mendengar
adzan. Setelah adzan selesai, setan kembali menghadap lagi,
sampai ketika iqamat untuk salat dikumandangkan, setan lari
lagi. Sesudah iqamat selesai, setan kembali datang, sehingga
ia dapat melintas di antara seseorang dengan nafsunya. Ia
membisikkan : “Ingat ini dan ingatlah itu.” Mengingatkan apa
saja yang tadinya tidak ingat, hingga menjadi tidak tahu lagi
berapa rakaat ia salat. “(HR.Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya ia mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Apabila kalian mendengar adzan,
maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin.
Kemudian bacalah salawat untukku, karena barangsiapa
bersalawat kepadaku sekali, maka Allah memberi rahmat
kepadanya sepuluh kali. Selanjutnya, mintalah wasilah
kepada Allah untukku, sebab wasilah itu merupakan satu
tempat di surga yang hanya layak untuk seorang hamba di
antara para hamba Allah. Dan aku berharap akulah hamba
itu. Maka barangsiapa memintakan wasilah untukku, pasti
mendapat syafaatku.”(HR.Muslim)

6. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra. bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda : “Apabila kalian mendengar adzan, maka
ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh
muadzin.”(HR.Bukhari dan Muslim)

7. Dari Jabir ra., bahwasanya Rasululllah saw. bersabda :
“Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan :
ALLAAHUMMA RABBA HAADZIHID DA’WATIT TAAMMATI
WASHSHALAATIL QAA-IMATI AATI MUHAMMADANIL
WASHIILATA WAL FADLILAH WAB’ATSHU MAQAAMAN
MAHMUUDAL LADZII WA’ADTAHU (Ya Allah, penguasa
panggilan yang sempurna ini dan salat yang akan ditegakkan,
berilah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan dan
dudukkanlah ia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau
janjikan), maka tetaplah baginya syafaatku kelak di hari
kiamat.”(HR.Bukhari)

8. Dari Sa’id bin Abu Waqqash ra. dari Nabi saw. bahwasanya
beliau bersabda : “Barangsiapa ketika mendengar adzan lalu
mengucapkan : “ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAAH
WAHDAHU LAASYARIIKA LAH WA ANNA MUHAMMADAN
‘ABDUHU WARASUULUH RADLIITU BILLAHI RABBA’ WABI
MUHAMMADIN RASUULAL WABI ISLAAMIDIINA (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya
dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku rela
berTuhankan Allah dan bernabikan Muhammad dan
beragamakan Islam), maka diampunilah
dosanya.”(HR.Muslim)

9. Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah saw. bersabda : “Doa
(yang diucapkan) antara adzan dan iqamah tidak akan
ditolak.”(HR.Abu Dawud dan Turmudzi)

KEUTAMAAN SALAT

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Bagaimana pendapat kalian,
seandainya ada sebentang sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian, ia mandi dari sungai itu setiap hari
lima kali, apakah masih tersisa kotoran ?” Para sahabat
menjawab : “Tidak.” Rasulullah saw. bersabda : “Maka
demikianlah perumpamaan salat lima waktu. Dengannya Allah
menghapus semua kesalahan (dosa kecil yang berhubungan
dengan Allah Ta’ala).”(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Jabir ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Perumpamaan salat lima waktu itu seperti sungai yang
penuh air mengalir pada pintu salah seorang di antara kamu
sekalian, di mana ia mandi dari sungai itu lima kali
sehari.”(HR.Muslim)

3. Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya ada seorang laki-laki mencium
seorang perempuan, kemudian ia datang kepada Nabi saw.
dan menceritakan apa yang diperbuatnya, lantas Allah Ta’ala
menurunkan ayat : AQIMISH SHALATA THARAFAYIN NAHAARI
WAZULAFANM MINALLAILI INNAL HASANAATI YUDZ HIBNAS
SAYYIA-AAT (Dirikanlah salat pada waktu pagi, siang, sore –
Shubuh, Ashar atau Dhuhur—dan pada waktu malam –
Maghrib dan Isya’--. Sungguh kebaikan-kebaikan itu
memusnahkan keburukan). Orang laki-laki itu bertanya :
“Apakah ini khusus untuk diri saya ?” Beliau menjawab :
“Untuk semua umatku tanpa terkecuali.”(HR.Bukhari dan
Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Salat lima waktu dan satu Jum’at ke Jum’at berikutnya
adalah kafarat (menghapus dosa) yang terdapat di waktu itu,
selama dosa besar tidak dikerjakan.”(HR.Muslim)

5. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Seorang Muslim yang akan
melakukan salat fardhu, lalu ia menyempurnakan wudhunya,
khusyu’nya dan ruku’nya, maka dapat dipastikan salatnya
merupakan kafarat dari dosa-dosa sebelumnya, selagi dosa
besar tidak dikerjakan. Dan itu berlaku sepanjang
tahun.”(HR.Bukhari dan Muslim)

KEUTAMAAN SALAT SHUBUH DAN ASHAR

1. Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa ,mengerjakan dua salat dingin (salat Shubuh
dan salat Ashar), niscaya ia masuk surga.”(HR.Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Abu Zuhair (Umarah) bin Ruwaibah ra., ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Tidak akan masuk
neraka seseorang yang melakukan salat sebelum terbit
matahari (Shubuh) dan sebelum tenggelam matahari
(Ashar).”(HR.Muslim)

3. Dari Jundub bin Sufyan ra., ia berkata : Rasulullah saw.
bersabda : “Barangsiapa mengerjakan salat Shubuh, maka ia
berada dalam tanggungan Allah, maka waspadalah hai anak
Adam ! Allah tidak sekali-kali menuntut sesuatupun dari
tanggungan-Nya.”(HR.Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Berganti-ganti datang kepada kalian malaikat penjaga malam
dan malaikat penjaga siang. Mereka berkumpul pada waktu
Shubuh dan Ashar. Kemudian naiklah para malaikat yang
menghabiskan malam bersama kalian. Lalu Allah bertanya
pada mereka yang lebih mengetahui : “Bagaimana kalian
tinggalkan para hamba-Ku itu ?” Para malaikat menjawab :
“Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang salat dan
kami datang kepada mereka dalam keaadan sedang
salat.”(HR.Bukhari dan Muslim)

5. Dari Jabir bin Abdullah Al Bajaliy ra., ia berkata : “Sungguh,
kalian bakal dapat melihat Tuhan kalian, sebagaimana kalian
melihat rembulan ini, kalian tidak silau untuk melihatnya.
Karena itu, jika kalian sanggup tidak dikalahkan salat sebelum
terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah
salat itu.”(HR.Bukhari dan Muslim)

6. Dari Buraidah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa meninggalkan salat Ashar maka sia-sialah amal
kebaikannya.”(HR.Bukhari)

KEUTAMAAN PERGI KE MASJID

1. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa dalam waktu pagi atau sore menuju ke masjid,
maka Allah menyediakan untuknya hidangan di surga setiap
datang waktu pagi dan sore.”(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa membersihkan diri di rumahnya, kemudian
berjalan ke sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah
(masjid) untuk menunaikan satu fardhu, maka langkahnya
yang sebelah menurunkan dosa dan yang lain menaikkan
derajat.”(HR.Muslim)

3. Dari Ubay bin Ka’ab ra., ia berkata: “Ada seorang lelaki dari
sahabat Anshar yang saya ketahui tidak ada seorang pun
yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada rumahnya.
Tetapi ia tidak pernah terlambat salat. Pernah dikatakan
kepadanya: “Kalau saja kamu membeli seekor keledai yang
dapat kamu kendarai dalam kegelapan dan pada hari yang
sangat panas.” Dia menjawab: “Tidaklah menggembirakan
seandainya rumahku berada di samping masjid. Sungguh,
aku menginginkan dituliskan jalanku menuju masjid dan
kepulanganku kembali kepada keluargaku.” Rasulullah saw.
bersabda: “Allah telah mengumpulkan untukmu semua itu
(pahala berjalan berangkat dan kembali).” (HR Muslim)

4. Dari Jabir ra., ia berkata: “Beberapa tempat di sekitar masjid
masih kosong, maka Bani Salimah bermaksud untuk pindah
di dekat masjid. Berita itu terdengar oleh Nabi saw.,
kemudian beliau bersabda kepada mereka: “Aku mendengar
bahwasanya kamu sekalian bermaksud untuk pindah di dekat
masjid?” Mereka menjawab: “Benar wahai Rasulullah, kami
bermaksud demikian,” Beliau bersabda: “Wahai Bani Salimah
tetaplah kamu pada rumahmu, karena bekas-bekas
langkahmu itu tercatat sebagai amal kebaikan.” Mereka
berkata, “Kami tidak jadi pindah rumah.” (HR. Muslim)

5. Dari Abu Musa ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
“Sungguh, orang yang paling besar pahalanya dalam salat
adalah yang paling jauh perjalanannya menuju tempat salat.
Dan orang yang menunggu salat sampai ia selesai salat
bersama imam, adalah lebih besar pahalanya dibanding
orang yang salat sendiri kemudian segera pulang tidur.” (
HR. Bukhari dan Muslim)

6. Dari Buraidah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
pergi ke masjid dalam kegelapan malam, mereka telah
disediakan cahaya yang sempurna nanti pada hari kiamat.”
(HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

7. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Maukah kutunjukkan kepada kalian apa yang menyebabkan
Allah menghapus dosa dan meninggikan derajat?” Para
sahabat menjawab: Tentu, ya Rasulullah.” Rasulullah
bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu pada waktu yang
tidak disukai dan memperbanyak langkah ke masjid, serta
menunggu salat sesudah salat (sebelumnya). Maka inilah
yang dinamakan kewaspadaan dalam memelihara perintah
Allah. Hal inilah yang disebut arribaath (ikatan).” (HR
Muslim)

8. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra., dari Nabi saw., beliau
bersabda: “Apabila kalian melihat seseorang yang biasa ke
masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “INNAMAA YA’MURU
MASAAJIDALLAAHI MAN AAMANA BILLAAHI WAL YAUMIL
AAKHIR (Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari
Akhir).” (HR. Turmudzi)

KEUTAMAAN MENANTI SALAT

1. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Salah seorang di antara kalian terus menerus berada dalam
salat, selagi salat itu menahannya. Tidak ada yang mencegah
untuk balik kepada keluarganya kecuali salat (menunggu
salat, pahalanya seperti mengerjakan salat).” (HR. Bukhari
dana Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: “Malaikat memintakan ampun dan rahmat untuk
seseorang di antra kalian, selagi dia (orang tersebut) berada
di tempat salatnya yang baru diselesaikan, selagi tidak
berhadas malaikat mengucapkan doa: “ALLAAHUMMAGHFIR
LAHU, ALLAAHUMMAGHFIRHAMHU (Ya Allah, ampunilah dia.
Ya Allah, rahmatilah dia).” (HR. Bukhari)

3. Dari Anas ra., bahwasanya pada suatu malam Rasulullah
saw. mengakhiri salat Isya’ sampai tengah malam, kemudian
beliau menatap kami setelah selesai kemudian bersabda:
“Orang-orang telah salat dan telah tidur, sedangkan kamu
sekalian tetap dianggap mengerjakan salat.” (HR. Bukhari)

KEUTAMAAN SALAT JAMAAH

1. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Salat berjamaah itu lebih utama daripada salat sendirian,
dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
“Salat seseorang dengan berjamaah itu dilipatkan dua puluh
lima kali lipat atas salat sendiri yang dikerjakan di rumah
atau di pasar. Hal itu apabila ia berwudhu dengan sempurna,
kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk
salat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan
dan kesalahan (dosa)nya diturunkan. Lali ketika ia
melakukan salat, malaikat senantiasa memohonkan ampun
dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di
tempat salatnya dan tidak berhadas. Malaikat berdoa: “Ya
Allah ampunilah dia Ya Allah rahmatilah dia.” Dan tetap
dianggap berada dalam salat (mendapat pahala seperti itu),
selama ia menanti salat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Ada seorang buta datang
kepada Nabi saw. dan ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak
ada seorangpun yang menuntun saya untuk datang ke
masjid,” kemudian ia minta keringanan kepada beliau agar
diperkenankan salat di rumahnya, maka beliau pun
mengizininya, tetapi ketik ia bangkit hendak pulang, beliau
bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar azan?” ia
menjawab: “Ya” Beliau bersabda: “Kamu harus datang ke
Masjid.” (HR. Muslim)

4. Dari Abdullah, ada yang memanggilnya dengan Amar bin
Qais yang terkenal dengn Ibnu Ummi Maktum ra. (muazin)
bahwasanya ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di
kota Madinah ini banyak hal-hal yang membahayakan dan
binatang buas.” Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu
mendengar: HAYYA ‘ALASH SHALAAH HAYYA ‘ALAL FALAAH,
maka kamu harus mendatanginya.” (HR. Abu Dawud)

5. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Demi Zat yang menguasaiku. Sungguh aku benar-benar
pernah bermaksud menyuruh mengumpulkan kayu bakar.
Kemudian aku memerintah salat dengan mengumandangkan
azan lebih dulu. Lalu aku menyeruh seseorang mengimami
orang banyak. Kemudian aku pergi ke rumah orang-orang
yang tidak memenuhi panggilan salat, lalu aku bakar rumahrumah
mereka dengan mereka sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

6. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: “Barangsiapa merasa
senang apabila bertemu Allah Ta’ala besok (pada hari
kiamat) dalam keadaan muslim, maka hendaklah ia
memelihara salat pada waktunya, ketik mendengar suara
azan. Sesungguhnya Allah telah mensyari’atkan kepada Nabi
Muhammad saw. jalan-jalan petunjuk. Seandainya kalian
melakukan salat itu di rumah sebagai kebiasaan orang yang
tidak suka berjamaah, niscaya kalian telah meninggalkan
sunnah Nabi, pasti kalian sesat. Aku benar-benar melihat di
antara kita tidak ada yang meninggalkan salat jamaah,
kecuali orang-orang munafik yang benar-benar munafik.
Sungguh pernah terjadi seorang lelaki diantar ke masjid, ia
terhuyung-huyung di antara dua orang, sampai ia
diberdirikan dalam shaf (barisan salat).” (HR. Muslim)
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. telah
mengajarkan jalan-jalan petunjuk yakni salat di masjid yang
terdengar azannya.

7. Dari Abu Darda’ ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Apabila di suatu desa atau kampung
terdapat tiga orang, dan di situ tidak diadakan salat jamaah
niscaya mereka telah dijajah oleh setan. Oleh karena itu
hendaklah kamu sekalian selalu mengerjakan salat dengan
berjamaah sebab serigala itu hanya menerkam kambing yang
jauh terpencil dari kawan-kawannya.” (HR. Abu Dawud)

ANJURAN BERJAMAAH SALAT SUBUH DAN
ISYA'

1. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang salat Isya'
dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan salat
setengah malam. Dan barangsiapa yang salat Subuh dengan
berjamaah seolah-olah ia mengerjakan salat semalam
suntuk.” (HR. Muslim)
Dan di dalam riwayat Turmudzi ra. bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: “Barangsiapa mengerjakan salat Isya' dengan
berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat setengah malam,
dan barangsiapa mengerjakan salat Isya' dan Subuh dengan
berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat semalam suntuk.”
(HR. Turmudzi)

2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Seandainya manusia mengetahui keutamaan salat Isya' dan
Subuh tentu mereka mendatangi keduanya (berjamaah),
walaupun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada salat yang lebih berat bagi orang-orang munafik
melebihi salat Subuh dan Isya'. Seandainya mereka
mengetahui keutamaan kedua salat itu, niscaya mereka
mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dengan
merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

BAB PERINTAH MENJAGA SALAT FARDHU

1. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Saya bertanya kepada
Rsaulullah saw.: “Amal perbuatan apakah yang paling
utama?” Beliau menjawab: “Salat tepat pada waktunya.”
Saya bertanya: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Berbakti
kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian
apa?” beliau menjawab: “Jihad (berjuang) di jalan Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda:
“Islam itu didirikan atas lima sendi, yaitu menyaksikan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, mendirikan salat,
menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa pada
bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Aku diperintah untuk memerangi manusia, sampai mereka
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, mereka mendirikan salat
dan memberikan zakat. Apabila mereka telah berbuat
demikian, maka terpeliharalah darah mereka, kecuali dengan
hak Islam, sedangkan perhitungan amal mereka pada Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Mu’adz ra., ia berkata: Rasulullah saw. mengutus saya
ke Yaman dan bersabda: “Sungguh, engkau akan
mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Ajaklah mereka
untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah. Kalau mereka telah
mentaati, maka ajarilah mereka (beritahulah mereka) bahwa
Allah Ta’ala mewajibkan kepada mereka salat lima waktu
sehari semalam. Apabila mereka telah mentaati, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah Ta’ala
mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) yang dipungut
dari orang-orang kaya kemudian diberikan kepada orangorang
miskin. Apabila mereka telah mentaati, maka
peliharalah kehormatan dan harta mereka. Takutlah kamu
terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada tirai
(penghalang) antara doa itu dengan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

5. Dari Jubair ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan
kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan salat.” (HR.
Muslim)
6. Dari Buraidah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Ikatan
janji di antara kamu (umat Islam) dengan mereka (orangorang
kafir) adalah salat. Maka barangsiapa yang
meninggalkan salat berarti ia kafir.” (HR. Turmudzi)

7. Dari Syaqiq bin Abdullah seorang ulama tabi’in yang telah
disepakati memiliki kelebihan rahimahullah berkata: “Para
sahabat Nabi Muhammad saw. tidak ada yang berpendapat
tentang suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan menjadi
kafir, kecuali salat.” (HR. Turmudzi)

8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan yang pertama kali dihisab
pada seseorang nanti di hari kiamat adalah salat. Apabila
salatnya bagus, maka berbahagia dan beruntunglah ia, tetapi
apabila salatnya rusak maka menyesal dan merugilah ia.
Apabila di dalam salat fardhunya terdapat suatu kekurangan,
maka Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman:
“Lihatlah, apakah hamba-Ku ini mengerjakan salat sunnat
sehingga kekurangan salat fardhunya dapat disempurnakan
dengannya.” Kemudian setelah salat itu dihisab barulah
amal-amal perbuatan yang lainnya dihisab.” (HR. Turmudzi)

KEUTAMAAN SHAF PERTAMA

1. Dari Jabir bin Samurah ra., ia berkata: Rasulullah saw. keluar
kepada kami dan bersabda: ‘Tidakkah kalian ingin bershaf
(berbaris) sebagaimana shaf malaikat di hadapan
Tuhannya?” Rasulullah saw. bersabda: “Mereka
menyempurnakan shaf-shaf pertama dan berapat-rapat di
dalam shaf.” (HR. Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala
mendatangi azan dan shaf pertama, kemudian untuk
mendapatkannya harus diundi niscaya mereka mau
mengadakan undian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Shaf kaum lelaki yang paling baik adalah yang pertama dan
yang paling jelek adalah shaf terakhir, sedangkan shaf kaum
wanita yang paling baik adalah shaf terakhir dan yang paling
jelek adalah shaf pertama.” (HR. Muslim)

4. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra. bahwasanya Rasulullah saw.
melihat para sahabat mundur ke belakang, maka beliau
bersabda: “Majulah kalian! Makmumlah kalian kepadaku dan
hendaklah makmum kepada kalian orang-orang yang datang
sesudah kalian. Tak henti-hentinya suatu kaum datang
terlambat, sampai Allah mengakhiri mereka.” (HR. Muslim)

5. Dari Abu Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah saw. mengusapusap
bahu kami ketika kami sedang salat serta beliau
bersabda: “Ratakan barisan kalian dan jangan berselisih yang
menyebabkan hati kalian berbeda. Harap dekat denganku, di
antara kalian yang sudah baligh dan berakal, kemudian
orang-orang yang di bawahnya (seperti anak-anak yang
sudah tamyiz/pintar), kemudian yang di bawahnya.” (HR.
Muslim)

6. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda:”Ratakanlah shaf-shaf kalian! Sebab, meratakan
shaf itu termasuk kesempurnaan shalat.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dan di dalam riwayat Bukhari dikatakan: “Sesunguhnya meratakan
shaf itu termasuk menegakkan shalat.”

7. Dari Anas ra., ia berkata: Ketika iqamat untuk salat
dikumandangkan, Rasulullah saw. menoleh kepada kami dan
bersabda: “Ratakanlah shaf-shaf kalian dan merapatlah!
Karena, aku dapat melihat kalian dari balik punggungku.”
(HR. Bukhari)
Dan di dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian masing-masing
dari kami meluruskan bahunya dengan bahu kawannya dan telapak
kakinya dengan telapak kaki kawannya.” (HR. Bukhari)

8. Dari An Nu’man bin Basyir ra., ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Hendaknya benar-benar
diratakan shaf-shaf kalian, atau Allah betul-betul mengganti
wajah-wajah kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

9. Dalam riwayat Muslim, bahwasanya Rasulullah saw.
meluruskan shaf kami sehingga seakan-akan beliau
meluruskan anak panah, sampai beliau berpendapat bahwa
kami sudah sadar. Pada suatu hari beliau keluar dan
langsung berdiri, ketika beliau hendak takbir ada seseorang
yang dadanya menonjol tidak lurus dalam barisan itu,
kemudian beliau bersabda: “Wahai hamba Allah, kamu
seklian harus meluruskan barisanmu atau Allah akan
menyelisihkan di antara kamu sekalian.”

10. Dari Al Barra’ bin Azib ra., ia berkata: Rasulullah memasuki
sela-sela shaf sambil mengusap dada dan bahu kami, serta
bersabda: “Janganlah kalian berbengkok-bengkok, karena
hatimu nanti akan berselisih.” Beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengaruniakan rahmat, dan malaikat
memohonkan rahmat untuk orang-orang yang berada pada
shaf pertama.” (HR. Abu Dawud)

11. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian,
tutuplah lobang-lobang shaf kalian dan janganlah kamu
biarkan renggang shafmu karena akan ditempati setan.
Barangsiapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan
mempertemukannya, dan barangsiapa yang memutuskan
shaf maka Allah akan memutuskannya.” (HR. Abu Dawud)

12. Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Rapatkanlah shaf-shaf kalian dan berdekat-dekatlah kalian
serta luruskanlah leher kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada
dalam genggaman-Nya, sungguh aku melihat setan-setan itu
masuk di sela-sela barisan seperti kambing yang hitam lagi
kecil.” (HR. Abu Dawud)

13. Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Sempurnakanlah shaf terdepan kemudian shaf yang berada
di belakangnya. Apabila ada yang tidak penuh maka
hendaklah pada shaf yang paling belakang.” (HR. Abu
Dawud)

14. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah memberikan rahmat dan malaikat
memohonkan kepada orang-orang yang berada pada shaf
sebelah kanan.” (HR. Abu Dawud)

15. Dari Al Barra’ ra., ia berkata: “Apabila kami salat di belakang
Rasulullah saw. maka kami suka pada sebelah kanannya,
karena beliau menatap kami dengan wajahnya, sehingga
saya mendengar beliau berdoa: ROBBI QINII ‘ADZAABAKA
YAUMA TAB’ATSU AU TAJMA’U ‘IBAADAKA (Ya Tuhan,
hindarkan aku dari siksa-Mu pada hari Kau bangkitkan atau
Kau kumpulkan hamba-hamba-Mu).” (HR. Muslim)

16. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Tempatkanlah imam itu di tengah-tengah dan tutuplahselasela
shafmu.” (HR. Abu Dawud)

KEUTAMAAN SALAT SUNNAT RAWATIB

1. Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah (Romlah) binti Abu
Sofyan ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Tiada seorang muslim yang mengerjakan salat
karena Allah, setiap hari dua belas rakaat, melainkan Allah
menyediakan baginya sebuah rumah di dalam surga; atau
melainkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim)

2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Saya bersama-sama dengan
Rasulullah saw. mengerjakan salat dua rakaat sebelum salat
Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah
salat Jum'at, dua rakaat sesudah salat Maghrib, dan dua
rakaat sesudah salat Isya'.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Abdullah bin Mughaffal ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: “Di antara setiap azan dan iqamah ada salat, di
antara setiap azan dan iqamah ada salat.” Setelah beliau
mengucapkan yang ketiga kalinya, beliau bersabda: “Bagi
orang yang suka mengerjakannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

DIANJURKAN SALAT SUNNAT SEBELUM
SHUBUH

1. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. tidak pernah
meninggalkan salat sunnat empat rakaat sebelum salat
Shubuh.” (HR. Bukhari)

2. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Nabi saw. selalu menepati di
dalam mengerjakan salat sunnat melebihi dua rakaat fajar
(sebelm salat Shubuh).” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari ‘Aisyah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Dua rakaat
fajar (sebelum salat Shubuh) adalah lebih baik daripada
dunia seisinya.” (HR. Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Dua rakaat fajar
itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya.

4. Dari Abdullah (Bilal) bin Rabah ra. muazin Rasulullah saw., ia
datang kepada Rasulullah saw. untuk azan Shubuh.
Kemudian Bilal ditanya tentang sesuatu oleh ‘Aisyah sampai
lmbat azannya. Bilal lantas azan dan dilanjutkan dengan
iqamat. Namun Rasulullah saw. belum juga keluar. Sesudah
Nabi saw. keluar dan segera salat bersama orang-orang, Bilal
memberitahu kepadanya kalau ia telah ditanya macammacam
olah ‘Aisyah hingga pagi benar. Kemudian beliau
bersabda: “Sesungguhnya aku mengerjakan dua rakaat
shalat fajar lebih dulu.” Ada seorang sahabat berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sudah berada pada
waktu pagi-pagi benar.” Beliau bersabda: “Walaupun waktu
lebih pagi lagi, niscaya aku akan tetap mengerjakan dua
rakaat fajar dengan sesempurna-sempurnanya dan sebaikbaiknya.”
(HR. Abu Dawud)

SUNNAT MEMBACA AYAT ATAU SURAT YANG
PENDEK

1. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. salat dua rakaat yang
ringan antara azan dan iqamatnya salat Subuh.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau salat dua rakaat
fajar sangat ringan (cepat), sehingga saya bertanya pada diri
sendiri: “Apakah beliau membaca Al-Fatihah pada kedua rakaat
itu?”
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau mengerjakan
dua rakaat dengn ringan apabila mendengar azan.
Dalam riwayat kain dikatakan “Apabila fajar telah menyingsing.”

2. Dari Hafshah ra. bahwasanya Rasulullah saw. apabila telah
mendengar muazin mengumandangkan azan Shubuh maka
beliau mengerjakan salat dua rakaat yang ringan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

3. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: “Rasulullah saw. biasa salat
malam dua rakaat dua rakat salam, dan pada akhir malam
beliau salat Witir satu rakaat, serta salat dua rakaat sebelum
Shubuh apabila beliau telah mendengar azan.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

4. Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada rakaat
pertama dari salat fajar membaca: “QUULUU AAMANNAA
BILLAAHI WAMAA UNZILA ILAINAA” yang terdapat pada
surat Al Baqarah; dan pada rakkat kedua beliau membaca
“AAMANNAA BILLAAHI WASYHAD BI-ANNAA MUSLIMUUN”.
Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua
beliau membaca ayat: ”TA’AALAU ILAA KALIMATIN SAWAAIN
BAINANAA WA BAINAKUM,”

5. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada dua
rakaat fajar membaca : “QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan
QUL HUWALLAAHU AHAD.” (HR. Muslim)

6. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: “Selama sebulan saya
melihat Nabi saw. pada dua rakaat fajar selalu membaca QUL
YAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan QUL HUWALLAAHU AHAD.”
(HR. Tirmidzi)

SUNNAT BERBARING PADA PINGGANG SEBELAH
KANAN SESUDAH SALAT SUNNAT FAJAR

1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Apabila Nabi selesai salat dua
rakaat fajar, maka beliau berbaring pada pinggang sebelah
kanan.” (HR. Bukhari)

2. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Nabi saw. apabila salat sebelas
rakaat di antara Isya' dan Shubuh dimana setiap dua rakaat
beliau salam serta witir satu rakaat. Apabila muazin yang
mengumandangkan azan Subuh telah selesai dan fajar telah
menyingsing serta si muazin telah datang kepada Nabi, maka
beliau mengerjakan salat dua rakaat yang ringan, kemudian
berbaring pada pinggang sebelah kanan sampai si muazin
mengumandangkan iqamat.” (HR. Muslim)

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kamu telah salat dua rakaat
fajar maka hendaklah ia berbaring pada pinggang sebelah
kanan.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

SALAT SUNNAT DHUHUR

1. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: “Saya salat dua rakaat
sebelum salah Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya bersamasama
Rasulullah saw.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. tidak pernah
meninggalkan salat sunnat empat rakaat sebelum salat
Dhuhur.” (HR. Bukhari)

3. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: Nabi saw. biasa salat empat
rakaat sebelum Dhuhur di rumah, kemudian beliau
mengimami shalat, setelah itu beliau pulang dan
mengerjakan salat sunnat dua rakaat di rumah. Beliau biasa
mengimami salat Maghrib, kemudian beliau pulang dan
mengerjakan salat sunnat dua rakaat di rumah. Beliau biasa
mengimami salat Isya', kemudian beliau pulang dan
mengerjakan salat sunnat dua rakaat di rumah.” (HR.
Muslim)

4. Dari Ummu Habibah ra., ia berkata: Rasululllah saw.
bersabda: “Barangsiapa selalu mengerjakan salat sunnat
empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat
sesudahnya, niscaya Allah mengharamkan dirinya dari api
neraka.” ( HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

5. Dari Abdullah bin As Saib ra. bahwasanya Rasulullah saw.
selalu salat sunnat empat rakaat setelah matahari tergelincir,
sebelum beliau mengerjakan salat Dhuhur. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya saat-saat seperti ini pintu-pintu langit sedang
dibuka, oleh karena itu aku ingin agar amal kebaikanku naik
ke atas pada saat-saat seperti ini.” (HR. Turmudzi)

6. Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya apabila Nabi saw. tidak
mengerjakan salat sunnat empat rakaat sebelum Dhuhur,
maka beliau mengerjakannya sesudah salat Dhuhur.” ( HR.
Turmudzi)

SALAT SUNNAT ASHAR

1. Dari Ali bin Abu Thalib ra., ia berkata: “Nabi saw. selalu salat
sunnat empat rakaat sebelum salat Asar, dimana beliau
memisahkannya dengan salam yang ditujukan kepada
malaikat MUQARRABIN dan kaum muslimin dan kaum
mukminin yang mengikutinya.” (HR. Turmudzi)

2. Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Semoga
Allah selalu memberi rahmat kepada seseorang yang suka
mengerjakan salat sunnah empat rakaat sebelum salat Asar.”
(HR Abu Dawud dan Turmudzi)

3. Dari Ali bin Abu Thalib ra. bahwasanya Nabi saw. sering salat
sunnah dua rakaat sebelum salat Asar.” (HR. Abu Dawud)

SALAT SUNNAT MAGHRIB

Pada bab-bab terdahulu telah disebutkan sebagian hadis yang
menyangkut tentang salat sunnah sesudah salat Maghrib, yaitu
hadis Ibnu Umar dan hadis ‘Aisyah yang mana kedua-duanya
merupakan hadis shahih, disebutkan: “Bahwasanya Nabi saw.
senantiasa mengerjakan salat sunnat dua rakaat sesudah salat
Maghrib.”

1. Dari Abdullah bin Mughaffal ra. dari Nabi saw., beliau
bersabda: “Salatlah kalian, sebelum mengerjakan salat
Maghrib.” Kemudian pada perintah yang ketiga kalinya,
beliau bersabda: “Bagi orang yang mau mengerjakannya.”
(HR. Bukhari)

2. Dari Anas ra, ia berkata : “Saya melihat tokoh-tokoh sahabat
Rasulullah saw, selalu terburu-buru untuk mengerjakan salat
sunnat Maghrib.”(H.R Bukhari)

3. Dari Anas ra, ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw. Kami
biasa salat sunnat dua rakaat sesudah matahari terbenam
dan sebelum mengerjakan salat Maghrib.” Kemudian ada
seseorang bertanya : “Apakah Rasulullah saw. Mengerjakan
salat sunnat itu?” Anas menjawab: “Beliau melihat kami
mengerjakan salat sunnat itu, beliau tidak menyuruh dan
melarang kami.”(H.R Muslim)

4. Dari Anas ra, ia berkata : “Ketika kami di Madinah, apabila
muazin telah mengumandangkan azan maghrib maka orangorang
selalu terburu-buru untuk mengerjakan salat sunnat
dua rakaat, sehingga kalau ada orang asing masuk ke masjid
itu maka ia akan menyangka bahwa salat maghrib telah
dikerjakan, karena banyaknya orang yang mengerjakan salat
sunat itu.”(H.R Muslim)

SALAT SUNNAT ISYA’

1. Ibnu Umar berkata : “Saya mengerjakan salat sunnat dua
sesudah salat Isya’ bersama-sama dengan Nabi saw.” Dan
juga hadis Abdullah bin Mughaffal, di mana beliau bersabda :
“Di antara tiap-tiap adzan dan iqamat ada salat sunnat.” (H.R
Bukhari dan Muslim)

SALAT SUNNAT JUMAT

1. Bahwasanya Ibnu Umar salat sunnat dua rakaat sesudah salat
Jumat bersama-sama dengan Nabi saw.(H.R Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw. Bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan salat
Jumat maka hendaklah ia mengerjakan salat sunnat empat
rakaat sesudahnya.”(H.R Muslim)

3. Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. Tidak mengerjakan
salat sunnat sesudah salat Jumat sehingga beliau pulang,
kemudian beliau salat sunnat dua rakaat di rumahnya.”(H.R
Muslim)

SALAT SUNNAT DI RUMAH

1. Dari Zaid bin Tsabit ra, bahwa Nabi saw bersabda : “Wahai
sekalian manusia, salatlah kamu sekalian di rumah, karena
sesungguhnya seutama-utama salat adalah salat seseorang di
rumahnya kecuali salat fardhu.”(H.R Bukhari dan Muslim)

2. Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Laksanakanlah salat sunnat di rumah kalian, dan janganlah
kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.”(H.R Bukhari
dan Muslim)

3. Dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw. Bersabda : “Apabila
salah seorang di antara kalian telah selesai mengerjakan salat
di masjid, maka hendaklah ia mengerjakan sebagian salat
sunnat di rumahnya, karena sesungguhnya dengan salat itu
Allah menjadikan kebaikan di rumahnya.”(H.R Muslim)

4. Dari Amr bin Atha’ bahwasanya Nafi’ bin Jubair mengutus
untuk pergi ke tempat Saib bin Yazin kemenakan Namir,
untuk menanyakan tentang sesuatu yang terjadi antara Saib
dengan Muawiyah dalam hal salat, kemudian Saib berkata :
“Benar. Saya salat Jumat bersama Muawiyah di istana setelah
imam mengucapkan salam kemudian saya langsung berdiri
untuk mengerjakan salat sunnat di tempat itu. Ketika
Muawiyah masuk ke rumahnya, ia memanggil saya dan
berkata : “Janganlah diulangi apa yang telah kamu kerjakan.
Jika kamu selesai salat Jumat maka janganlah kamu
menyambungnya dengan salat sunnat sebelum kamu
berbicara atau keluar. Karena sesungguhnya Rasulullah saw.
Menyuruh yang demikian, supaya kamu tidak boleh
menyambung sesuatu salat dengan salat yang lain sebelum
berbicara atau keluar.”(H.R Muslim)

SALAT WITIR

1. Dari Ali ra, ia berkata : “Salat Witir itu tidak diharuskan
sebagaimana salat fardhu, tetapi Rasulullah saw, selalu
mengerjakannya serta bersabda : “Sesungguhnya Allah itu
witir(ganjil/esa) dan suka pada yang ganjil, maka salat
witirlah kalian wahai Ahli Quran.”(H.R Abu Dawud dan
Turmudzi)

2. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata : “Dari semua waktu-waktu malam,
Rasulullah saw, selalu mengerjakan salat Witir. Beliau pernah
mengerjakan salat witir pada permulaan malam, dan pernah
pada akhir malam, serta paling akhir beliau mengerjakan
salat Witir sampai habis waktu sahur.(H.R Bukhari dan
Muslim)

3. Dari Ibnu Umar ra, dari nabi saw, beliau bersabda : “Tutuplah
salat malammu dengan salat witir.”(H.R Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra, bahwasanya nabi saw, bersabda
: “Salat witirlah kalian sebelum Subuh.”(H.R Muslim)

5. Dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Nabi saw, biasa salat sunnat
pada waktu malam, sedangkan ‘Aisyah membujur di
depannya, apabila beliau tinggal mengerjakan salat Witir
beliau membangunkan ‘Aisyah, kemudian ia mengerjakan
salat Witir.”(H.R Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Apabila beliau tinggal
mengerjakan salat Witir, beliau bersabda : “Wahai ‘Aisyah
bangun dan berwitirlah kamu.”

6. Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Nabi saw, bersabda :
“Kejarlah salat Subuh itu dengan Witir.” (H.R Abu Dawud dan
Turmudzi)

7. Dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Barangsiapa yang khawatir untuk tidak bisa bangun pada
akhir malam, maka salatlah Witir pada permulaannya. Dan
barangsiapa berkeyakinan akan bisa bangun pada akhir
malam, maka salatlah Witir pada akhir malam itu disaksikan
oleh malaikat dan hal itu adalah lebih utama.” (H.R Bukhari)

KEUTAMAAN SALAT DHUHA

1. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : “kekasihku (Muhammad
saw.) mewasiatkan kepadaku dengan puasa tiga hari setiap
bulan serta dua rakaat Dhuha, dan aku mengerjakan salat
Witir sebelum aku tidur.”(H.R Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Dzar ra, dari Nabi saw, beliau bersabda : “Setiap
pagi, masing-masing ruas anggota badan kalian wajib
dikeluarkan sedekahnya. Dan setiap tasbih adalah sedekah.
Setiap bacaan tahmid adalah sedekah. Setiap bacaan tahlil
adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah,
menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah dan melarang
berbuat mungkar adalah sedekah. Kesemuanya itu dapat
diganti dengan dua rakaat Dhuha.”(H.R Muslim)

3. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata : “Biasanya Rasulullah saw.
melakukan shalat Dhuha empat rakaat dan beliau menambah
sekehendak Allah.”(H.R Muslim)

4. Dari Ummu Hanik (Fakhitah) binti Abu Thalib ra, ia berkata :
“Pada penaklukan kota Makkah saya datang kepada
Rasulullah saw. dan saya dapatkan beliau sedang mandi.
Ketika telah selesai mandi, beliau salat sunnat delapan rakaat.
Salat itu adalah salat Dhuha.”(H.R Bukhari dan Muslim)

WAKTU SALAT DHUHA

1. Dari Zaid bin Arqam ra, bahwasanya ia melihat orang-orang
mengerjakan salat Dhuha (pada waktu belum begitu siang),
maka ia berkata : “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah
mengetahui bakwa salat Dhuha selain salat ini lebih utama,
karena sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda : “Salatnya
orang-orang yang kembali kepada Allah adalah pada waktu
anak-anak unta bangun dari pembaringannya karea tersengat
panasnya matahari.”(H.R Muslim)

ANJURAN MENGERJAKAN SALAT TAHIYATUL
MASJID

1 Dari Abu Qatadah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid. Maka
janganlah duduk dulu sebelum mengerjakan salat dua
rakaat.”(H.R Bukhari dan Muslim)

2. Dari Jabir ra, berkata : “Saya datang kepada Nabi saw,
sedangkan beliau sedang berada di masjid, kemudian
bersabda : “Salatlah dua rakaat.”(H.R Bukhari dan Muslim)

SALAT SUNNAT SESUDAH WUDHU

1. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda
kepada Bilal: “Hai Bilal! Ceritakanlah kepadaku tentang amal
yang kamu harapkan akan mendapatkan pahala, yang telah
kamu kerjakan dalam Islam. Karena sesungguhnyalah aku
mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.” Bilal
menjawab : “Saya tidak beramal dengan sesuatu amal pun
yang lebih saya harapkan pahalanya, kecuali saya
mengerjakan salat dengan bersuci baik di waktu siang atau
malam sesuai dengan apa yang telah ditentukan buatku untuk
salat.”(H.R Bukhari dan Muslim)

KEUTAMAAN HARI JUMAT

1. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Sebaik-baik hari di mana terbit matahari adalah hari Jumat.
Pada hari itulah, Nabi Adam diciptakan. Pada hari itu
dimasukkan surga dan pada hari itu pula ia dikeluarkan dari
Surga.”(H.R Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Barangsiapa berwudhu dengan sempurna, kemudian
mendatangi salat Jumat, lalu mendengarkan (khutbah) dan
dia, maka diampunilah dosa yang ia lakukan antara hari itu
sampai Jumat yang lalu ditambah tiga hari. Dan barangsiapa
menyentuh kerikil (artinya main-main pada waktu khatib
berkhutbah, tidak mau mendengarkan) maka benar-benar
tidak ada gunanya.”(H.R Muslim)

3. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda : “Salat
lima waktu, Jumat. Dan Ramadhan adalah kafarat (penebus)
atas dosa-dosa yang dilakukan di antara kesemuanya, selama
dosa-dosa besar dijauhinya.”(H.R Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra, dan Ibnu Umar ra, bahwasanya
keduanya mendengar Rasulullah saw, bersabda di atas
mimbarnya: “orang-orang boleh memilih, mau menghentikan
kebiasaan meninggalkan salat Jumat atau Allah sungguhsungguh
akan menutupi hati mereka, hingga mereka benarbenar
menjadi orang-orang yang lalai.”(H.R Muslim)

5. Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian datang salat Jumat,
maka hendaklah ia mandi”(H.R Bukhari dan Muslim)

6. Dari Abu Sa`id Al Khudriy ra. bahwasanya Rasulullah saw,
bersabda : “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap
orang yang sudah baligh.”(H.R Bukhari dan Muslim)

7. Dari Samurah ra, ia berkata Rasulullah saw, bersabda :
“Barangsiapa yang wudhu pada hari Jumat maka
beruntunglah ia pada hari itu, dan barangsiapa yang mandi,
itu lebih baik baginya.”(H.R Abu Dawud dan Turmudzi)

8. Dari Salman ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Seorang lelaki yang mandi pada hari Jumat dan bersuci diri
semampu ia bersuci, memakai minyak atau wewangian,
kemudian ia keluar ke masjid, tidak memisahkan antara dua
orang yang sedang duduk untuk dilompati, lalu mengerjakan
salat sesuai dengan yang telah ditentukan baginya, kemudian
ia diam ketika imam(khatib) sedang berkhutbah, maka pasti
dosanya diampuni antara Jumat itu dengan Jumat yang lalu.”
(H.R Bukhari)

9. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, bersabda :
“Barangsiapa mandi pada hari Jumat seperti mandi Jinabat,
kemudian berangkat di saat pertama, maka seolah-olah ia
berkurban unta. Barangsiapa berangkat di saat kedua, maka
seolah-olah berkurban seekor sapi. Barangsiapa berangkat di
saat ketiga, maka seolah-olah berkurban seekor kibas
bertanduk. Barangsiapa berangkat di saat keempat, maka
seolah-olah berkurban seeokor ayam. Dan barangsiapa
berangkat di saat kelima, maka seolah-olah berkurban sebutir
telur. Lalu apabila imam keluar (untuk berkhutbah) para
malaikatpun hadir mendengarkan zikir.” (H.R Bukhari dan
Muslim)

10. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ketika Rasulullah
saw, membicarakan hari Jumat. beliau bersabda : “Pada hari
itu ada suatu saat, apabila ada seorang muslim yang sedang
salat bertepatan, dengan saat itu kemudian ia memohon
kepada Allah, niscaya Allah mengabulkan permohonannya.”
Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjukkan bahwa
saat itu sangat sebentar.”(H.R Bukhari dan Muslim)

11. Dari Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy`ariy, ia berkata :
Abdullah bin Umar ra, bertanya : “Apakah kamu pernah
mendengar ayahmu menceritakan tentang saat yang istimewa
pada hari Jumat dari Rasulullah saw?” Abu Burdah menjawab
: “Ya, Saya perbah mendengar ayah berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw, bersabda : “Saat itu berada di
antara duduknya imam sampai selesai salat.”(H.R Muslim)

12. Dari Aus bin Aus ra, ia berkata : Rasulullah saw,
bersabda : “Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari
Jumat, maka perbanyaklah membaca salawat untukku pada
hari itu karena bacaan salawatmu pasti disampaikan
kepadaku.”(H.R Abu Dawud)

SUNNAT SUJUD SYUKUR BILA MENDAPATKAN
NIKMAT

1. Dari Sa’ad bin Abu Waqqas ra., ia berkata : Kami bersamasama
dengan Rasulullah saw, keluar dari Makkah menuju ke
Madinah, ketika kami hampir sampai di Azwara, beliau turun
kemudian mengangkat kedua tangannya dan berdoa sejenak
kepada Allah lantas sujud. Beliau melakukannya tiga kali.
Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku memohon kepada
Tuhan agar diizinkan memberi syafaat pada umatku,
kemudian Allah memperkenankan untuk sepertiga umatku,
maka aku bersujud kepada Tuhanku karena bersyukur.
Setelah itu aku mengangkat kepala dan memohon kepada
Tuhanku agar diizinkan memberi syafaat kepada umatku,
kemudian Allah memperkenankan untuk sepertiga umatku,
maka aku bersujud kepada Tuhanku karena bersyukur.
Setelah itu aku mengangkat kepala lagi dan memohon kepada
Tuhanku agar diizinkan memberi syafaat kepada umatku,
kemudian Allah memperkenankan untuk sepertiga yang lain,
maka aku sujud syujur kepada Tuhanku.”
(H.R Abu dawud)

KEUTAMAAN SALAT MALAM

1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata : “Nabi saw, berdiri salat malam,
hingga pecah-pecah kedua telapak kaki beliau. Saya bertanya
kepada beliau : “Untuk apakah engkau berbuat ini, wahai
Rasulullah, sedangkan engkau telah benar-benar
diampunidosa-dosamu yang telah lewat dan yang akan
datang?” Rasulullah saw, bersabda : “tak bolehkan aku
menjadi hamba yang banyak bersyukur.”(H.R Bukhari dan
Muslim)

2. Dari Al Mughirah, seperti hadis tersebut di atas, yang juga
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
3. Dari Ali ra, bahwasanya pada suatu malam ketika ia tidur
bersama Fatimah, tiba-tiba Nabi saw, mengetuk pintu serta
bersabda : “Kenapa kalian tidak mengerjakan salat?”(H.R
Bukhari dan Muslim)

4. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin Khaththab ra, dari
ayahnya dari Nabi saw, bersabda : “Sebai-baik orang adalah
Abdullah, seandainya ia suka mengerjakan salat malam.”
Salim berkata : “Maka sesudah itu Abdullah hanya tidur
sebentar pada waktu malam.”(H.R Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata Rasulullah saw,
bersabda : “Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan
di mana dia bangun pada waktu malam, tetapi tidak mau
mengerjakan salat sunnat pada waktu malam.”(H.R Bukhari
dan Muslim)

6. Dari Ibnu Mas`ud ra, ia berkata : “Pernah di hadapan Nabi
saw. Diceritakan tentang seseorang yang tidur pada waktu
malam sampai pagi (tidak bangun pada waktu malam),
kemudian beliau bersabda : “Itu adalah orang yang kedua di
telinganya dikencingi oleh setan.” Atau beliau bersabda : “Di
telinganya.”(H.R Bukhari dan Muslim)

7. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda :
“Setan mengikat tengkuk kepala salah seorang di antara
kalian sewaktu tidur dengan tiga ikatan. Pada masing-masing
ikatan itu setan berkata : “Tidurlah lagi, malam masih
panjang.” Apa bila orang itu bangun kemudian zikir kepada
Allah Ta`ala maka lepaslah satu ikatan. Apabila ia berwudhu,
maka lepaslah satu ikatan lagi. Dan apabila ia salat, maka
lepaslah semua ikatan itu, sehingga pada waktu pagi ia akan
tangkas dan tenang jiwanya, sedang kalau tidak, maka ia
akan lesu dan malas.”(H.R Bukhari dan Muslim)

8. Dari Abdullah bin Salam ra, bahwasanya Nabi saw, bersabda :
“Wahai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam, berikanlah
makanan, dan salatlah kalian pada waktu mala sewaktu
manusia sedang tidur, niscaya kamu sekalian akan masuk
surga dengan selamat.” (H.R Turmudzi)

9. Dari Abu Jurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda :
“Puasa yang paling utama selain puasa Ramadhan adalah
puasa pada bulan Muharram dan salat yang paling utama
sesudah salat fardhu adalah salat malam (Tahajjud)(H.R
Muslim)

10. Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Nabi saw. bersabda :
“Salat malam itu dua rakaat. Apabila kamu khawatir
kedahuluan Subuh ,maka witirlah dengan satu rakaat.”(H.R
Bukhari dan Muslim)

11. Dari Ibnu Umar ra, ia berkata : “Adalah Nabi saw.
melakukan salat malam dua rakaat dan salat witir dengan
satu rakaat.”(H.R Bukhari dan Muslim)

12. Dari Anas ra, ia berkata : “Rasulullah saw, sering
berbuka (tidak puasa) dalam suatu bulan, sehinggga kami
menyangka beliau tidak pernah puasa dalam bulan itu, dan
beliau sering berpuasa, sehingga kami menyangka beliau
tidak pernah berbuka sedikitpun dalam bulan itu. Demikian
pula apabila kamu melihat beliau salat pada waktu malam,
niscaya kamu dapat melihatnya, dan apabila kamu ingin
melihat beliau tidur niscaya kamu dapat melihatnya.”(H.R
Bukhari)

13. Dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw, biasa salat
sebelas rakaat pada waktu malam, di mana dalam setiap
beliau sujud, lamanya kira-kira sama dengan seorang
membaca lima puluh ayat, dan itu beliau belum mengangkat
kepala. Beliau salat dua rakaat sebelum salat Subuh,
kemudian beliau berbaring pada pinggang kanannya,
sehingga muazin mengumandangkan iqamat untuk salat
Subuh.”(H.R Bukhari)

14. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata : “Rasulullah saw, tidak
pernah salat malam lebih dari sebelas rakaat baik itu pada
bulan Ramadhan maupun pada bulan lainnya, di mana beliau
salat empat rakaat yang cukup lama dan sempurna,
kemudian beliau salat empat rakaat yang sama lama dan
sempurna khusuknya, kemudia beliau salat tiga rakaat. Saya
bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak tidur
sebelum salat Witir?” Beliau menjawab : “Wahai ‘Aisyah
sesungguhnya kedua mataku terpejam, tetapi hatiku tidak
tidur.”(H.R Bukhari dan Muslim)

15. Dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Nabi saw, biasa tidur pada
permulaan malam dan bangun pada akhir malam, kemudian
mengerjakan salat.”(H.R Bukhari dan Muslim)

16. Dari Ibnu Mas`ud ra, ia berkata : “pada suatu malam
saya salat bersama-sama dengan Nabi saw, dan beliau lama
sekali berdiri sehingga timbul niat yang tidak baik dalam diri
saya.” Ada seorang yang menanyakan : “Niat apakah itu?” ia
menjawab : “Saya bermaksud ingin duduk dan meninggalkan
salat bersama beliau.”(H.R Bukhari dan Muslim)

17. Dari Hudzaifah ra, ia berkata : “Pada suatu malam saya
salat dengan Nabi saw, setelah membaca Al Fatihah, beliau
membaca surat Al Baqarah , dalam hati saya berkata :
“mungkin beliau akan rukuk setelah mendapat seratus ayat.”
Setelah beliau mendapat seratus ayat, beliau melanjutkan
bacaannya, maka dalam hati saya berkata: “Mungkin beliau
akan mengkhatamkan (menghabiskan) surat Al Baqarah
dalam satu rakaat.” Selesai membaca surat Al Baqarah, dalam
hati saya berkata : “Sekarang mungkin beliau akan
melakukan rukuk.” Tetapi beliau mulai membaca surat An
Nisa’ dan dibacanya samapi selesai, kemudian beliau
membaca surat Ali Imran dengan sangat hati-hati dan jelas.
Apabila beliau membaca ayat yang di dalamnya ada perintah
tasbih, maka beliau membaca tasbih. Apabila beliau membaca
ayat yang di dalamnya ada perintah untuk memohon, maka
beliau memohon. Apabila beliau membaca ayat yang di
dalamnya ada perintah untuk berlindung diri, maka beliau
berlindung diri. Kemudian beliau ruku dengan membaca:
SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIIM, lamanya rukuk hampir sama
dengan lamanya berdiri. Kemudian beliau membaca
:SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA LAKAL HAMDU.
Kemudian beliau berdiri yang lamanya hampir sama dengan
lamanya rukuk, kemudian sujud dan membaca : SUBHAANA
RABBIYAL A’LAA. Lamanya sujud hampir sama dengan
lamanya berdiri.”(H.R Muslim)

18. Dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw, pernah
ditanya: “manakah yang paling utama di dalam salat?” Beliau
menjawab : “Lamanya berdiri.”(H.R Muslim)

19. Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, bahwasanya
Rasulullah saw, bersabda : “Salat yang paling disenangi oleh
Allah adalah cara salatnya Nabi Dawud, dan puasa yang
paling disenangi oleh Allah adalah cara puasanya Nabi Dawud,
dimana beliau tidur setengah malam dan bangun pada
sepertiganya serta tidur seperenam malam, beliau puasa
sehari dan berbuka sehari.” (H.R Bukhari dan Muslim)

20. Dari Jabir ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw, bersabda : “Sesungguhnya pada waktu malam terdapat
satu saat, apabila seorang muslim memohon kebaikan kepada
Allah Ta’ala baik berkaitan dengan urusan dunia maupun
akhirat, niscaya Allah mengabulkan permohonannya. Dan saat
yang demikian itu ada pada setiap malam.” (H.R Muslim)

21. Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw., bersabda
: “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan salat
pada waktu malam hendaklah ia memulainya dengan dua
rakaat yang ringan. ”(H.RMuslim)

22. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah saw,
mengerjakan salat pada waktu malam, beliau memulainya
dengan dua rakaat yang ringan.”( H.R Muslim)

23. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata : “Apabila Rasulullah saw,
tidak dapat mengerjakan salat pada waktu malam karena
sakit atau karena sesuatu yang lain, maka beliau
mengerjakan salat sebelas rakaat pada waktu siang.”(H.R
Muslim)

24. Dari Umar bin Khaththab ra, ia berkata : Rasulullah
saw, bersabda : “Barangsiapa tertidur tidak mengerjakan
kebiasanya atau melaksanakannya antara salat Subuh dan
Dhuhur, maka dicatatkan baginya seolah-olah ia membaca
atau melaksanakannya pada waktu malam.”(H.R Muslim)

25. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw,
bersabda : “Allah sangat mengasihani orang laki-laki yang
bangun pada waktu malam, kemudian mengerjakan salat dan
mau membangunkan istrinya.. Apabila istrinya enggan
bangun, maka ia menyiramkan air pada muka istrinya itu.
Allah sangat mengasihani seorang perempuan yang bangun
pada waktu malam, kemudian mengerjakan salat dan mau
membangunkan suaminya. Apabila suaminya enggan bangun,
maka ia menyiramkan air pada muka suaminya itu.”(H.R Abu
Dawud)

26. Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id ra, mereka berkata :
Rasululllah saw, bersabda : “Apabila seorang laki-laki
membangunkan istrinya pada waktu malam, kemudian
keduanya salat dua rakaat, maka masing-masing dicatat
dalam glongan orang-orang yang selalu zikir kepada Allah
Ta’ala .”

27. Dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Nabi saw, bersabda :
“Apabila salah seorang di antara kalian mengantuk dalam
mengerjakan salat, maka hendaklah ia tidur sehingga rasa
kantuknya hilang. Sebab, jika salat sambil mengantuk, bisa
jadi ia bermaksud memohon ampun tetapi malah mengutuk
dirinya sendiri.”(H.R Bukhari dan Muslim)

28. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw.,
bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian
mengerjakan salat pada waktu malam, kemudian ia membaca
Al Quran melalui lisannya, tetapi ia tidak mengetahui apa
yang sedang dibacanya maka hendaklah ia tidur.”(H.R
Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

heryanto_6444@ymail.com