Riyadhus Shalihin (bahasa Indonesia)
(Taman Orang-Orang Shalih)
IMAM NAWAWI
1
Ikhlas dan Niat
dalam Segala Perilaku
Kehidupan
1. Dari Amiril Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khathab bin
Naufal
bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah
bin
Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Qurasyiy Al-Adawiy
ra.,
ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap amal disertai dengan niat. Setiap amal seseorang
tergantung dengan apa yang diniatkannya. Karena itu, siapa
saja yang hijrahnya (dari Mekkah ke Madinah) karena Allah
dan Rasul-Nya. (mekakukam hijrah demi mengagungkan dan
melaksanakan perintah Allah dan utusan-Nya), maka
hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya (diterima dan
diridhai Allah). Tetapi siapa saja yang melakukan hijrah
demi
kepentingan dunia yang akan diperolehnya, atau karena
perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sebatas
kepada sesuatu yang menjadi tujuannya (tidak diterima oleh
Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah ra. ia berkata:
Rasulullah SAW Bersabda: “Ada sekelompok pasukan yang
akan menyerang Ka’bah, namun ketika mereka sampai di
tanah lapang, maka mereka dibinasakan dari muka sampai
yang paling belakang. Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana mereka dibinasakan dari depan sampai yang
paling belakang, padahal di antara mereka ada orang yang
berbelanja serta ada pula orang yang bukan dari golongan
mereka?” Beliau menjawab: “Mereka dibinasakan dari depan
sampai yang paling akhir, kemudian mereka akan
dibangkitkan sesuai dengan niatnya masing-masing.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Dari Aisyah ra. Ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Tidak ada
hijrah lagi setelah dibukanya kota Makkah, tetapi yang ada
adalah jihad (berjuang di jalan Allah) dan niat untuk selalu
berbuat baik. Oleh karena itu, jika kalian dipanggil untuk
berjuang, maka berangkatlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshariy ra. Ia
berkata:
Kami bersama Nabi SAW dalam salah satu peperangan,
kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya di Madinah ada
beberapa orang, apabila kalian menempuh perjalanan atau
menyeberangi lembah, mereka senantiasa mengikuti,
sedangkan yang mengahalangi mereka hanyalah sakit.”
Dalam salah satu riwayat disebutkan, Rasulullah bersabda:
“Melainkan mereka selalu menyertai kalian di dalam mencari
pahala.” (HR. Muslim)
5. Dari Anas ra., ia berkata: Kami bersama-sama dengan Nabi
SAW kembali dari peperangan Tabuk, kemudian beliau
menjelaskan: “Sesungguhnya masih ada beberapa kaum atau
orang yang kami tinggalkan di Madinah, mereka senantiasa
menyertai kita, baik sewaktu keluar masuk pedusunan
maupun sewaktu menyeberangi lembah, yang menghalangi
mereka hanya uzur.” (HR. Bukhari)
6. Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al-Akhnas ra. Ia
berkata:
“Ayahku Yazid biasa mengeluarkan beberapa dinar untuk
disedekahkan, dan dipercayakan kepada seseorang di masjid
untuk membaginya. Kemudian aku pergi ke masjid untuk
meminta dinar itu, dan menunjukkan kepada ayahku, lalu
ayahku berkata: “Demi Allah, dinar itu tidak aku sediakan
untukmu.” Peristiwa itu kemudian aku sampaikan kepada
Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: “Bagimu apa yang
kamu niatkan hai Yazid, dan bagimu apa yang kamu ambil hai
Ma’an.” (HR. Bukhari)
7. Dari Abu Ishaq Sa’ad bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay Al-Qurasyiy Az-Zuhriy ra. (beliau salah seorang dari
sepuluh orang yang dijamin masuk surga), ia berkata:
“Rasulullah SAW menjenguk saya ketika haji Wada’, karena
sakit keras, kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya sakit saya sangat keras sebagaimana engkau
lihat, sedangkan saya mempunyai harta yang cukup banyak
dan yang mewarisi hanyalah seorang anak perempuan.
Bolehkah saya sedekahkan dua pertiga dari harta saya itu?”
Beliau menjawab: “Tidak boleh.” Saya bertanya lagi:
“Bagaimana kalau separuhnya?” Beliau menjawab: “Tidak
boleh.” Saya bertanya lagi: “Bagaimana kalau sepertiganya?”
Beliau menjawab: “Sepertiga itu banyak dan cukup besar.
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu
lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin, sehingga mereka terpaksa meminta-minta
kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu
nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Allah pasti
kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh
istrimu.” Kemudian saya bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
saya akan segera berpisah dengan kawan-kawanku?” Beliau
menjawab: “Sesungguhnya kamu belum akan bepisah. Kamu
masih akan menambah amal yang kamu niatkan untuk
mencari ridha Allah, sehingga akan bertambah derajat dan
keluhuranmu. Dan barangkali kamu akan segera meninggal
setelah sebagian orang dapat mengambil manfaat darimu,
sedangkan yang lain merasa dirugikan olehmu. Seraya
berdoa, Abu Ishaq berkata: “Ya Allah, mudah-mudahan
sahabat-sahabatku dapat melanjutkan hijrah mereka dan
janganlah engkau mengembalikan mereka ke tempat yang
mereka tinggalkan, tetapi kasihan Sa’ad bin Kaulah yang
selalu disayangkan oleh Rasulullah karena ia mati di
Makkah.”
(HR. Bukhari dan Muslim) )
8. Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr ra., ia berkata
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa
kalian, tetapi Dia memandang kepada hati kalian.” (HR.
Muslim)
9. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy ra., ia
berkata:
“Rasulullah SAW pernah ditanya, manakah yang termasuk
berperang di jalan Allah? Apakah berperang karena
keberanian, kesukuan, ataukah berperang karena ria’?
Rasulullah SAW menjawab: “Siapa saja yang berperang agar
kalimat Allah terangkat, maka itulah perang di jalan Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
10. Dari Abu Bakrah Nufa’i bin Harits Ats-Tsaqafiy ra., ia
berkata: Nabi SAW bersabda: “Apabila ada dua orang Islam
yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang
membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada dalam
neraka.” Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, sudah wajar yang
membunuh masuk neraka, tetapi mengapa yang terbunuh
juga masuk neraka?” Beliau menjawab: “Karena ia sangat
berambisi untuk membunuh kawannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah, lebih banyak
pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di
rumahnya, selisih dua puluh derajat. Karena seseorang yang
telah menyempurnakan wudhunya, kemudian pergi ke masjid
dan hanya bertujuan untuk shalat, maka setiap langkah
diangkatlah satu derajat dan diampuni satu dosa, sampai ia
masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid ia dianggap
mengerjakan shalat selama menunggu dilaksanakannya. Para
malaikat mendoakan: “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah
dosa-dosanya, terimalah taubatnya selama tidak berbuat
gaduh dan berhadats.” (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib
ra., ia berkata: Rasulullah SAW menjelaskan apa yang
diterima dari Tuhannya, yaitu: “Sesungguhnya Allah SWT.,
sudah mencatat semua perbuatan baik dan buruk, kemudian
Allah menerangkannya kepada para malaikat, mana
perbuatan yang baik dan mana pula perbuatan buruk yang
harus dicatat. Oleh karena itu, siapa saja bermaksud
melakukan perbuatan baik, lalu tidak mengerjakannya, maka
Allah mencatat maksud baik itu sebagai satu amal baik yang
sempurna. Jika orang itu bermaksud melakukan kebaikan,
lalu mengerjakannya, maka Allah mencatat disisi-Nya sebagai
sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, dan dilipat
gandakannya lagi. Siapa saja yang bermaksud melakukan
keburukan, lalu tidak jadi melakukannya, maka Allah
mencatatnya sebagai satu amal baik yang sempurna. Apabila
ia bermaksud melakukan keburukan kemudian
mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu
kejelekan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Dari Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin
Khaththab ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW,
bercerita: “Sebelum kalian, ada tiga orang sedang berjalanjalan,
kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat
digunakan untuk berteduh dan mereka pun masuk, tiba-tiba
ada batu yang besar dari atas bukit menggelinding dan
menutupi pintu gua, sehingga mereka tidak dapat keluar.
Salah seorang diantara mereka berkata “Sungguh tidak ada
yang dapat menyelamatkan kalian dari bahaya ini, kecuali
bila
kalian berdoa kepada Allah SWT., dengan menyebutkan amalamal
shalih yang pernah kalian perbuat.” Kemudian salah
seorang diantara mereka berdoa: “Ya Allah, Saya mempunyai
orang tua yang sudah renta. Kebiasaanku, mendahulukan
mereka minum susu sebelum saya berikan kepada anak isteri
dan budakku. Suatu hari, saya terlambat pulang karena
mencari kayu namun keduanya sudah tidur, aku enggan
untuk membangunkannya, tetapi saya terus memerah susu
untuk persedian minum keduanya. Walaupun demikian saya
tidak memberikan susu itu kepada keluarga maupun kepada
budakku sebelum keduanya minum. Dan saya menunggunya
hingga terbit fajar. Ketika keduanya bangun, kuberikan susu
itu untuk diminum, padahal semalam anakku menangis
terisak-isak minta susu sambil memegangi kakiku. Ya Allah,
jika berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini.” Kemudian
bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa
keluar
dari gua itu. Orang kedua pun melanjutkan doanya: “Ya Allah,
sesungguhnya saya mempuyai saudara sepupu yang sangat
saya cintai.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Saya sangat
mencintainya sebagaimana orang laki-laki mencintai orang
perempuan, saya selalu ingin berbuat zina dengannya, tetapi
ia selalu menolaknya. Beberapa tahun kemudian, ia tertimpa
kesulitan. Ia pun datang untuk meminta bantuanku, dan saya
berikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat
menyerahkan dirinya kapan saja saya menginginkan.” Pada
riwayat yang lain: “Ketika saya berada diantara kedua
kakinya, ia berkata: “Takutlah kamu kepada Allah. Janganlah
kamu sobek selaput darahku kecuali dengan jalan yang
benar.” Mendengar yang demikian saya meninggalkannya dan
merelakan emas yang aku berikan, padahal dia orang yang
sangat saya cintai. Ya Allah, jika perbuatan itu karena
mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang
menutupi gua ini.” Kemudian bergeserlah batu itu, tetapi
mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yang ketiga
melanjutkan doanya: “Ya Allah, saya mempekerjakan
beberapa karyawan dan digaji dengan sempurna, kecuali ada
seorang yang meninggalkan saya dan tidak mau mengambil
gajinya terlebih dahulu. Kemudian gaji itu saya kembangkan
kemudian menjadi banyak. Selang beberapa tahun, dia
datang dan berkata: “Wahai hamba Allah, berikanlah gajiku!”
Saya berkata: “Semua yang kamu lihat baik unta, sapi,
kambing, maupun budak yang menggembalakannya, semua
adalah gajimu.” Ia berkata: “Wahai hamba Allah, janganlah
engkau mempermainkan aku!” Saya menjawab: “Saya tidak
mempermainkanmu.” Kemudian dia mengambil semuanya itu
dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika
perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
singkirkanlah batu yang menutupi pintu gua ini.” Kemudian
bergeserlah batu itu dan mereka pun bisa keluar dari dalam
gua.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Taubat
1. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Saya mendengar dari
Rasulullah SAW, bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya
membaca istighfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh
puluh kali setiap hari.” (HR. Bukhari)
2. Dari Al-Aghar bin Yasar Al-Muzanniy ra., ia berkata:
Rasulullah SAW, bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah
kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya,
sesungguhnya saya bertaubat seratus kali setiap hari.” (HR.
Muslim)
3. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshariy (pembantu
Rasulullah SAW) berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya,
melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian ketika
menemukan kembali untanya yang hilang di padang yang
luas.” (Muttafaqalaih)
Dalam riwayat Imam muslim disebutkan, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah sangat gembira menerima taubat
hamba-Nya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi dari
kegembiraan seseorang yang berkendaraan di tengah padang
pasir tetapi hewan yang dikendarai lari meninggalkannya,
padahal di atas hewan itu terdapat makanan dan minuman,
kemudian dia berteduh di bawah pohon, dan membaringkan
badannya, sedang ia benar-benar putus asa untuk
menemukan kembali hewan yang dikendarainya. Ketika
bangkit, tiba-tiba ia menemukan kembali hewan yang
dikendarainya lengkap dengan bekal yang dibawanya, ia pun
segera memegang tali kekangnya, seraya berkata karena
sangat gembira: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku
adalah Tuhan-mu.” Ia keliru mengucapkan kalimat itu karena
luapan kegembiraannya.”
4. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy ra., dari
Nabi
SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu
membentangkan tangan-Nya (memberikan kesempatan) pada
waktu malam, untuk taubat orang yang berbuat dosa pada
waktu siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya
pada waktu siang, untuk taubat orang yang berbuat dosa di
malam hari, hingga matahari terbit dari barat.” (HR Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW,
bersabda:
“Siapa saja bertaubat sebelum matahari terbit dari barat,
niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR Muslim)
6. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab ra.
Dari Nabi SAW, beliau bersabda : “ Sesungguhnya Allah Yang
Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum
nyawa sampai di tenggorokan (sebelum sekarat).” ( H.R.
Tirmidzi )
7. Dari Zir bin Hubais, ia berkata : “Saya mendatangi
Shafwan
bin `Assal ra. untuk menanyakan tentang mengusap ke dua
khuf, kemudian dia menanyaiku: “Wahai Zir, mengapa
engkau kemari?” . Saya menjawab : “Untuk mencari ilmu.” Ia
pun berkata : “Sesungguhnya malaikat membentangkan
sayapnya bagi orang yang mencari ilmu, karena senang
terhadap apa yang dicarinya.” Kemudian aku melanjutkan
pertanyaanku : “Wahai Shafwan saya masih belum jelas
tentang cara mengusap kedua sepatu sesudah berak dan
kencing sedangkan engkau adalah salah seorang sahabat Nabi
SAW, maka saya datang ke sini untuk bertanya kepadamu,
apakah engkau pernah mendengar beliau menjelaskan
masalah itu?” Ia menjawab : “Ya, beliau menyuruh kami bila
dalam perjalanan agar tidak melepas khuf selama tiga hari
tiga malam kecuali berjanabat6, tetapi kalau hanya berak,
kencing, atau tidur tidak perlu dilepas.” Saya bertanya lagi
:”Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW,
menyebut tentang cinta?” Ia menjawab : “Betul, ketika kami
datang bepergian bersama Rasulullah SAW mendadak
seorang Badui memanggil Rasulullah SAW dengan suara
keras: Ya..Muhammad,” maka Rasulullah pun menjawab
menyerupai suaranya. Kemudian saya berkata kepada orang
Badui itu : “Rendahkanlah suaramu, karena engkau
berhadapan dengan Nabi SAW Dan kamu dilarang berkata
seperti itu.” Dan orang Badui itu berkata lagi: “Bagaimana
seseorang yang mencintai sekelompok orang, tetapi ia tidak
boleh berkumpul bersamanya?” Nabi SAW menjawab :
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya
di hari kiamat.” Beliau selalu bercerita kepada kami, sampai
akhirnya beliau menceritakan tentang sebuah pintu yang
berada di sebelah barat, pintu itu sebesar 40 atau 70 tahun
perjalanan.” Menurut Sufyan, salah seorang perawi dari
daerah Syiria berkata : “Allah Ta`ala menciptakan pintu itu
ketika Ia menciptakan langit dan bumi; pintu itu senantiasa
terbuka untuk menerima taubat dan tidak akan ditutup
sebelum matahari terbit dari arah barat. ( H.R Tirmidzi )
Bab
Taubat, Hal 20-21.
6.Apabila keluar air mani karena mimpi atau bersetubuh
dengan istrinya.
8. Dari Abu Sa`id Sa`ad bin Malik bin Sinan Al- Khudriy ra.
Nabi
SAW bersabda : “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki
membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk
sekitar tentang seorang yang alim, maka ia ditunjukkan
kepada seorang rahib ( pendeta Bani Israil). Setelah
mendatanginya, ia menceritakan bahwa ia telah membunuh
99 orang, kemudian ia bertanya : “ Apakah ia bisa
bertaubat?”. Ternyata pendeta itu menjawab : “Tidak” Maka
pendeta itupun dibunuh sehingga genaplah jumlahnya
seratus. Kemudian ia bertanya lagi tentang seorang yang
paling alim di atas bumi ini. Ia ditunjukkan kepada seorang
laki-laki alim. Setelah menghadap ia bercerita bahwa dirinya
telah membunuh seratus jiwa, dan bertanya : “ Bisakah saya
bertaubat?” Orang alim itu menjawab: “Ya, siapakah yang
akan menghalangi orang bertaubat? Pergilah kamu ke kota ini
(menunjukkan ciri-ciri kota yang dimaksud) sebab di sana
terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta`ala.
Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan
kembali ke kotamu. Karena kotamu kota yang jelek!” Lelaki
itupun berangkat, ketika menempuh separuh perjalanan maut
menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara
malaikat Rahmat dengan malaikat Azab, siapakah yang lebih
berhak membawa rohnya. Malaikat Rahmat beralasan bahwa
: “Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, lagi pula
menghadapkan hatinya kepada Allah.” Sedangkan malaikat
Azab (bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa)
beralasan: “Orang ini tidak pernah melakukan amal baik.”
Kemudian Allah SWT. mengutus malaikat yang menyerupai
manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah
itu dan berkata: “ Ukurlah jarak kota tempat ia meninggal
antara kota asal dan kota tujuan, Manakah lebih dekat, maka
itulah bagiannya.” Para malaiakat itu lalu mengukur,
ternyata
mereka mendapati si pembunuh meninggal dekat kota tujuan,
maka malaikat Rahmatlah yang berhak membawa roh orang
tersebut.” ( H.R Bukhari dan Muslim ).
Pada riwayat lain di dalam kitab Ash-Shahih disebutkan : “Ia
lebih
dekat sejengkal untuk menuju daerah tujuan, maka ia
dimasukkan
dalam kelompok mereka.”
Dalam riwayat lain, di dalam kitab Ash-Shahih disebutkan :
“Kemudian Allah Ta`ala memerintahkan kepada daerah hitam itu
untuk menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu
untuk mendekat kemudian menyuruh kedua malaikat itu
mengukurnya, akhirnya mereka mendapakan daerah yang baik itu
sejengkal lebih dekat sehingga ia diampuni.”
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Allah mengarahkan hatinya
untuk menuju ke daerah yang baik itu”
9. Dari Abdullah bin Ka`ab bin Malik ra. ( beliau adalah
seorang
panglima perang), dari anaknya, ia berkata : “Saya
mendengar Ka`ab bin Malik bercerita tentang tertinggalnya
(tidak bersama) Rasulullah SAW Dalam perang Tabuk, Ka`ab
bin Malik berkata : “ Saya selalu bersama Rasulullah SAW
Dalam setiap peperangan, kecuali dalam perang Tabuk.
Memang saya juga tidak bersama beliau dalam perang Badar,
tetapi tak seorang pun dicela, karena tidak ikut perang
tersebut. Sebab waktu itu Rasulullah SAW bersama kaum
muslimin keluar bertujuan menghadang rombongan Quraisy,
lalu tanpa terduga Allah mempertemukan mereka dengan
musuh. Sungguh aku mengikuti pertemuan bersama
Rasulullah SAW pada malam hari di dekat Jumrah Aqabah,
ketika kami berjanji memeluk Agama Islam. Saya tidak
merasa lebih senang seandainya saya bisa mengikuti perang
Badar, tetapi tidak mengikuti ba`iat di Jumrah Aqabah,
meskipun perang Badar lebih banyak disebut-sebut
keutamaanya di kalangan manusia daripada Ba`iat Jumrah
Aqabah. Adapun cerita tentang diriku tidak ikut perang
Tabuk,
waktu itu saya sama sekali tidak merasa lebih kuat ataupun
lebih mudah (mencari perlengkapan perang), daripada ketika
aku tertinggal Rasulullah SAW daripada ketika aku tertinggal
dari perang Tabuk. Demi Allah sebelum perang Tabuk saya
tidak dapat mengumpulkan dua kendaraan sekaligus, tetapi
waktu perang Tabuk kalau mau saya bisa melakukannya.
Dikarenakan Rasulullah SAW berangkat ke Tabuk ketika hari
itu sangat panas, menghadapi perjalanan jauh dan sulit,
serta
menghadapi musuh yang berjumlah besar, maka Rasulullah
merasa perlu membekali kaum muslimin akan kesulitankesulitan
yang mungkin dihadapi, agar kaum muslimin
membuat persiapan yang cukup. Rasulullah juga menjelaskan
tentang tujuan mereka.
Waktu itu, kaum muslimin yang ikut perang Tabuk bersama
Rasulullah SAW cukup banyak (sekitar 30.000 orang), tetapi
nama-nama mereka tidak tercatat dalam buku. Sedikit sekali
di antara mereka yang absen (bersembunyi dan tidak ikut
perang). Orang-orang yang absen itu mengira bahwa
Rasulullah SAW tidak mengetahuinya, selama wahyu Allah
Ta`ala tidak turun.
Rasulullah berangkat ke Tabuk ketika buah-buahan dan
tetumbuhan kelihatan bagus. Karena itu, hatiku lebih condong
ke sana (kepada buah-buahan dan tetumbuhan). Tatkala
Rasulullah dan kaum muslimin hendak berangkat
mempersiapkan segala sesuatunya, akupun bergegas keluar,
guna mempersiapkan diri bersama mereka. Namun saya
kembali tanpa menghasilkan apa-apa, padahal dalam hati aku
berkata: “Saya mampu mempersiapkannya jika
bersungguhsungguh.“
Demikian itu berlangsung terus, dan saya selalu
menundanya untuk mempersiapkan perlengkapan perang,
sampai kesibukan kaum muslimin memuncak. Pada akhirnya,
di pagi hari Rasulullah SAW beserta kaum muslimin
berangkat, sementara saya belum mengadakan persiapan.
Lalu saya keluar (untuk mencari perlengkapan), tetapi saya
kembali dengan tangan kosong. Hingga kaum muslimin
bertambah jauh dan pertempuran semakin dekat. Kemudian
saya putuskan untuk menyusul kaum muslimin. Dengan
perasaan menyesal ia berkata: “Andai saja saya berbuat
demikian, namun takdir menentukan lain,”
Akhirnya, apabila saya keluar dan bergaul dengan masyarakat
sesudah berangkatnya Rasulullah SAW Hatiku resah dan saya
menganggap diri ini tidak lebih sebagai seorang munafiq,
atau
lelaki yang diberi keringanan oleh Allah karena lemah (pada
saat itu, di Madinah yang tinggal hanyalah orang-orang yang
disebut munafiq dan orang-orang yang udzur karena amat
lemah, seperti orang yang tidak dapat berjalan, buta, sakit,
dan sebagainya). (Menurut keterangan teman-teman)
Rasulullah SAW tidak pernah menyebut-nyebut saya, hingga
sampai ke Tabuk. Sesampainya di Tabuk, barulah beliau
bertanya : “Apa sebenarnya yang dikerjakan oleh Ka`ab Bin
Malik?” Salah seorang dari Bani Salimah menjawab : “Ya
Rasulullah, dia terhalang oleh selendangnya dan sedang
memandang kedua pinggangnya (sedang bersenang-senang
memakai pakaiannya). “Tetapi Mu`adz bin Jabal
menghardiknya : “Betapa buruk perkataanmu, Demi Allah,
yang kami ketahui pada Ka`ab hanyalah kebaikan.”
Rasulullah SAW pun diam. Pada saat itulah melihat seorang
lelaki berpakaian putih sedang berjalan di kejauhan.
Rasulullah bersabda: “Mudah-mudahan itu adalah Abu
Khaitsamah.” Ternyata benar, orang itu adalah Abu
Khaitsamah Al-Anshariy. Dialah orang yang bersedekah
segantang kurma, ketika diolik-olok oleh orang munafiq.
Ka`ab meneruskan ceritanya: ”Tatkala saya mendengar,
bahwa Rasulullah berada dalam perjalanan pulang dari Tabuk,
maka kesusahan pun mulai menyelimuti saya. Saya mulai
mereka-reka, alasan apa yang bisa menyelamatkan saya dari
Rasulullah SAW Saya juga meminta bantuan keluargaku
mencari alasan dan jalan keluar yang sangat baik. Tetapi,
ketika mendengar bahwa Rasulullah SAW sudah dekat,
hilanglah segala macam kebohongan yang saya siapkan,
hingga saya yakin tidak ada alasan yang dapat
menyelamatkan dari Rasulullah SAW selamanya. Karena itu
saya mengatakan yang sebenarnya. Keesokan harinya,
Rasulullah SAW tiba. Biasanya, kalau beliau datang dari
bepergian, yang beliau tuju pertama kali adalah masjid.
Beliau mengerjakan shalat dua raka`at lalu duduk menunggu
kaum muslimin melaporkan sesuatu dan sebagainya.
Maka berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut ke Tabuk,
menemui beliau. Mereka mengemukakan berbagai alasan
kepada Rasulullah SAW disertai dengan sumpah. Mereka yang
tidak ikut perang Tabuk ada delapan puluh orang lebih.
Rasulullah SAW Menerima mereka, beliau memperkenankan
memperbaharui bai`at dan memohonkan ampun bagi
mereka, sedangkan batin mereka, beliau serahkan kepada
Allah Ta`ala. Tibalah giliran saya menghadap. Ketika saya
mengucapkan salam beliau tersenyum sinis, kemudian
bersabda : “Kemarilah” Ka`ab berjalan mendekat dan duduk
di hadapan beliau. Lalu beliau mulai bertanya: “Apa yang
menyebabkan engkau tidak ikut berangkat? Bukankah engkau
telah membeli kendaraan?” Saya menjawab: “Ya, Rasulullah!
Demi Allah, andaikan saya duduk di hadapan orang selainmu,
saya yakin dapat bebas dari kemarahannya dengan
menggunakan berbagai alasan yang bisa diterima. Sungguh,
saya telah dikaruniai kepandaian berbicara. Namun, demi
Allah aku benar-benar yakin, seumpama hari ini saya berkata
bohong dan engkau menerimanya, pasti sebentar lagi Allah
Ta`ala menggerakan hatimu untuk marah kepada saya.
Sebaliknya, jika saya berkata benar yang membuatmu marah,
maka saya dapat mengharapkan penyelesaian yang baik dari
Allah. Demi Allah, aku tidak mempuyai udzur7.” Demi Allah,
diriku sama sekali tidak merasa kuat dan lebih mudah
daripada ketika aku tidak mengikutimu ke Perang Tabuk.
Sekarang ini, saya merasa cukup segalanya”
Rasulullah SAW, bersabda : Orang ini (Ka`ab bin Malik) telah
berkata benar. Berdirilah! Tunggulah keputusan Allah
terhadap dirimu. Akupun berdiri. Beberapa orang dari Bani
Salimah menghampiri saya. Mereka berkata kepada saya :
“Demi Allah, kami tidak pernah melihatmu melakukan dosa
sebelum ini. Engkau benar-benar tidak mampu
mengemukakan alasan kepada Rasulullah SAW seperti yang
dilakukan oleh orang-orang lain yang tidak ikut ke Tabuk.
Mestinya cukuplah bagimu, jika Rasulullah SAW memintakan
ampun untukmu.”
Ka`ab melanjutkan : “Demi Allah, orang-orang Bani Salimah
itu terus menerus menyalahkan diriku, sehingga ingin rasanya
saya kembali kepada Rasulullah SAW Untuk meralat
perkataanku. Tetapi kemudian aku bertanya kepada orangorang
Bani Salimah itu: “Adakah orang lain yang mengalami
seperti yang saya alami?” Mereka menjawab: “Ya, memang
ada. Ada dua orang yang mengatakan seperti apa yang
engkau katakan dan mereka mendapat jawaban sama seperti
jawaban yang engkau terima.” Saya bertanya :”Siapa
mereka?” Mereka menjawab:” Murarah bin Rabi`ah Al-Amiriy
dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifiy.”
Dua orang lelaki shalih itu telah mengikuti perang Badar dan
dapat kuikuti karena akhlaknya. Sejak saat itu, Rasulullah
SAW melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga.
Sejak itu pula mereka telah mengubah sikap dan menjauhi
kami, sehingga bumi terasa asing bagiku, seolah-olah bumi
yang saya pijak ini bukanlah bumi yang sudah kukenal.
Keadaan seperti ini berlangsung selama lima puluh hari.
Dua orang temanku ( Murarah dan Hilal) menyembunyikan
diri dan diam di rumahnya masing-masing, sambil tiada
hentihentinya
menangis mohon ampun kepada Allah karena tidak
ikut perang.
Di antara kami bertiga, akulah orang yang paling muda dan
paling kuat. Aku tetap keluar rumah untuk mengikuti salat
jama`ah bersama kaum muslimin, juga pergi ke pasar, tetapi
tak seorangpun mau diajak bicara. Saya pergi menghadap
Rasulullah SAW Untuk sekadar mengucapkan salam kepada
beliau di tempat duduk beliau sesudah salat. Tetapi hati ini
berkata: “Apakah Rasulullah SAW, akan menggerakan bibir
beliau untuk menjawab salam, ataukah tidak?” Kemudian
saya mengerjakan salat berdekatan dengan beliau, sesekali
aku melirik beliau. Apabila menghadap ke salat, beliau
memandangku, kalau menengok ke arah beliau, beliau
berpaling dari saya.
Hal ini terjadi berturut-turut sampai suatu hari saya
berjalanjalan,
lalu melompati pagar pekarangan Abu Qatadah. Dia
adalah saudara sepupu dan orang yang paling kusayangi.
Kuucapkan salam kepadanya, demi Allah, bukankah engkau
tahu bahwa aku ini cinta kepada Allah dan Rasul-Nya?” Abu
Qatadah diam saja. Sehingga kuulangi pertanyaanku, dia
tetap diam, sesudah saya ulangi pertanyaan saya sekali lagi,
barulah dia menjawab:”Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!”
Seketika itu mengalirlah air mata saya dan saya pun pulang.
Pada suatu hari, ketika saya sedang berjalan-jalan di kota
Madinah, tiba-tiba ada seorang petani beragama Kristen dari
Syam yang datang ke Madinah untuk menjual bahan
makanan. Petani itu bertanya (kepada orang-orang yang
berada di pasar) :” Siapakah yang dapat menunjukkanku
kepada Ka`ab bin Malik?” orang-orang memberikan isyarak
ke arahku. Petani itu mendatangiku dan menyerahkan
sepucuk surat kepadaku, dari Raja Ghassan. Setelah saya
baca ternyata isinya sebagai berikut: ”Amma ba`du. Sungguh
kami mendengar bahwa temanmu (Nabi Muhammad SAW)
mendiamkanmu, sedangkan Allah sendiri tidak menjadikanmu
untuk tinggal di tempat hina dan tersia-sia. Karena itu
datanglah ke negeri kami. Kami pasti menolongmu.”
Saat membaca surat itu aku berpikir: ”Ini juga merupakan
cobaan.” Kemudian saya bakar surat itu di dapur. Selang
empat puluh hari, tiba-tiba seorang utusan Rasulullah SAW
Datang kepadaku dan berkata : “Rasulullah SAW
memerintahkanmu untuk menjauhi isterimu.” Ka`ab
bertanya: “Apakah saya harus menceraikannya atau
bagaimana?”
Utusan itu menjawab :”Tidak, tetapi hindarilah dia, jangan
dekat-dekat padanya!”
Rasulullah SAW juga mengirimkan utusan kepada kedua
orang temanku (Murarah dan Hilal), yang maksudnya sama
dengan yang kuterima. Saya berkata kepada isteriku:
”Pulanglah kepada keluargamu. Sementara menetaplah
engkau di sana, sampai keputusan Allah datang.
Suatu saat isteri Hilal bin Umayyah menghadap kepada
Rasulullah SAW Memohon kepada beliau :”Ya Rasulullah!
Suamiku, Hilal bin Umayyah, adalah seorang tua
sebatangkara dan tidak mempunyai pelayan, Apakah engkau
keberatan bila aku melayaninya?” Rasulullah SAW menjawab:
”Tidak, tetapi yang saya maksud jangan sampai dia dekatdekat
padamu.” Isteri Hilal pun berkata: ”Demi Allah, Hilal
sudah tidak lagi mempunyai keinginan sedikitpun(gairah)
terhadapku. Dan demi Allah, tak henti-hentinya dia menangis
sejak engkau melarang kaum muslimin berbicara dengannya,
sampai hari ini.”
Sebagian keluarga berkata kepada saya : “Hai Ka`ab! Kalau
saja engkau meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk
isterimu tentu itu lebih baik, sebagaimana isteri Hilal bin
Umayyah untuk melayani suaminya.” Saya menjawab: ”Saya
tidak akan meminta izin kepada Rasulullah SAW Saya tidak
tahu apa yang akan dikatakan Rasulullah SAW Apabila saya
meminta izin beliau, sedangkan saya seorang yang masih
muda.”
Saya lalui kehidupan tanpa isteri itu selama sepuluh hari
(menunggu keputusan Allah). Genaplah sudah bagi kami, lima
puluh hari sejak ada larangan berbicara dengan kami.
Kemudian pada hari ke lima puluh, di bagian atas rumahku
pada saat aku sedang duduk ketika shalat shubuh, Allah
menyebut-nyebut tentang kami. Di saat itu pula hatiku sangat
resah, bumi yang sedemikian luas seakan sempit bagiku.
Kemudian aku mendengar suara orang yang berteriak-teriak
naik ke atas Sal`i. “Hai Ka`ab bin Malik, bergembiralah !”
Serta merta aku menjatuhkan diri bersujud syukur dan aku
tahu. Bahwa saya dapat penyelesaian.
Rasulullah SAW memberi tahu kepada kaum muslimin, bahwa
Allah Yang Mahaagung dan Maha Tinggi telah menerima
taubat kami bertiga. Kabar itu disampaikan seusai beliau
mengerjakan shalat Subuh. Maka kaum muslimin
berdatangan mengucapkan selamat dan ikut bergembira, juga
kepada kedua orang teman (Murarah dan Hilal). Mereka ada
yang datang berkuda, ada lagi penduduk Aslam yang berjalan
kaku dan ada pula yang naik gunung berteriak mengucapkan
selamat, sehingga suaranya lebih cepat dari larinya kuda.
Ketika saya mendengar ucapan selamat dari orang pertama
dan datang kepada saya, seketika itu juga saya melepaskan
pakaian dan saya kenakan kepadanya. Padahal demi Allah
waktu itu saya tidak memiliki pakaian.
Setelah itu, saya meminjam pakaian dan berangkat untuk
menghadap Rasulullah SAW Sementara kaum muslimin
menyambutku, mengucapkan selamat atas diterimanya
taubatku. Mereka berkata kepada saya : “Selamat atas
pengampunan Allah kepadamu.”
Demikianlah, sepanjang jalan kaum muslimin memberikan
selamat. Sesampainya di masjid, ternyata Rasulullah SAW
Sedang duduk dikelilingi oleh para sahabat. Melihat
kedatanganku, sahabat Thalhah bin Ubaidillah segera berdiri
menyongsongku. Menjabat tangan saya dan memberi
selamat. Demi Allah! Tak seorangpun di antara para sahabat
Muhajirin yang berdiri, kecuali dia. Karena itulah Ka`ab tak
bisa melupakan kebaikannya.
Ka`ab meneruskan ceritanya.:”Tatkala saya mengucapkan
salam kepada Rasulullah SAW Beliau menyambut saya
dengan wajah berseri-seri dan berkata:”Bergembiralah!
Karena, hari ini merupakan hari paling baik bagimu, sejak
kamu dilahirkan ibumu.”Aku bertanya: “Wahai Rasulullah
apakah darimu sendiri ataukah dari sisi Allah?” Beliau SAW
Menjawab :”Dari Allah yang Mahaagung dan Maha Tinggi.”
Jika merasa senang, wajah Rasulullah SAW, bersinar terang,
seolah-olah merupakan potongan rembulan. Melalui
wajahnya, kami mengetahui bahwa Rasulullah SAW sedang
senang hatinya.
Ketika saya duduk menghadap beliau, aku berkata:”Ya
Rasulullah, sungguh, termasuk taubat saya (sebagai
pernyataan rasa syukurku), aku hendak menyerahkan harta
bendaku sebagai sedekah untuk (mendapakan ridha) Allah
dan Rasul-Nya.” Rasulullah SAW, bersabda: ”Simpanlah
sebagian harta bendamu (Jangan engkau serahkan
seluruhnya). Itu lebih baik. ”Kemudian saya menjawab: ”Saya
masih mempunyai tanah yang menjadi bagian saya hasil dari
rampasan perang di Khaibar.” Lebih lanjut saya berkata:”Ya
Rasulullah, sesungguhnya, Allah telah menyelamatkanku
karena kejujuran. Dan saya nyatakan, bahwa termasuk
taubatku (sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah).
Saya tidak akan berbicara selain yang benar, selama hidup
saya.” Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorangpun di
antara kaum muslimin yang diuji Allah Ta`ala untuk berkata
jujur, lebih baik dari saya semenjak berjanji kepada
Rasululah
SAW Hingga kini, aku tidak pernah sengaja berbohong. Dan
saya berharap semoga Allah menjagaku dalam sisa hidupku.
Kemudian Allah menurunkan ayat surat At-taubah.:”
Sesungguhnya Allah telah benar-benar menerima taubat Nabi,
sahabat-sahabat Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi
(Berangkat ke Tabuk) dalam masa kesulitan (mencari
perlengkapan perang), sesudah hati segolongan dari para
sahabat tersebut hampir saja berpaling (saking berat dan
payahnya), kemudian Allah menerima taubat mereka,
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
terhadap mereka. Dan juga terhadap tiga orang (Ka`ab, Hilal,
dan Murarah) yang ditangguhkan (keputusan penerimaan)
taubat mereka, sehingga manakala bumi telah menjadi
sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan merekapun
telah sempit pula dirasakan oleh mereka, serta mereka tahu
bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan
kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka,
agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah
Zat Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Hai orangorang
yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kalian berkumpul dengan orang-orang yang
benar.” Menurut Ka`ab, demi Allah! Belum pernah Allah
memberikan nikmat, sesudah Dia memberi saya petunjuk
memeluk islam yang melebihi kejujuran saya kepada
Rasulullah SAW Sebab, andaikata saya berbohong kepada
beliau, pastilah bencana menimpa saya (rusak agamaku),
sebagaimana orang-orang munafiq yang berdusta kepada
beliau. Sungguh, Allah berfirman untuk orang-orang yang
mendustai Rasulullah SAW dan mengecam betapa jelek orang
tersebut.
Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah, ayat 95
dan 96:”Orang-orang munafik itu akan bersumpah dengan
nama Allah kepada kalian, apabila kalian kembali kepada
mereka (di Madinah), agar kalian berpaling dari mereka
(tidak
mencela mereka). Maka berpalinglah kalian dari mereka,
karena sesungguhnya mereka itu najis (hatinya) dan tempat
mereka adalah Jahannam (di Akhirat), sebagai balasan atas
apa yang mereka perbuat. Mereka akan bersumpah kepada
kalian, supaya kalian ridha terhadap mereka. Tetapi, jika
sekiranya kalian ridha terhadap mereka, maka ketahuilah
sesungguhnya Allah ridha terhadap orang-orang yang fasik.”
Lebih lanjut Ka`ab berkata: ”Urusan kami bertiga ditunda
dari
urusan orang-orang munafiq, ketika mereka bersumpah
kepada Rasulullah SAW lalu beliau menerima bai`at mereka
dan meminta ampun kepada Allah. Tetapi masalah kami
ditunda Rasulullah SAW Sampai Allah memutuskan menerima
taubat kami.
Sebagaimana firman Allah Ta`ala :”Dan terhadap tiga orang
yang ditangguhkan taubatnya.”
Firman Allah tersebut menurut Ka`ab, bukan berarti kami
bertiga ketinggalan dari perang Tabuk, tetapi mempunyai arti
bahwa persoalan kami bertiga diundur dari orang munafiq
yang bersumpah kepada Rasulullah SAW Dan menyampaikan
bermacam-macam alasan yang kemudian diterima oleh
Rasulullah SAW”
( H.R Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain : “ Nabi SAW Pada waktu perang Tabuk keluar
pada hari kamis; dan memang sudah menjadi kesukaan beliau
untuk bepergian pada hari kamis”
Dalam salah satu riwayat disebutkan :”Biasanya beliau kalau
datang
dari bepergian pada waktu pagi, dan bila datang biasanya
langsung
ke masjid dan salat dua rakaat kemudian duduk di dalamnya.”
10. Dari Abu Nujaki Imran bin Al-Husain Al-Khuza`iy ra., ia
berkata :”Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada
Rasulullah SAW, sedangkan ia sedang hamil karena berzina
dan berkata:”Ya Rasulullah, saya telah melakukan kesalahan,
dan saya harus di had(hukum), maka laksanakanlah had itu
pada diri saya. ”Kemudian Nabi SAW memanggil walinya9
seraya bersabda: “perlakukanlah baik-baik wanita ini,
apabila
sudah melahirkan, bawalah kemari.”Maka dilaksanakan
perintah itu oleh walinya. Kemudian setelah wanita itu
melahirkan, dibawalah ke hadapan Rasulullah SAW Dan
memerintahkan untuk wanita, maka diikatkanlah pakaiannya
untuk dirajam.
Setelah ia mati, maka Rasulullah SAW menyalatkannya.
Namun Umar berkata kepada beliau: ”Ya Rasulullah, mengapa
engkau menyalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina.”
Beliau menjawab : “Wanita itu benar-benar bertaubat, dan
seandainya taubatnya dibagi pada tujuh puluh penduduk
Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkah kamu
mendapatkan orang yang lebih utama daripada seseorang
yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Tang
Maha Mulia lagi Maha Agung?” ( H.R Muslim)
9 Orang yang bertanggung jawab terhadap dia, di antaranya
orang tua, saudara laki-laki, pamannya atau kerabat dekat
yang
lain.
11. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW
bersabda : ”Seandainya seorang mempunyai satu lembah dari
emas, niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak
akan merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya10.
Dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang
bertaubat.” ( H.R Bukhari dan Muslim)
10 Tidak akan puas untuk mengumpulkan harta , sebelum ia
meninggal dunia.
12. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW Bersabda: ”Allah
gembira manakala ada dua orang yang saling membunuh dan
keduanya masuk surga. Pertama, seseorang yang mati
berjuang di jalan Allah. Yang kedua, orang yang membunuh
itu bertaubat kepada Allah, kemudian masuk Islam dan
terbunuh di Jalan Allah (mati syahid)”.
(H.R Bukhari dan Muslim)’
SABAR
1. Dari Abu malik al-Harits bin Ashim Al-Asy`ariy ra., ia
berkata
: Rasulullah SAW bersabda: ”Suci adalah sebagian dari iman,
membaca Alhamdulillah dapat memenuhi timbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi semua
yang ada di antara langit dan bumi, salat itu adalah cahaya,
sedekah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita dan
Al
Quran untuk berhujjah (berargumentasi) terhadap yang tidak
kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya,
kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
membinasakan dirinya.” (H.R Muslim)
2. Dari Abu Sa`id bin Malik bin Sinan Al-Khudriy ra.
Berkata:
“Ada beberapa sahabat Anshar meminta sesuatu kepada
Rasulullah SAW, maka beliau memberinya, kemudian mereka
meminta lagi dan beliau pun memberinya sehingga habislah
apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua
yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka :
”Semua kebaikan yang ada padaku tidak akan aku
sembunyikan pada kalian. Siapa saja yang menjaga
kehormatan dirinya, maka Allah pun akan menjaganya dan
siapa saja yang menyabarkan dirinya, maka Allah pun akan
memberikan kesabaran. Dan seseorang tidak akan
mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang
melebihi kesabaran.” (H.R Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra. Ia berkata:
Rasulullah
SAW bersabda : ”Sangat menakjubkan bagi orang mukmin,
apabila segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak
akan terjadi bagi seorang yang beriman, kecuali apabila
mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian
itu sangat baik, dan apabila ia tertimpa kesusahan ia
bersabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya.” (H.R
Muslim)
4. Dari Anas ra ., ia berkata : Ketika Nabi SAW menderita
sakit
keras, Fathimah ra., mengeluh : “ Aduh ayah sakit keras.”
Kemudian beliau bersabda : “ Ayahmu tidak akan menderita
sakit lagi setelah hari ini.” Ketika beliau wafat, Fathimah
ra.
berkata : “ Wahai ayahku, engkau telah memenuhi panggilan
Tuhan. Wahai ayahku, surga Firdauslah tempat kembalimu.
Wahai ayahku, kepada Jibril kami memberitakan wafatmu.”
Ketika beliau telah dikubur, Fathimah ra. berkata : “Apakah
kalian menyukai untuk menaburkan tanah di atas makam
Rasulullah SAW ?” (HR. Bukhari)
5. Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah, (dia adalah
pelayan,kekasih dan anak kekasih Rasulullah SAW ) ia
berkata : “ Salah seorang putri Nabi SAW mengutus
seseorang untuk memberitahu kepada beliau bahwa anaknya
sedang sakaratul maut, maka kami diminta untuk datang,
kemudian beliau hanya mengirimkan salam, seraya bersabda
: “Sungguh menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi
dan segala sesuatunya telah ditentukan di sisi Allah, maka
hendaklah kamu sabar dan mohonlah pahala kepada Allah .”
Kemudian orang itu disuruhnya kembali, menghadap Nabi
SAW, seraya meminta yang disertai dengan sumpah agar
beliau berkenan hadir. Maka pergilah beliau beserta Sa’ad
bin
Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit
dan
beberapa sahabat yang lain. Maka diberikan anak yang sakit
itu kepada Rasulullah SAW dan didudukkan di pangkuan
beliau, sedangkan nafasnya tersengal-sengal, maka
meneteslah air mata beliau, kemudian Sa’ad bertanya :
“Wahai Rasulullah, mengapa engkau meneteskan air mata ?”
Beliau menjawab : “Tetesan air mata adalah rahmat yang
dikaruniakan Allah Ta’ala ke dalam hati hamba-hamba-Nya.”
Dalam riwayat lain disebutkan : “Ke dalam hati hamba-hamba
yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-
Nya yang mempunyai rasa sayang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Shuhaib ra., Rasulullah SAW bersabda : “Pada zaman
dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang
sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, ia berkata
kepada rajanya : “Sesungguhnya saya sekarang sudah lanjut
usia. Oleh karena itu, perkenankanlah saya meminta kepada
tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan saya akan
mengajarinya ilmu sihir.” Raja itupun mengirimkan seorang
pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah
perjalanan ke tempat tukang sihir, ia bertemu dengan
seorang pendeta,1 kemudian pemuda itu berhenti untuk
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta itu, oleh
karena itu, ia terlambat datang ke tempat tukang sihir.
Ketika
pemuda itu sampai ke tempat tukang sihir, maka pemuda itu
dipukul. Kemudian ia mengadukan kepada pendeta, dan si
pendeta itu berkata : “Apabila kamu takut terhadap tukang
sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu,
dan apabila kamu takut terhadap keluargamu maka
katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu.” Suatu hari
ketika dalam perjalanan, dijumpai di tengah jalan seekor
binatang yang sangat besar, sehingga orang-orang tidak
berani meneruskan perjalanan. Pada saat itulah si pemuda
berkata : “Nah, hari ini aku akan mengetahui tukang sihirkah
yang lebih utama ataukah pendeta ?”
Pemuda itu mengambil batu seraya berkata : “Ya Allah,
apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai maka
matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orangpun
dapat meneruskan perjalanannya.” Kemudian ia lemparkan
batu itu, dan matilah binatang itu, sehingga orang-orangpun
dapat melanjutkan perjalanannya. Ia lalu mendatangi pendeta
itu dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Pendeta itu
berkata : “Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dari
saya karena kamu telah menguasai segala yang aku ketahui,
dan ketahuilah, kamu nanti akan mendapat ujian ; tetapi
ingatlah, apabila kamu diuji, janganlah kamu menyebutnyebut
namaku.” Setelah itu pemuda tadi dapat
menyembuhkan orang buta, penyakit belang, dan berbagai
jenis penyakit lain.
Tersebarlah berita, bahwa kawan raja sakit mata hingga buta
dan sudah diusahakan ke mana-mana tetapi belum juga
sembuh. Kemudian datanglah ia kepada pemuda itu dengan
membawa beraneka macam hadiah dan berkata : “
Seandainya kamu dapat menyembuhkan saya, akan saya
penuhi semua permintaanmu.” Pemuda itu menjawab :
“Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan seseorang,
tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila
engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya saya akan
berdo’a kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu.” Maka
berimanlah orang itu kepada Allah Ta’ala dan sembuhlah
penyakitnya.
Orang itu datang ke tempat sang raja dan duduk bersama
sebagaimana biasanya, kemudian sang raja bertanya
kepadanya : “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu ?”
Ia menjawab : “Tuhanku.” Sang raja berkata : “Apakah kamu
mempunyai Tuhan selain aku ?” Ia menjawab : “Tuhanku dan
Tuhanmu adalah Allah.” Maka raja itu langsung menyiksanya
sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda tadi. Maka
dipanggillah pemuda itu dan berkatalah sang raja kepadanya
: “Hai anakku, sihirmu sangat ampuh sehingga dapat
menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan kamu bisa
berbuat ini dan itu.” Pemuda itu menjawab : “Sesungguhnnya
yang bisa menyembuhkan hanya Allah Ta’ala.” Maka
disiksalah pemuda itu sehingga ia menunjuk kepada sang
pendeta, maka dipangillah pendeta itu. Raja itupun berkata
kepadanya : ”Kembalilah kamu kepada agamamu semula.”
Tetapi pendeta itu tidak mau, kemudian raja itu menyuruh
untuk menggergajinya dari atas kepala, sehingga badannya
terbelah dua. Kemudian dipanggilah kawan raja itu dan
dikatakan kepadanya : “Kembalilah pada agamamu semula.”
Tetapi orang itu tidak mau, ia pun digergaji dari atas
kepala
sampai badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah
pemuda itu. Raja itu kemudian berkata : “Kembalilah pada
agamamu semula.” Tetapi pemuda itu menolak, kemudian ia
diserahkan kepada pasukan dan memerintahkan untuk
membawanya ke suatu gunung. Ketika sampai di puncak
gunung, paksalah supaya kembali kepada agamanya semula.
Bila tidak, lemparkan ia dari atas gunung biar mati. Pasukan
itu pun membawa pemuda tadi ke puncak gunung, dan di
sana pemuda itu berdo’a : “Ya Allah, hindarkan saya dari
kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau
kehendaki.” Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga
pasukan tadi bergulingan dari atas gunung. Pemuda itu
mendatanginya, dan sang raja bertanya keheranan : “Apa
yang diperbuat oleh pasukan itu ?” Pemuda itu menjawab :
“Allah Ta’ala telah menghindarkan saya dari kejahatan
mereka.” Pemuda itu ditangkapnya dan diserahkan kembali
kepada sekelompok pasukan yang lain, untuk membawa
pemuda itu naik kapal, untuk menenggelamkan di tengah
lautan. Pasukan itu membawanya naik kapal, kemudian
pemuda itu berdo’a : “Ya Allah, hindarkanlah saya dari
kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki.”
Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka.
Pemuda itupun kembali kepada sang raja, dan sang raja
bertanya lagi keheranan : “Apakah yang diperbuat oleh
pasukan itu ?” Pemuda itu menjawab : “Allah Ta’ala telah
menghindarkan aku dari kejahatan mereka.” Kemudian
pemuda itu berkata kepada sang raja : “Sesungguhnya
engkau tidak akan bisa mematikan saya sebelum engkau
memenuhi permintaanku.” Raja bertanya : “Apakah yang
engkau inginkan ?” Pemuda itu menjawab : “Engkau harus
mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan
saliblah saya di atas sebuah tiang, kemudian ambillah anak
panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya,
kemudian bacalah : “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan
pemuda ini,” kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku.
Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan
berhasil membunuhku. “ Mendengar yang demikian, raja itu
mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan
menyalib pemuda itu di atas tiang kemudian ia mengambil
anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya
kemudian ia membaca : “Dengan menyebut nama Allah,
Tuhan pemuda ini,” dan dilepaskanlah anak panah itu ke arah
pelipisnya, kemudian pemuda itu meletakkan tangannya pada
pelipis yang terluka, lalu ia pun mati. Pada saat itu juga
serentak orang-orang berkata : “Kami beriman dengan
Tuhannya pemuda itu .” Ada seorang yang menyampaikan
berita itu kepada sang raja seraya berkata : “Tahukah
engkau, apa yang engkau khawatirkan sekarang telah
menjadi kenyataan. Demi Allah, kekhawatiranmu tidak ada
gunanya sama sekali karena orang-orang sudah beriman .”
Kemudian raja itu memerintahkan membuat parit yang besar
pada setiap persimpangan jalan, di dalamnya dinyalakan api,
kemudian memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau
kembali pada agama semula, maka akan dilemparkan ke
dalam parit. Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita
yang berpegang teguh pada agama yang hak, namun ia
membawa bayinya dan merasa sangat kasihan kepada
anaknya kalau ia beserta anaknya masuk ke dalam parit,
akan tetapi bayi itu berkata : “Wahai ibu, sabarlah, karena
engkau berada dalam kebenaran .”
(HR. Muslim)
1 Pada masa itu, yang dimaksud dengan kata ar-rahib atau
pendeta, adalah pendeta yang masih kuat memegang ajaran
Tauhid dan menyembah Allah SWT.
7. Dari Anas ra., ia berkata : “Sewaktu Nabi SAW menjumpai
seorang wanita sedang menangis di atas kubur, maka beliau
bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dan sabarlah !” Wanita
itu berkata : “Pergilah dairi sini karena sesungguhnya
engkau
tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami !”
Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi.
Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kalau itu
adalah Nabi SAW Maka wanita itu segera datang ke rumah
Beliau SAW dan ia tidak menjumpai para penjaga pintu,
sehingga dengan mudah ia memasukinya kemudian ia berkata
: “Saya tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah engkau.”
Maka beliau bersabda : “Sesungguhnya sabar itu hanyalah
pada hari pertama dari musibah itu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Wanita itu menangisi
anaknya yang baru meninggal.”
8. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda : “Allah
Ta’ala berfirman : “Tidak ada balasan kecuali surga bagi
hamba-Ku yang mukmin, yang telah Aku ambil kembali
kekasihnya dari ahli dunia, dan ia hanya mengharapkan
pahala dari-Ku.” (HR. Bukhari)
9. Dari Aisyah ra., ia bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang
wabah penyakit yang tersebar di seluruh negeri, kemudian
beliau memberitahu, bahwa wabah itu merupakan siksaan
yang ditimpakan oleh Allah Ta’ala kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya, akan tetapi Allah Ta’ala menjadikannya
sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, maka
seseorang yang tetap tinggal pada suatu daerah yang
kejangkitan wabah dan ia sabar serta hanya memohon
kepada Allah kemudian sadar bahwa ia tidak akan tertimpa
wabah kecuali Allah akan menakdirkannya, maka ia mendapat
pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid.”
(HR.Bukhari)
10. Dari Anas ra., ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman :
“Apabila Aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan
kubutaan pada kedua matanya kemudian ia sabar, maka Aku
akan menggantikannya dengan surga .” (HR. Bukhari)
11. Dari Atha’ bin Abu Ribah, ia berkata : “Ibnu Abbas ra.
berkata kepadaku : “Maukah saya tunjukkan seorang wanita
yang termasuk ahli surga ?” Saya menjawab tentu saja saya
mau. “ Ia berkata : “Adalah wanita berkulit hitam yang
pernah datang kepada Nabi SAW, waktu itu berkata :
“Sesungguhnya saya mempunyai penyakit ayan, dan aurat
saya terbuka karenanya; oleh karena itu mohonkanlah
kepada Allah agar penyakit saya sembuh.” Beliau kemudian
bersabda : “Apabila kamu mau sabar maka kamu akan masuk
surga, dan apabila kamu tetap meminta maka saya pun akan
berdoa kepada Allah agar engkau sembuh dari penyakitmu.”
Wanita itu menjawab : “Kalau begitu saya akan bersabar.”
Kemudian wanita itu berkata lagi : “Sesungguhnya aurat saya
terbuka karenanya, oleh karena itu, mohonkanlah kepada
Allah agar aurat saya tidak terbuka.”Maka Nabi pun berdoa
untuknya agar auratnya tidak terbuka.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
12. Dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Mas’ud ra., ia
berkata : “Seakan-akan saya masih melihat Rasulullah SAW,
sewaktu menceritakan salah seorang dari para Nabi ketika
dipukuli kaumnya sehingga berlumuran darah, dan ia
mengusap darah dari mukanya sambil berdoa : “Ya Allah,
ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak
mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, ia
berkata : “Seorang muslim yang tertimpa kecelakaan,
kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun
kedukacitaan, sampai yang tertusuk duripun niscaya Allah
akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya .”
(HR. Bukhari dan Muslim)
14. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : “Saya masuk ke
tempat Nabi SAW, waktu itu beliau sedang sakit panas.
Kemudian saya berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
engkau benar-benar menderita sakit yang sangat panas. “
Beliau memberitahukan : “Benar, sakit panas yang saya
derita ini dua kali lipat lebih panas dari yang biasa
diderita
kalian.” Saya bertanya : “Kalau begitu engkau mendapat
pahala dua kali lipat?” Beliau menjawab : “Benar, memang
demikianlah keadaannya.” “Seorang muslim yang tertimpa
suatu kesakitan, baik itu tertusuk duri maupun lebih dari
itu,
niscaya Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan
menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun yang
berguguran dari pohon.” (HR. Bukhari dan Muslim)
15. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda : “Siapa saja yang dikehendaki Allah menjadi orang
baik, maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari)
16. Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian
menginginkan mati karena tertimpa kesulitan. Seandainya
terpaksa harus berbuat demikian, maka ucapkanlah : “Ya
Allah, biarkanlah saya hidup apabila hidup lebih baik
bagiku,
dan matikanlah saya apabila mati itu lebih baik bagiku.”
(HR.
Bukhari dan Muslim)
17. Dari Abu Abdillah Khabbab bin Arati , ia berkata : “Kami
mengadu kepada Rasulullah SAW Saat ini beliau sedang
berbantalkan sorbannya di bawah lindungan Ka’bah. Kami
bertanya : “Apakah engkau tidak memintakan pertolongan
buat kami ? Apakah engkau tidak mendoakan kami ?“ Beliau
menjawab : “Orang-orang sebelum kalian, ada yang ditanam
hidup-hidup, digergaji dari atas kepalanya sehingga tubuhnya
terbelah dua dan ada pula seseorang yang disisir dengan
sisir
besi sehingga mengenai daging kepalanya, yang demikian itu
tidak menggoyahkan agama mereka. Demi Allah, Allah pasti
akan mengembangkan agama Islam ini hingga merata di
Shan’a sampai ke Hadramaut dan masing-masing dari mereka
tidak takut melainkan hanya kepada Allah, melebihi takutnya
kambing terhadap serigala. Tetapi kalian sangat tergesa-gesa
.” (HR. Bukhari)
Dalam suatu riwayat disebutkan : “Beliau sedang berbantalkan
sorbannya sedangkan kami baru saja bertemu dengan orangorang
musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat
berat .”
18. Dari Ibnu Mas’ud ra., dia berkata : “Setelah perang
Hunain Rasulullah SAW mendahulukan orang-orang yang
terkemuka didalam membagi rampasan perang. Beliau
memberikan masing-masing seratus onta kepada Al-Aqra’ bin
Habis dan kepada ‘Uyainah bin Hishn. Dalam pembagian
rampasan perang pada beberapa hari itu, yang didahulukan
oleh beliau beberapa pemuka Arab. Ada seorang laki-laki yang
berkata : “Demi Allah sesungguhnya pembagian rampasan
perang ini tidak adil dan nampaknya semata-mata bukan
karena Allah.” Maka saya berkata : “Demi Allah, saya
benarbenar
akan menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW”
Kemudian saya datang kepada beliau dan menceritakan apa
yang dikatakan oleh laki-laki tadi. Tiba-tiba berubahlah
wajah
beliau bagaikan kesumba merah, kemudian bersabda :
“Siapakah yang adil bila Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak
adil ?” Beliau bersabda lagi : “Semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmat kepada Nabi Musa karena beliau telah
disakiti hatinya melebihi diriku, tetapi beliau tetap
sabar.“
Saya berkata : “Tidak apa-apa, saya tidak menyampaikan
berita semacam itu lagi kepada beliau sesudah peristiwa itu
.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
19. Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang
baik, maka ia menyegerakan siksaannya di dunia, dan apabila
Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka ia
menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah akan
menuntutnya pada hari kiamat .” (Perawi tidak tercantum)
20. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala
itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah Ta’ala mencinta
suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga
siapa saja yang ridha, maka Allah akan meridhainya dan siapa
saja yang murka, maka Allah akan memurkainya .” (HR.
Tirmidzi)
21. Dari Anas ra., ia berkata : “Abu Thalhah mempunyai
anak yang sedang sakit. Sewaktu Abu Thalhah pergi, anaknya
meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang, ia bertanya :
“Bagaimana kondisi anak kita ?” Ummu Sulaim, ia menjawab
: “Anak kita lebih tenang.” Kemudian isterinya
menghidangkan makanan lalu Abu Thalhah pun makan.
Selesai makan, isterinya berkata : “Kuburkanlah anak itu !”
Kemudian pada pagi harinya, Abu Thalhah datang kepada
Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu. Beliau bertanya :
“Apakah tadi malam kamu bersetubuh dengan dengan
isterimu ?” Abu Thalhah menjawab : “Ya.” Kemudian
Rasulullah SAW mendoakan keduanya : “Ya Allah mudahmudahan
Engkau memberkahi keduanya.” Selang beberapa
bulan, isterinya melahirkan bayi laki-laki. Kemudian Abu
Thalhah menyuruh saya ( Anas ) untuk membawa bayi itu
kepada Nabi SAW dengan menyertakan beberapa kurma.
Setelah sampai di hadapan Nabi, beliau bertanya : “Adakah
sesuatu yang disertakan bersama bayi ini ?“ Ia menjawab :
“Ya, beberapa buah kurma.” Beliau mengambil kurma-kurma
itu, dan dikunyah sampai halus, kemudian diambil kembali
dari mulut beliau lalu dimasukkannya ke dalam mulut bayi
itu.
Ia diberi nama Abdullah . (HR. Bukhari dan Muslim )
Di dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, disebutkan,
Ibnu
Uyainah berkata : “Ada seorang sahabat Anshar yang berkata :
“Saya melihat ada sembilan anak yang kesemuanya telah pandai
membaca Al-Quran.” Salah seorang di antaranya adalah
Abdullah.”
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan :
“Sewaktu
anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, Ummu
Sulaim berkata kepada segenap keluarganya : “Janganlah
kalian
menceritakan peristiwa anakku kepada Abu Thalhah sebelum
saya
sendiri menceritakannya.” Setelah Abu Thalhah datang,
isterinya
segera menghidangkan makan, maka makan dan minumlah Abu
Thalha, setelah itu isterinya mengajak bercanda sehingga
bersetubuh dan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya.
Setelah isterinya tahu bahwa suaminya telah kenyang dan
puas,
maka berkatalah Ummu Sulaim : “Wahai Abu Thalhah, bagaimana
pendapatmu seandainya ada sekelompok orang yang meminjamkan
sesuatu kepada salah satu keluarga kemudian orang itu
meminta
kembali pinjamannya, apakah pantas keluarga itu menolaknya
?”
Abu Thalhah menjawab : “Tidak pantas.” Isterinya berkata :
“Relakan putramu.” Abu Thalhah marah-marah seraya berkata :
“Kenapa kamu diam saja sejak tadi sehingga saya bersetubuh
denganmu, barulah kamu memberitahu tentang anak kita.”
Kemudian Abu Thalhah pergi dan datang kepada Rasulullah SAW
serta menceritakan apa yang terjadi. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda : “Semoga Allah memberkahi apa yang telah kalian
lakukan tadi malam .”
Selang beberapa bulan hamillah isterinya. Setelah itu
Rasulullah
SAW bepergian bersama-sama Abu Thalhah dan isterinya. Ketika
kembali dan akan masuk kota Madinah, Ummu Sulaim tidak bisa
melanjutkan perjalanan. Abu Thalhah berdoa : “Ya Allah,
sesungguhnya saya sangat senang kalau keluar masuk kota
bersama dengan Rasulullah SAW tetapi sewaktu saya akan masuk
kota, ditahan di sini sebagaimana Engkau ketahui.” Kemudian
Ummu Sulaim berkata : “Wahai Abu Thalhah, rasa sakit perutku
kini
hilang, maka mari kita berjalan terus.” Dan mulai terasa
kembali
perutnya ketika telah masuk kota Madinah. Di sanalah
kemudian
Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia
berkata :
“Janganlah ada seorang pun yang menetekinya sebelum engkau
bawa kepada Rasulullah SAW” Maka pada pagi harinya saya
membawa bayi itu ke hadapan Rasulullah SAW kemudian
Rasulullah
menyuapkan makanan yang telah dikunyah dan bayi itu diberi
nama “Abdullah”.
22. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda : “Yang
dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat.
Tetapi, yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat
mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
23. Dari Sulaiman bin Shurad ra., ia berkata : “Saya duduk
bersama Nabi SAW, tiba-tiba ada dua orang yang saling
memaki, salah seorang di antara mereka merah mukanya dan
pertikaian hampir terjadi, kemudian Rasulullah SAW bersabda
: “Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat, apabila
kalimat itu dibaca niscaya hilanglah apa yang sedang terjadi
;
yaitu apabila ia membaca : “A’UUDZU BILLAAHI
MINASYSYAITHAANIRRAJIIM “ ( saya berlindung kepada Allah
dari godaan syaitan yang terkutuk ), niscaya hilanglah apa
yang sedang terjadi.” Maka para sahabat mengatakan kepada
orang yang sedang bertengkar itu : “Sesungguhnya Nabi SAW
menyuruh kalian supaya berlindung kepada Allah dari syaitan
yang terkutuk .” (HR. Bukhari dan Muslim)
24. Dari Mu’adz bin Anas ra., Nabi SAW bersabda : “Siapa
saja yang menahan marah padahal sebenarnya ia bisa untuk
melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah SWT. akan
memanggilnya di hadapan para makhluk, kemudian ia disuruh
untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang
diinginkannya .” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
25. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Ada seseorang
berkata kepada Nabi SAW : “Nasihatilah aku!” Beliau
bersabda : “Janganlah kamu marah ! “ Orang itu berkali-kali
minta nasihat kepada Nabi, tetapi Nabi SAW, tetap
menjawabnya : “Janganlah kamu marah !” (HR. Bukhari)
26. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW,
bersabda : “Orang mukmin, baik laki-laki maupun
perempuan, senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya,
anaknya, maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah
Ta’ala tanpa membawa dosa. “ (HR. At-Tirmidzi)
27. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : “Ketika Uyainah bin
Hishn datang, ia menginap di tempat kemenakannya Al Hurr
bin Qais, ia termasuk orang yang dekat dengan Umar ra. dan
Umar memang mengangkat orang-orang yang pandai di
dalam Al-Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan
bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata
kepada kemenakannya : “Wahai kemenakanku kamu adalah
orang yang dekat dengan Amirul Mukminin, maka mintakan
izin agar saya dapat menghadap kepadanya !” Kemudian
kemenakannya memintakan izin, Umar pun mengizinkan.
Ketika Uyainah masuk ia berkata : “Wahai putra Al-
Khaththab, demi Allah engkau tidak berbuat banyak terhadap
kami dan engkau tidak adil di dalam mengadili kami.” Maka
marahlah Umar dan hampir saja ia dipukulnya. Kemudian Al-
Hurr berkata kepada Umar : “Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya
SAW : “Berikanlah maaf, suruhlah untuk berbuat baik dan
janganlah kamu hiraukan orang-orang yang bodoh .” Dan
sebenarnya orang ini adalah termasuk orang yang bodoh.
Demi Allah, ketika ayat ini dibaca, Umar seakan-akan belum
pernah mendengarnya, padahal Umar adalah orang yang
sangat teliti terhadap kitab Allah Ta’ala. “ (HR. Bukhari)
28. Dari Ibnu Mas’ud ra., Rasulullah SAW bersabda :
“Sepeninggalanku akan ada orang yang hanya mementingkan
dirinya sendiri dan ada pula hal-hal yang diingkarinya.”
Para
sahabat bertanya : “Wahai …Rasulullah, apa yang harus kami
lakukan ?” Beliau menjawab : “Kamu harus menyampaikan
kebenaran yang kamu ketahui dan memohonlah kepada Allah
agar mendapatkan hakmu .” (HR. Bukhari dan Muslim)
29. Dari Abu Yahya Usaid bin Hudhair ra., ia berkata : “Ada
seorang sahabat Anshar bertanya : “Wahai Rasulullah,
mengapa engkau tidak memperkerjakanku sebagaimana
engkau telah memperkerjakan si Fulan ?” Beliau menjawab :
“Sesungguhnya sepeninggalku nanti kamu akan mendapatkan
orang yang suka mementingkan diri sendiri maka bersabarlah
kamu sampai bertemu denganku di dekat Telaga Kautsar .”
(HR. Bukhari dan Muslim)
30. Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa ra., dikatakan
kali tertentu : Rasulullah SAW menanti kedatangan musuh
sehingga matahari tergelincir, maka bangkitlah beliau di
tengah-tengah para sahabat seraya bersabda : “Wahai
manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh
dan mintalah selalu pengampunan-Nya, serta sabarlah.
Ketahuilah, bahwa surga itu di bawah naungan pedang.”1
Kemudian Nabi SAW berdoa : “Wahai Allah yang menurunkan
Kitab, yang menjalankan awan, dan yang mengalahkan
musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk
mengalahkan mereka .” (HR. Bukhari dan Muslim)
1 Maksudnya dengan jalan jihad fi sabilillah
JUJUR
1. Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan
dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu
bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai
orang
yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada
kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang
akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah
sebagai
pendusta .” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., ia
berkata : “Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah
SAW, yaitu : “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan
kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya
jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan
kebimbangan .” (HR. Tirmidzi)
3. Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra., di dalam haditsnya
yang
panjang tentang cerita pertanyaan Heraklius kepadanya :
“Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu ?”
Abu Sufyan berkata : “Nabi SAW bersabda : “Sembahlah Allah
Yang Maha Esa dan janganlah kamu menyekutukan apapun
dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu.
Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan salat, jujur,
pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat .” (HR. Bukhari
dan Muslim)
4. Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin
Hunaif),
ia adalah orang yang ikut perang Badar. Menurut beliau, Nabi
SAW bersabda : “Siapa saja yang benar-benar mohon untuk
mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah akan
mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia
mati di atas tempat tidur . “ (HR. Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda
: “Ada salah seorang di antara para nabi sewaktu akan
berangkat perang, ia berpesan kepada kaumnya : “Janganlah
mengikuti kami, yaitu orang yang baru kawin, sedangkan ia
belum berkumpul dengan isterinya. Orang membangun
rumah, sedangkan ia belum selesai membangunnya. Dan
janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing
atau onta, dan ia menunggu kelahiran anaknya .” Kemudian
Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah
dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada matahari
: “Wahai matahari, sesungguhnya kamu diperintah dan saya
pun diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami.”
Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberikan
kemenangan kepada nabi itu. Kemudian Nabi itu
mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan
mendatangkan api untuk memakannya, tetapi api itu tidak
mau memakannya, oleh karenanya Nabi itu bersabda:
“Sesungguhnya ada di antara kamu sekalian yang tidak
ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang
laki-laki untuk berbai’at kepadaku.” Kemudian melekatlah
tangan dua atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau
bersabda : “Kalianlah yang tidak ikhlas.” Orang-orang itu
lalu
membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di
hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi.
Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi
seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan
kami, karena Allah itu menghalalkan barang rampasan itu
bagi kami.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra., ia masuk Islam
sewaktu
pembukaan kota Makkah, sedangkan ayahnya termasuk tokoh
Quraisy, baik di zaman Jahiliyah maupun setelah masuk
Islam, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Dua orang
yang berjual beli itu haruslah bebas memilih sebelum mereka
berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di
dalam berjual beli, maka keduanya akan mendapatkan
berkah. Tetapi apabila keduanya menyembunyikan dan dusta,
maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Muroqobah
1. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : “Ketika kami
sedang
duduk di dekat Rasulullah SAW tiba-tiba muncul seorang
lelaki
berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya tidak
terlihat dan tidak seorangpun di antara kami mengenalinya.
Ia duduk menghadap Beliau SAW, lalu menyandarkan kedua
lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak
tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata : “Wahai
Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam!” Rasulullah
SAW menjawab: Islam adalah hendaknya engkau bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan salat, memberikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika
memenuhi syaratnya.” Ia berkata : “Engkau benar!” Kami
keheranan karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya.
Lebih lanjut ia berkata : “Sekarang terangkanlah kepadaku
tentang Iman!” Rasulullah SAW menjawab : “Yaitu engkau
beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir, serta engkau beriman
kepada baik dan jeleknya taqdir. Ia berkata : “Engkau
benar.”
Selanjutnya terangkan kepadaku tentang ihsan!” Rasulullah
menjawab : “Yaitu hendaknya engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya. Ketahuilah, bahwa Dia selalu
melihatmu.” Orang itu kembali bertanya: “Beritahukan
kepadaku kapan terjadinya hari kiamat?” Rasulullah SAW
menjawab : “Tidaklah orang yang bertanya lebih mengetahui
daripada yang ditanya.”1 Orang itu berkata lagi : “Kalau
begitu beritahukanlah tanda-tanda (terjadinya) hari kiamat!”
Rasulullah SAW menjawab: “yaitu apabila budak perempuan
melahirkan bayi perempuan yang akan menjadi majikannya
dan engkau akan melihat orang yang asalnya tidak bersandal,
telanjang, papa, penggembala kambing, menjadi orang-orang
yang saling berlomba meninggikan bangunan rumahnya.”
Kemudian orang itu berlalu. Kami terdiam beberapa saat. Lalu
Rasulullah SAW bertanya : “Hai Umar, tahukah engkau siapa
yang bertanya tadi?” Umar menjawab: “Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu.” Rasulullah SAW memberitahukan : “Dia adalah
Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang agama
Islam.” (HR. Muslim)
2. Dari Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin
Jabal ra., dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada.
Sertailah (tutuplah) kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya
kebaikan tadi akan menghapus kejelekan dan gaulilah
manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)
3. Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : “Kali tertentu saya
berada di
belakang Nabi SAW, kemudian beliau bersabda : “Hai anak
kecil, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat,
yaitu : “Jagalah (perintah) Allah, niscaya ia akan menjaga
dirimu, jagalah (larangan) Allah niscaya kamu dapati Allah
selalu dihadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada
Allah, dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah
pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia
bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu
niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu
kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah
kepadamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan
dirimu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu
kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu.
Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta)
lembaranlembaran
itu.” (HR. Imam Tirmidzi)
Dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rasulullah SAW
bersabda : “Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan
menemui-Nya di hadapanmu. Hendaklah engkau mengingat
Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan
mengingatmu
di waktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang
seharusnya luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan
mengenaimu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu disertai
kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan dan sesudah
kesulitan
pasti ada kemudahan.”
4. Dari Anas ra., ia berkata : “Sesungguhnya kalian sekarang
melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat mudah, padahal
pada masa Rasulullah SAW perbuatan-perbuatan semacam itu
kami anggap termasuk hal-hal yang merusak agama.” (HR.
Bukhari)
5. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu cemburu; dan cemburunya
Allah Ta’ala yaitu, apabila ada seseorang yang melakukan
perbuatan-perbuatan yang diharamkannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia mendengar Nabi SAW bersabda :
“Ada tiga orang Bani Israil yang mempunyai penyakit belang,
botak dan buta. Kemudian Allah hendak menguji mereka,
maka Allah mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu
datang kepada Si belang dan bertanya : “Apakah yang paling
kamu inginkan?” Si belang menjawab : “Saya menginginkan
paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang
penyakitku yang menjadikan orang-orang jijik melihatku.
Malaikat itu kemudian mengusap Si belang, maka hilanglah
penyakit yang menjijikannya, ia juga diberi paras yang
tampan dan kulit yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi :
“Harta apakah yang paling kamu senangi?” Si belang
menjawab : “Unta,” ada yang mengatakan “sapi”. Kemudian
ia diberi unta yang sedang bunting sepuluh bulan, dan
Malaikat tadi berkata : “Semoga Allah memberi berkah atas
rahmat yang kamu terima.”
Kemudian malaikat mendatangi Si botak, dan bertanya :
“Apakah yang paling kamu inginkan ?” Si botak menjawab :
“Rambut yang rapi dan hilangnya penyakitku, yang
menyebabkan orang-orang jijik kepadaku.” Malaikat itu lalu
mengusap si botak dan hilangkah penyakitnya, serta
tumbuhlah rambut yang rapi. Malaikat itu bertanya lagi :
“Harta apakah yang paling kamu senangi ?” Si botak
menjawab : “Sapi.” Malaikat pun memberinya sapi yang
sedang bunting. Dan ia berkata : “Semoga Allah memberi
berkah atas rahmat yang kamu terima.”
Selanjutnya malaikat itu mendatangi Si buta dan bertanya :
“Apakah yang paling kamu inginkan ?” Si buta menjawab :
“Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat
melihat orang.” Malaikat itu lantas mengusap Si buta dan
Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya
lagi: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Si buta
menjawab : “Kambing.” Kemudian ia diberi kambing yang
sedang bunting.
Selang beberapa tahun, unta, sapi dan kambing berkembang
biak yang akhirnya unta itu memenuhi suatu lapangan,
demikian pula dengan sapi dan kambing. Kemudian malaikat
tadi datang kepada Si belang dengan menyerupai orang yang
berpenyakit belang seperti keadaan Si belang waktu itu, dan
berkata: “Saya adalah orang miskin, yang kehabisan bekal di
tengah-tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang
mau memberi pertolongan kepada saya kecuali Allah, saya
harap engkau mau memberi pertolongan. Saya benar-benar
minta pertolongan kepadamu dengan menyebut yang telah
memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus
serta harta kekayaan, dan saya minta seekor unta untuk
bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.” Si belang
berkata : “Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak
saya tidak bisa membekali apa-apa.”
Malaikat itu berkata: “Kalau tidak salah saya kenal dengan
kamu. Bukankah kamu dulu orang yang berpenyakit belang
sehingga orang-orang lain merasa jijik kepadamu. Bukankah
kamu dulu orang yang miskin kemudian Allah memberi
rahmat kepadamu?” Si belang berkata : “Harta kekayaanku
ini adalah dari nenek moyang.” Malaikat itu berkata: “Jika
kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti
keadaan semula.” Kemudian malaikat itu datang kepada Si
botak seperti keadaan Si Botak waktu itu, dan berkata
seperti
yang dikatakan pada Si belang. Si botak juga menjawab
seperti jawaban Si belang. Kemudian malaikat itu berkata :
“Jika kamu berdusta semoga Allah mengembalikanmu seperti
semula.” Malaikat tadi terus ke tempat Si buta dengan
menyerupai orang yang buta seperti keadaan Si buta waktu
itu, dan berkata: “Saya adalah orang miskin yang kehabisan
bekal di tengah-tengah perjalanan dan sampai hari ini tidak
ada yang mau memberi pertolongan kepada saya kecuali
Allah, saya berharap mudah-mudahan kamu mau memberi
pertolongan. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu
dengan menyebut yang telah mengembalikan penglihatanmu
dan saya minta satu ekor kambing untuk bekal di dalam
melanjutkan perjalanan saya.” Si buta berkata : “Saya dahulu
adalah orang buta kemudian Allah mengembalikan
penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan
tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah
sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu
yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Agung. Malaikat itu
berkata : “Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu
hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha kepadamu dan
Allah telah memurkai kedua kawanmu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
7. Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra., dari Nabi SAW,.
beliau
bersabda : “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu
menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati.
Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya
mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai
harapan kepada Allah.” (HR. Tirmidizi)
8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda
: Termasuk kesempurnaan Islam seseorang, apabila ia
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya.”
(HR. Tirmidizi)
9. Dari Umar ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Seorang
suami tidak akan ditanya kenapa ia memukuli isterinya?” (HR.
Abu Dawud)
Takwa
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Ada beberapa orang
bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang paling mulia?” Rasulullah SAW menjawab : “Orang
yang paling bertakwa.” Para sahabat berkata: “Bukan itu yang
kami tanyakan.” Rasulullah SAW bersabda : “Kalau begitu,
Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.” Para sahabat
berkata: “Bukan hal itu yang kami tanyakan.” Rasulullah SAW
balik bertanya : “Apakah yang kalian tanyakan itu berkenaan
dengan keturunan Arab yang baik? Kalau demikian, maka
orang yang mulia adalah orang Arab yang paling baik budi
pekertinya di zaman Jahiliyah dan baik pula budi pekertinya
ketika Islam dan mereka memahami agama Islam.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra. dari Nabi SAW, beliau
bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu manis dan indah dan sesungguhnya
Allah mengusahakan kepada kalian untuk mengelola yang ada
di dalamnya, kemudian Allah mengawasi apa yang kalian
perbuat. Maka hati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita.
Sesungguhnya bencana yang pertama kali timbul pada Bani
Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim)
3. Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata : “Nabi SAW sering
berdo’a :
“ALLAHUMMA INNI AS ALUKAL HUDA WATTUQAA WAL
‘AFAAFA WAL GHINAA (Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-
Mu semoga Engkau berkenan memberikan petunjuk,
ketakwaan, kehati-hatian dan perasaan cukup).” (HR. Muslim)
4. Dari Abu Tharif ‘Adiy bin Hatim Ath-Tha’i ra., berkata :
“Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang
bersumpah, kemudian dia beranggapan dengan sumpahnya
itu dia telah bertakwa kepada Allah maka hendaklah dia
melaksanakan sesuatu yang menunjang takwaannya itu.”
(HR. Muslim)
5. Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan Al-Bahiliy ra., ia
berkata
: Saya mendengar Rasulullah SAW berkhutbah pada haji
Wada’ : “Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, salatlah
kalian lima kali sehari semalam, berpuasalah pada bulan
Ramadhan, tunaikanlah zakat harta bendamu serta patuhlah
kepada pemimpin-pemimpin kalian, maka kalian akan masuk
surga.” (HR. Tirmidizi)
Yakin dan Tawakal
1. Dari Ibnu ‘Abbas ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda :
“Ditampakkan kepadaku umat-umat terdahulu. Kulihat ada
seorang Nabi yang disertai dengan rombongan kecil, ada pula
Nabi yang disertai dengan satu dua orang saja, bahkan ada
seorang Nabi yang tanpa pengikut seorangpun. Kemudian
tampak satu rombongan besar yang aku sangka mereka
adalah umatku, akan tetapi dikatakan kepadaku : “Ini adalah
Musa dan kaumnya tetapi lihatlah ke ufuk sana.” Kemudian
aku melihat ke ufuk itu. Tiba-tiba aku melihat satu
rombongan besar, lantas dikatakan kepadaku : “Lihatlah ke
ufuk yang lain.” Di sana aku melihat satu rombongan yang
besar lagi, kemudian dikatakan kepadaku : “Itulah umatmu
yang didalamnya terdapat tujuh puluh ribu orang yang akan
memasuki surga tanpa hisab1 dan tanpa disiksa lebih dahulu.”
Beliau kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah.
Orang-orang ramai membicarakan tentang orang-orang yang
akan masuk surga tanpa dihisab dan disiksa. Salah seorang di
antara mereka berkata : “Mungkin saja mereka adalah
sahabat-sahabat Rasulullah SAW” Dan ada pula yang
mengatakan : “Mungkin saja mereka adalah orang-orang
yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan dia tidak
menyekutukan Allah.” Dan mereka menafsirkan bermacammacam.
Kemudian Rasulullah SAW keluar dan bersabda
kepada mereka : “Apa yang sedang kalian bicarakan?”
Kemudian mereka menceritakannya, maka beliau bersabda:
“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak menjampi, dan
mereka tidak pernah minta dijampi, mereka yang tidak
meramal dan hanya kepada Tuhan sajalah mereka
bertawakkal.” Kemudian ‘Ukasyah bin Mihshan berkata : “Ya
Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar saya termasuk
golongan mereka.” Beliau menjawab : “Engkau termasuk
golongan mereka.” Kemudian berdirilah orang lain sambil
berkata : “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar saya
termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab : “Engkau
telah didahului oleh Ukasyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
1 Tanpa dihitung atau diperiksa amal perbuatannya
2. Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah
SAW berdoa : “ALLAHUMMA LAKA ASLAMTU WABIKA
AAMANTU WA’ALAIKA TAWAKKALTU WA ILAIKA ANABTU
WABIKA KHAASHAMTU ALLAHUMA A’UUDZU BI’IZZATIKA LAA
ILAAHA ILLAA ANTA ANTUDHILLANI ANTAL HAYYUL LADZII
LAA YAMUUTU WAL JINNU WAL INSU YAMUUTUUNA.” (Ya
Allah, hanya kepada-Mu saya berserah diri, dan kepada-Mu
saya percaya sepenuh hatu, dan hanya kepada Engkau-lah
saya kembali dan untuk-Mulah saya berjuang. Ya Allah, saya
berlindung dengan kemuliaan-Mu yang tiada Tuhan selain
Engkau dan aku mohon agar Engkau tidak menyesatkan
diriku. Engkau adalah Zat Yang Hidup yang tidak akan pernah
mati, sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “HASBUNALLAH WANIKMAL
WAKIL, kalimat ini pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim as.
Ketika
beliau dilemparkan ke dalam api, dan juga dibaca oleh Nabi
Muhammad SAW ketika orang-orang kafir mengatakan :
“Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kalian. Oleh karena itu, takutlah
kalian kepada mereka.” Akan tetapi perkataan itu malah
menambah keimanan mereka serta mereka mengucapkan
“HASBUNALLAAHU WANIKMAL WAKIIL.” (HR. Bukhari)
Pada riwayat Bukhari yang lain, bahwa Ibnu Abbas ra. berkata
:
“Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika
dilemparkan ke dalam api adalah “HASBUNALLAHU WANIKMAL
WAKIIL” (Allah cukup menjadi Penolong bagi kami, Allah
adalah
sebaik-baik pelindung).”
4. Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Akan
masuk surga orang-orang yang mempunyai hati berpendirian
seperti pendirian burung.” (HR. Muslim)
5. Dari Jabir ra., ia berkata : “Saya berperang bersama Nabi
SAW menuju ke arah Najd. Tatkala Rasulullah kembali kami
pun ikut kembali. Di suatu lembah yang banyak pohon
berduri, kami merasa payah dan mengantuk, Rasulullah SAW
pun turun dan berpencar untuk berteduh di bawah pohon,
kemudian beliau menggantungkan pedangnya, sedangkan
kami semua tertidur. Tiba-tiba Rasulullah SAW memanggil
kami, sedangkan di dekat beliau ada seorang Badui,
kemudian beliau bersabda “Sesungguhnya orang ini telah
menghunus pedangku sewaktu aku tertidur, setelah aku
terbangun pedang itu sedang terhunus di tangannya.” Lalu
orang ini berkata : “Siapakah yang dapat mencegah kamu
dari seranganku ?” Aku menjawab : “Allah” (tiga kali).
Kemudian orang itu tidak melakukan apa-apa dan langsung
duduk. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan : Jabir berkata : “Kami
bersama
Rasulullah SAW berperang di Dzatur riqa’. Tatkala kami
sampai
pada salah satu pohon yang rindang kami meninggalkan
Rasulullah
SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki musyrik sedangkan
pedang Rasulullah SAW bergantung di pohon dan laki-laki itu
menghunusnya seraya berkata : “Apakah kamu takut kepadaku?”
Beliau menjawab : “Tidak.” Dia bertanya lagi : “Siapakah
yang
dapat mencegah kamu dari seranganku ?” Beliau menjawab :
“Allah.”
Dan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar
Al-Isma’iliy di
dalam shahihnya dikatakan : “Laki-laki itu bertanya :
“Siapakah
yang dapat mencegah kamu dari serangan ini?” Beliau menjawab
:
“Allah,” maka jatuhlah pedang itu dari tangannya, kemudian
Rasulullah SAW mengambil pedang itu seraya bertanya :
“Siapakah
yang dapat mencegah kamu dari seranganku ini?” Dia menjawab
“Jadilah engkau sebaik-baik orang yang memegang pedang.”
Beliau
bersabda : “Hendaklah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain
Allah dan sesungguhnya saya adalah pesuruh Allah.” Ia
menjawab :
“Tidak, tetapi saya berjanji tidak akan memerangi kamu dan
saya
tidak akan bergabung dengan orang-orang yang memerangi
kamu.”
Kemudian Rasulullah melepaskan orang itu dan mendatangi
sahabatnya seraya bersabda : “Baru saja bertemu dengan
sebaikbaik
manusia.”
6. Dari Umar ra., ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda : “Andaikata kalian benar-benar bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana
Dia memberi rezeki kepada burung, yaitu keluar dengan perut
kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore
hari. (HR. Tirmidzi)
7. Dari Umarah Al-Barra’ bin ‘Azib ra., ia berkata :
“Rasulullah
SAW bersabda : “Hai fulan apabila kau hendak tidur maka
bacalah “ALLAHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA WAWAJJAHTU
WAJHII ILAIKA WAFAWWADTU AMRII ILAIKA WA ALJA’TU
DHAHRII ILAIKA RAGHBATAN WARAHBATAN ILAIKA LAA
MALJA’A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA AAMANTU
BIKITAABIKAL LADZII ANZALTA WA NABIYYIKAL LADZII
ARSALTA.” (Ya Allah, saya menyerahkan diri kepada-Mu. Saya
hadapkan wajahku kehadirat-Mu, saya menyerahkan segala
urusanku kepada-Mu dan saya menyandarkan punggungku
kepada-Mu karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak
ada tempat kembali dan tidak ada tempat berlindung kecuali
hanya kepada-Mu. Saya percaya dengan sepenuh hati
terhadap Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan terhadap
Nabi-Mu yang telah engkau utus.) Dengan membaca doa ini,
apabila kalian mati pada malam itu, maka matinya dalam
keadaan bersih dari dosa, dan jika kamu masih hidup sampai
pagi harinya maka kamu akan memperoleh kebaikan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim
dari Al-Barra’, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
kepadaku :
“Jika engkau hendak tidur maka berwudhulah terlebih dahulu
sebagaimana kamu wudhu akan shalat, kemudian berbaringlah
pada pinggangmu yang sebelah kanan lalu bacalah doa seperti
tersebut di atas.” Ia meneruskan hadis itu seperti hadis di
atas,
kemudian beliau bersabda : “Dan jadikanlah doa sebagai akhir
(penghabisan) dari apa yang kamu ucapkan.”
8. Dari Abu Bakar As Shiddiq Abdullah bin Utsman bin Amir
bin
‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib Al-Quraisy At-Taimiy ra., ia ayah dan ibunya
termasuk sahabat Nabi, ia berkata : “Tatkala kami berada di
gua Tsur, saya melihat kaki-kaki orang musyrik berada di
atas
kepala kami, kemudian saya berkata : “Wahai Rasulullah,
seandainya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah
telapak kakinya dia pasti akan melihat kita.” Beliau
menjawab
: “Wahai Abu Bakar, apakah yang kamu cemaskan terhadap
dua orang sedangkan Allah ketiganya ?” (HR. Bukhari dan
Muslim)
9. Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah, nama sebenarnya
adalah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah Al-Makhzumiyah
ra., ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW jika keluar dari
rumahnya, beliau berdoa : “BISMILLAAHI TAWAKKALTU
‘ALALLAAH. ALLAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA ‘AN ADHILLA
AU UDHALLA WA ‘AZILLA AU UZALLA AU ADZLIMA AU
AUDZLAMA AU AJHALA AU YUJHALA ‘ALAYYA (Dengan
menyebut nama Allah saya bertawakkal kepada Allah. Ya
Allah, sesungguhnya saya berlindung diri kepada-Mu dari
sesuatu yang menyesatkan, dari sesuatu yang
menggelincirkan atau digelincirkan dari sesuatu yang
menganiaya atau teraniaya, atau dari sesuatu yang
membodohkan atau diperbodohkan.” (HR. Abu Dawud dan At
Tirmidzi dan yang lain dengan sanad yang sahih).
10. Dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda : “Siapa saja yang keluar dari rumahnya
membaca : “BISMILLAAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAHI WALAA
HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Dengan menyebut
nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah),” maka dikatakan
kepadanya : “Kamu telah mendapat petunjuk, kamu telah
dijamin, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi, Nasa’i dan yang lain)
Akan tetapi dalam riwayat Abu Dawud ada tambahan : “Maka
setan
yang satu berkata kepada setan yang lain : “Bagaimana kamu
dapat menggoda orang itu sedangkan dia telah diberi
petunjuk,
telah dijamin dan dipelihara oleh Allah.”
11. Dari Anad ra., ia berkata : “Masa Nabi SAW ada dua
orang yang bersaudara, yang satu suka datang kepada Nabi
SAW dan yang lain giat berusaha. Kemudian orang yang giat
berusaha mengadu kepada Nabi SAW tentang keadaan
saudaranya itu, lantas beliau bersabda : “Barang kali kamu
mendapatkan rezeki karena saudaramu.” (HR. At Tirmidzi)
Istiqamah (Teguh Pendirian)
1. Dari Abu ‘Amr, ada yang mengatakan Abi Amrah Sufyan bin
Abdullah ra., ia berkata : “Saya berkata kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya suatu ucapan yang
mengandung ajaran Islam dan saya tidak akan bisa
menanyakan kepada orang selain engkau !” Beliau menjawab
: “Katakanlah, saya beriman kepada Allah, kemudian teguhlah
kamu dalam pendirian itu . (HR.Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Biasakanlah kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah dan
berpegangteguhlah pada keyakinan kalian. Ketahuilah, tidak
ada seorang pun di antara kalian yang selamat karena amal
perbuatannya.” Para sahabat bertanya : “Tidak juga engkau
wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Tidak juga saya,
kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.”
(HR.Muslim
Anjuran berbuat baik
1. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda : “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan
amal-amal saleh, karena akan terjadi bencana yang
menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seseorang pada
waktu pagi dia beriman tetapi pada waktu sore dia kafir,
atau
pada waktu sore dia beriman tetapi pada waktu paginya dia
kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan
dunia .” (HR.Muslim)
2. 2.. Dari Abu Sirwa’ah Uqbah bin Al-Harits ra., ia berkata
:
“Aku salat Ashar di belakang Nabi SAW ketika di Madinah.
Setelah salam, beliau cepat-cepat bangkit melangkahi barisan
para sahabat menuju kamar salah seorang isterinya. Para
sahabat terkejut, karena beliau tergesa-gesa. Setelah itu
Rasulullah keluar. Beliau heran melihat para sahabat yang
terkejut itu, kemudian beliau bersabda : “Aku teringat
sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya
maka aku menyuruh untuk membagi-baginya.”
3. Dalam riwayat yang lain disebutkan : “Aku meninggalkan
sepotong emas yang harus kusedekahkan tetapi tertinggal di
rumah, maka aku tidak ingin emas itu menginap di
tempatku.” (HR.Bukhari)
4. Dari Jabir ra., ia berkata : Pada Perang Uhud, ada
seseorang
yang bertanya kepada Nabi SAW : “Apakah engkau tahu di
manakah tempatku seandainya aku terbunuh ?” Beliau
menjawab : “Di dalam surga.” Kemudian orang itu terus
melemparkan biji-biji kurma yang ada di tangannya lalu dia
maju perang sehingga mati terbunuh .” (HR.Bukhari dan
Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Ada seseorang yang
datang kepada Nabi SAW bertanya : “Wahai Rasulullah,
sedekah apakah yang paling besar pahalanya ?” Beliau
menjawab : “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, suka
harta, takut miskin dan masih berkeinginan kaya. Dan
janganlah kamu menunda-nunda, sehingga apabila nyawa
sudah sampai di tenggorokan, maka kamu baru berkata :
“Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta
itu
sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (HR.Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Anas ra., ia berkata : Ketika Perang Uhud Rasulullah
SAW mengambil pedang seraya bersabda : “Siapakah yang
bersedia menerima pedang ini ?” Maka setiap orang
mengulurkan tangannya seraya berkata : “Saya,saya.” Beliau
bersabda lagi : “Siapakah yang bersedia menerimanya
dengan penuh tanggung jawab ?” Maka semua orang terdiam,
kemudian Abu Dujanah ra. berkata : “Saya akan
menerimanya dengan penuh tanggung jawab .” Maka pedang
itu diberikan kepada Abu Dujanah. Digunakan pedang itu
olehnya untuk memenggal leher orang-orang musyrik .”
(HR.Muslim)
7. Dari Zubair bin Adiy., ia berkata : “Kami mendatangi Anas
ra.,
dan mengadukan penderitaan yang kami alami dari
kekejaman Al-Hajjaj, kemudian Anas menjawab : “Sabarlah
kamu semua, sesungguhnya akan datang suatu masa di mana
penderitaan lebih berat lagi, sehingga kamu semua bertemu
dengan Tuhanmu (meninggal dunia). Saya mendengar hal itu
dari Nabi SAW” (HR.Bukhari)
8. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda : “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum
datangnya tujuh perkara. Apakah kamu harus menantikan
kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat
menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan,
tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat
menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal,
padahal ia adalah sejelek-jelek sesuatu yang ditunggu, atau
menunggu datangnya hari kiamat, padahal kiamat adalah
sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan .”
(HR.Turmudzi)
9. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah
SAW ketika Perang Khaibar bersabda : “Aku benar-benar akan
menyerahkan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah
dan Rasul-Nya, dan Allah akan memberikan kemenangan
melalui tangannya .” Umar ra. berkata : “Saya tidak begitu
antusias menjadi pemimpin kecuali hari ini. Maka saya
menampakkan diri dengan harapan supaya dipanggil oleh
Nabi .” Akan tetapi Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi
Thalib dan menyerahkan panji itu kepadanya, seraya
bersabda : “Majulah ke depan dan janganlah kamu menoleh
ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu
.” Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lalu berhenti
tetapi tidak menoleh ke belakang dan berteriak : “Wahai
Rasulullah, siapakah yang harus aku perangi ?” Beliau
menjawab : “Perangilah mereka, sehingga mereka mau
bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Apabila
mereka telah bersaksi, berarti terpelihara harta dan darah
mereka kecuali dengan haknya, adapun mengenai
perhitungan amal mereka terserah pada Allah .” (HR.Muslim)
Bersungguh-sungguh dalam beramal
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman : “Siapa saja yang
memusuhi kekasih-Ku maka Aku nyatakan perang
terhadapnya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan
oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri adalah ia
mengerjakan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidak
henti-hentinya mendekatkan diri dengan amalan-amalan
sunnah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya,
maka Aku merupakan pendengaran yang ia gunakan, Aku
merupakan penglihatan yang ia gunakan, Aku merupakan
tangan yang ia gunakan untuk menyerang dan Aku
merupakan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon kepada-Ku niscaya Aku mengabulkannya dan jika
ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku
melindunginya .” (HR.Bukhari)
2. Dari Anas ra., dari Nabi SAW, beliau menceritakan yang
difirmankan oleh Tuhan Yang Mahamulia lagi Mahaagung :
“Apabila seseorang mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal,
maka Aku mendekat sehasta, apabila ia mendekatkan diri
kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat sedepa, dan apabila
ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang
dengan berlari .” (HR.Bukhari)
3. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
:
“Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya,
yaitu kesehatan dan kesempatan .” (HR.Bukhari)
4. Dari Aisyah ra., ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW
selalu
bangun untuk mengerjakan salat malam sampai kedua
kakinya bengkak. Aisyah bertanya : “Wahai Rasulullah,
mengapa engkau berbuat demikian, sedangkan Allah telah
mengampuni semua dosamu, baik yang telah lampau maupun
yang akan datang ?” Beliau menjawab : “Apakah tidak
sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang selalu
bersyukur ?” (HR.Bukhari dan Muslim)
5. Dari Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW apabila
memasuki pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan
beliau senantiasa beribadah pada malam hari dan
membangunkan keluarganya dan beliau bersungguh-sungguh
serta mengikat erat tali pinggangnya .” (HR.Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
:
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah
daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada
kebaikannya. Bersemangatlah untuk mengerjakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirimu, serta mohonlah pertolongan
kepada Allah dan janganlah lemah ! Kalau tertimpa sesuatu,
janganlah kamu mengucapkan : “Seandainya saya berbuat
begini tentu akan terjadi begini dan begitu,” tetapi
katakanlah
: “Apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendaki-
Nya pasti akan terjadi .” Karena kata seandainya itu akan
memberi jalan kepada setan .” (HR.Muslim)
7. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda : “Neraka itu tertutup dengan berbagai macam
kesenangan dan surga itu tertutup dengan berbagai macam
ketidaksenangan .” (HR.Bukhari dan Muslim)
8. Dari Abu Abdullah Hudzaifah bin Yaman Al- Anshari ra.,
beliau
dikenal sebagai spionase (mata-mata) Rasulullah SAW, ia
berkata : “Suatu malam aku salat bersama-sama Nabi SAW
sesudah membaca Al-Fatihah beliau membaca surat Al-
Baqarah, di dalam hati saya berkata : “Mungkin beliau akan
rukuk jika sudah mencapai seratus ayat .” Tetapi sesudah
mendapat seratus ayat beliau tetap membacanya. Dalam hati
saya berkata lagi, mungkin beliau akan membaca satu surat
Al-Baqarah dalam satu raka’at, tetapi setelah selesai satu
surat beliau membaca lagi surat An-Nisa’ dan beliau
membacanya sampai selesai. Setelah itu beliau mulai lagi
membaca surat Ali Imran sampai selesai. Beliau membacanya
dengan tartil. Jika menemukan ayat yang mengandung tasbih
maka beliau membaca tasbih. Jika menemukan ayat yang
mengandung perintah agar memohon, maka beliau memohon.
Dan jika beliau menemukan ayat yang menyuruh untuk
berlindung diri, maka beliau berlindung diri. Sesudah itu
beliau rukuk dan membaca : “SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHIIM”
(Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung). Lamanya hampir
sama dengan berdiri. Kemudian beliau bangkit dari rukuk
mengucapkan : “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA
LAKAL HAMDU” (Allah mendengar orang yang memuji-Nya.
Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mu lah segala puji), dan
berdiri lama hampir sama dengan rukuk. Kemudian beliau
sujud dan membaca : “SUBHAAN RABBIYAL A’LAA (Maha Suci
Tuhanku Yang Maha Luhur), lamanya hampir sama dengan
berdiri .” (HR.Muslim)
9. Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata : “Pada suatu malam, saya
mengerjakan salat bersama Nabi SAW Beliau berdiri lama
sekali, sehingga timbullah niat jelek saya.” Setelah selesai
beliau bertanya : “Niat jelek apakah yang timbul di hatimu
?”
Saya menjawab : “Saya berniat akan duduk dan akan
meninggalkan salat .” (HR.Bukhari dan Muslim)
10. Dari Anas ra., dari Rasulullah SAW beliau bersabda :
“Yang mengikuti mayat itu ada tiga, yaitu keluarga, harta
benda, dan amal perbuatannya. Yang dua kembali dan yang
satu tetap bersamanya, yaitu keluarga dan harta bendanya
kembali dan amal perbuatannya tetap bersamanya .”
(HR.Bukhari dan Muslim)
11. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata bahwa Nabi SAW
bersabda : “Surga itu lebih dekat kepada salah seorang di
antara kalian dari sandal yang dipakainya, begitu juga neraka
.” (HR.Bukhari)
12. Dari Abu Firas Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslamiy, ia termasuk
pelayan Rasulullah SAW dan termasuk Ahli Shuffah, ia berkata
: “Saya bermalam bersama Rasulullah SAW, kemudian saya
menyediakan air untuk wudhu dan kepentingan beliau yang
lain, kemudian beliau bersabda : “Mintalah sesuatu kepadaku
!” “Saya berharap agar dapat menemani engkau di surga.”
Beliau bertanya : “Apakah tidak ada permintaan yang lain ?”
Saya menjawab : “Hanya itu saja wahai Rasulullah .” Beliau
bersabda : “Bantulah saya untuk mengabulkan permintaanmu
itu dengan memperbanyak sujud .” (HR.Muslim)
13. Dari Abu Abdullah ( Abu Abdurrahman Tsauban )
sahaya Rasulullah SAW, ia berkata : “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah kamu memperbanyak
sujud. Sesungguhnya jika kamu sujud satu kali saja sujud
karena Allah, niscaya Allah mengangkat satu derajat dam
Allah menghapus satu kesalahanmu .” (HR.Muslim)
14. Dari Abu Shafwan Abdullah bin Busrin Al-Aslamiy ra., ia
berkata : “Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia
adalah yang panjang umurnya serta baik pula amal
perbuatannya .” (HR.Turmudzi)
15. Dari Anas ra., ia berkata : Pamannya Anas bin An
Nadhir ra., tidak mengikuti perang Badr, ia mengaku : “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya saya tidak bisa mengikuti awal
peperangan melawan orang-orang musyrik. Seandainya Allah
menakdirkan saya untuk bisa mengikuti peperangan melawan
orang-orang musyrik niscaya Allah benar-benar melihat apa
yang saya perbuat.” Ketika perang Uhud kaum Muslimin
banyak yang melarikan diri, dia berkata : “Ya Allah, saya
mohon maaf kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh
kawankawanku,
di mana mereka banyak yang melarikan diri dan
musyrik .” Kemudian dia maju dan menghampiri Sa’adz bin
Mu’adz seraya berkata : “Wahai Sa’adz bin Mu’adz, demi
Tuhannya Ka’bah, sesungguhnya saya mencium bau surga di
dekat Uhud.” Sa’ad berkata : “Wahai Rasulullah saya tidak
sanggup berbuat seperti apa yang diperbuatnya.” Anas
berkata : “Setelah perang Uhud usai saya menemukan pada
dirinya delapan puluh lebih luka pedang, satu tikaman tombak
dan satu tusukan panah. Kami menemukannya sudah
terbunuh dan dicincang oleh orang-orang musyrik sehingga
tidak ada satupun orang yang mengenalinya kecuali saudara
perempuannya dengan mengamati jari-jemarinya.” Kemudian
Anas berkata lagi : “Kami meyakini bahwa ayat yang artinya :
“Orang-orang yang menepati terhadap apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, itu diturunkan berhubungan dengan
peristiwa orang-orang mukmin seperti Anas bin Nadhir ini .”
(HR.Muslim)
16. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr Al-Anshariy Al-Badriy
ra., ia berkata : “Tatkala ayat tentang sedekah diturunkan,
kami membawa (memanggul) sedekah kami. Ada seseorang
yang datang dengan membawa harta sebanyak-banyaknya
untuk disedekahkan. Kemudian orang-orang munafik berkata
: “Allah tidak membutuhkan jika hanya satu gantang .”
Kemudian turunlah ayat : “Orang-orang munafik yaitu
orangorang
yang mengejek orang-orang mukmin yang sukarela di
dalam bersedekah dan orang-orang yang tidak mampu
bersedekah kecuali dengan sekuat tenaganya .” (HR.Bukhari
dan Muslim)
17. Dari Sa’id bin Abdul Aziz, dari Rabi’ah bin Yazid, dari
Abu Idris Al-Khaulaniy, dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah
ra., dari Nabi SAW, beliau menceritakan apa yang difirmankan
oleh Allah : “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku
mengharamkan menzalimi diri-Ku dan Aku juga
mengharamkannya kepada kamu semua, maka semua saling
menganiaya. Hai hamba-Ku kamu semua itu tersesat kecuali
orang yang telah Aku beri petunjuk, maka mohonlah petunjuk
kepada-Ku niscaya Aku berikan petunjuk kepadamu. Wahai
hamba-Ku kalian itu lapar kecuali orang-orang yang Aku beri
makan, maka mohonlah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberi makan kepada kamu semua. Wahai hamba-Ku,
kalian orang yang telanjang kecuali orang yang Aku beri
pakaian, maka mohonlah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku
akan memberi pakaian kepada kamu semua. Wahai hambaKu,
kamu semua selalu berbuat dosa baik di malam maupun
di siang hari, dan Aku adalah Dzat Yang Mengampuni semua
dosa, maka mohonlah ampun kepada-Ku, niscaya Aku
memberi ampunan kepadamu. Wahai hamba-Ku, kamu
semua tidak akan dapat berbuat sesuatu yang dapat
merugikan-Ku dan tidak pula berbuat sesuatu yang
menguntungkan Aku. Wahai hamba-Ku, seandainya orang
yang pertama dan terakhir dari kamu, manusia dan jin
mereka itu berhati takwa seperti paling takwanya seseorang
di antaramu, itu tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang pertama dan yang
terakhir dari kamu, manusia dan jin, berhati jahat seperti
sejahat-jahatnya seseorang di antara kamu, itu tidak akan
mengurangi kerajaan-Ku barang sedikitpun juga. Wahai
hamba-Ku, jika orang yang terdahulu dan orang yang terakhir
di antaramu, manusia dan jin, mereka berada di bumi yang
satu kemudian mereka minta kepada-Ku, maka Aku
memenuhi permintaannya, hal yang demikian itu, tidaklah
mengurangi sesuatu yang ada pada-Ku, sebagaimana
sebatang jarum apabila dimasukkan ke laut. Wahai hamba-
Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku
mencatat semuanya, kemudian Kami membalasnya. Maka
siapa saja yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur
kepada Allah, dan siapa saja yang mendapatkan selain
daripada itu, maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya
sendiri .” (HR.Muslim)
Memperbanyak amal kebajikan
utamanya ketika lanjut usia.
1. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Allah
telah memberi kesempatan kepada seseorang yang
dipanjangkan usianya sampai enam puluh tahun.”
(HR.Bukhari)
2. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : “Umar mengajak aku ke
sebuah diskusi yang diikuti orang-orang yang pernah
mengikuti perang Badr, yang terdiri dari orang tua,
seakanakan
saya disejajarkan dengan mereka, kemudian ada
seseorang yang bertanya : “Kenapa pemuda ini dimasukkan
dalam kelompok kita, padahal kita juga mempunyai anak
yang sebaya dengannya ?” Umar menjawab : “Itu pendapat
kalian ?” Pada suatu hari Umar memanggil saya dan saya
datang bersama-sama dengan para sahabat, dan saya tahu
bahwa Umar memanggil saya pada hari itu, adalah untuk
menunjukkan kelebihan saya kepada mereka. Kemudian Umar
berkata : “Apakah pendapat kalian terhadap firman Allah yang
berbunyi : “IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH ?” Salah
seorang di antara mereka menjawab : “Kami diperintahkan
untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah, apabila
kita mendapat pertolongan dan kemenangan .” Para sahabat
yang lain terdiam, kemudian Umar bertanya kepada saya :
“Apakah pendapatmu juga seperti itu wahai Ibnu Abbas ?”
Saya menjawab : “Tidak.” Umar bertanya lagi : “lalu
bagaimana pendapatmu ?” Saya menjawab : “Allah
memberitahu kepada Rasulullah SAW bahwa ayat itu
merupakan isyarat dekatnya kewafatan beliau. Yaitu Allah
berfirman : “IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH”
(Apabila telah datang pertolongan dan kemenangan dari
Allah), itu adalah tanda dekatnya ajalmu wahai Muhammad,
maka sucikanlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan kepada-Nya karena Dialah Dzat Yang Maha
Penerima Taubat .” Kemudian Umar ra. berkata : “saya tidak
mengetahui kandungan ayat itu melebihi apa yang kamu
katakan .” (HR.Bukhari)
3. Dari Aisyah ra., ia berkata : “Sesudah turun ayat :
“IDZAA
JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH .” dalam salatnya beliau
membaca : “SUBHAANAKA RABBANA WABIHAMDIKA
ALLAAHUMMAGHFIRLII “ (Maha Suci Engkau wahai Tuhan
kami, dengan memuji-Mu ya Allah, ampunilah saya).”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, Aisyah berkata :
“Rasulullah SAW sebelum meninggal dunia memperbanyak
bacaan : “SUBHANAKALLAHUMMA RABBANAA WABIHAMDIKA
ALLAAHUMMAGHFIRLII”, di dalam rukuk dan sujudnya, untuk
memenuhi perintah Al-Quran.
Dikatakan dalam riwayat Muslim, Rasulullah sebelum meninggal
memperbanyak bacaan : “SUBHANAKA WABIHAMDIKA
ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA” (Maha Suci Engkau Ya
Allah, saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu), kemudian
Aisyah bertanya : “Ya Rasulullah, apakah pengertian dari
bacaanmu ?” Beliau menjawab : “Saya diberi tanda tentang
umatku, bila saya melihat tanda itu, maka saya membaca
kalimat : “IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH, sampai akhir
surat.”
Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan bahwa Rasulullah
SAW senantiasa memperbanyak bacaan : SUBHANAAKALLAAHI
WABIHAMDIHI ASTAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIH.” Aisyah
bertanya : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau sekarang
memperbanyak bacaan : SUBHANAAKALLAAHI WABIHAMDIHI
ASTAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIH ?” Beliau menjawab :
“Tuhan telah memberi tahu bahwa bila saya melihat tanda
tentang umatku, maka saya memperbanyak bacaan :
SUBHANAAKALLAAHI WABIHAMDIHI ASTAGHFIRULLAAHA WA
ATUUBU ILAIH., dan aku benar-benar telah melihat tanda itu,
yaitu dengan turunnya surat yang artinya : “Apabila telah
datang
pertolongan Allah dan kemenangan yaitu dengan dibukanya kota
Makkah, dan kamu melihat manusia itu , masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong, maka bertasbilah dengan memuji
Tuhanmu dan memohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima Taubat .”
4. Dari Anas ra., ia berkata : “Sesungguhnya Allah selalu
menyambungkan wahyu kepada Rasulullah SAW, terutama
menjelang kewafatan beliau, sampai saat-saat
kewafatannya,beliau sering sekali menerima wahyu .”
(HR.Bukhari dan Muslim)
5. Dari Jabir ra., ia berkata, Nabi SAW bersabda : “Setiap
hamba itu akan dibangkitkan dari kuburnya sesuai dengan
keadaannya ketika dia mati .” (HR.Muslim)
Banyaknya jalan kebaikan
1. Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah ra., ia bertanya kepada
Rasulullah SAW : “Amal apakah yang paling utama ?” Beliau
menjawab : “Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya.”
Saya bertanya : “Memerdekakan budak yang bagaimana yang
paling utama ?” Beliau menjawab : “Memerdekakan budak
ketika sangat disayang oleh tuannya dan yang paling mahal
harganya .” Saya bertanya : “Seandainya saya tidak mampu
berbuat yang sedemikian, lalu bagaimana ?” Beliau menjawab
: “Kamu membantu orang yang bekerja atau kamu
menyibukkan diri agar hidupmu tidak sia-sia.” Saya bertanya
lagi : “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya tidak mampu
melakukan sebagian pekerjaan itu ?” Beliau menjawab : “
Janganlah kamu berbuat kejahatan kepada sesama manusia,
karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk sedekah
untuk dirimu .” (HR.Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Dzarr ra., ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda : “Setiap pagi, pada ruas tulang kalian
terdapat sedekah, setiap ucapan tasbih (SUBHANALLAH)
adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (ALHAMDULILLAH)
adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (LAA ILAHA ILLALLAH)
adalah sedekah, setiap ucapan takbir ( ALLAHU AKBAR)
adalah sedekah, memerintah kebaikan adalah sedekah,
mencegah perkara mungkar (yang dibenci) adalah sedekah,
dan dua raka’at yang dikerjakan seseorang dalam salat Dhuha
telah mencakup semuanya .” (HR.Muslim)
3. Dari Abu Dzarr ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
“Diperlihatkan kepadaku amal-amal perbuatan umatku, yang
baik maupun yang jelek. Aku mendapatkan dalam kelompok
amal perbuatan yang baik, di antaranya menghilangkan
gangguan dari jalan, dan aku mendapatkan dalam kelompok
amal perbuatan yang jelek, di antaranya, ingus yang
dibiarkan di masjid tanpa ditutupi atau dibuang .”
(HR.Muslim)
4. Dari Abu Dzarr ra., ia berkata: “Orang-orang protes
kepada
Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah
memborong pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana
kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami
berpuasa. Tetapi mereka bersedekah dengan kelebihan harta
mereka.” Nabi bersabda: “Bukankah Tuhan telah menjadikan
sesuatu bagimu untuk sedekah? Sesungguhnya tiap-tiap
tasbih, tahmid, adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan,
melarang berbuat kemungkaran, dan bersetubuh (dengan
istrinya) adalah sedekah.” Mereka bertanya: “Wahai
Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami
mendapatkan pahala sedangkan ia mengikuti syahwatnya?”
Rasulullah bersabda: “Bukankah seseorang yang menyalurkan
syahwatnya pada yang haram ia berdosa? Maka demikian
pula apabila ia menempatkan syahwatnya itu pada yang halal,
ia akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)
5. Dari Abu Dzarr ra., ia berkata: “Nabi SAW bersabda:
‘Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu kebaikan,
walaupun hanya menemui saudaramu (sesama muslim)
dengan wajah yang ramah.’” (HR. Muslim)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda:
‘Setiap ruas tulang manusia sebaiknya disedekahi (oleh
pemiliknya) setiap hari terbitnya matahari (sebagai
pernyataan syukur kepada Allah untuk keselamatan
tulangtulangnya).
Dan macam sedekah itu banyak sekali, di
antaranya berlaku adil di antara dua orang (yang sedang
bertengkar), membantu teman ketika hendak menaiki
tunggangannya atau memuatkan barang temannya ke
punggungnya, ucapan yang baik, setiap langkah untuk
melakukan shalat, dan menyingkirkan sesuatu yang
membahayakan orang di jalan, adalah sedekah.’” (HR.
Bukhari dan Muslim)
7. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya setiap anak cucu Adam diciptakan sebanyak
360 ruas tulang. Maka siapa saja mengagungkan Allah
(membaca takbir), memuji Allah membaca hamdalah
(alhamdulillah), membaca tahlil (laa ilaaha illallaah),
membaca tasbih (subhanallah), membaca istighfar
(astaghfirullah), menyingkirkan batu dari jalanan,
menyingkirkan duri atau tulang dari jalan umum,
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran,
hingga genap tiga ratus enam puluh kali, berarti pada sore
hari ia telah menjauhkan dirinya dari neraka.’” (HR Muslim)
8. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Siapa
saja yang pergi ke masjid di pagi hari maupun sore hari,
Allah
menyediakan hidangan surga baginya sepanjang pagi maupun
sore.” (HR Bukhari dan Muslim)
9. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda:
‘Wahai kaum muslimah, janganlah sekali-kali seorang
tetangga itu merasa terhina untuk memberi sedekah kepada
tetangganya, walaupun hanya berupa kikil kambing.’” (HR.
Bukhari dan Muslim)
10. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Iman itu mempunyai tujuh puluh atau enam puluh lebih
cabang, yang paling utama adalah ucapan: ‘LAA ILAAHA
ILLALLAAH’ (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling
rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
Sedangkan malu adalah cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda: “Kali tertentu ada seorang laki-laki yang
berjalan. Di tengah perjalannya ia kehausan, ia menemukan
sebuah sumur maka iapun turun ke dalamnya dan
meminumnya. Kemudian ia keluar, tiba-tiba ada seekor anjing
yang menjilat-jilat tanah karena kehausan, lantas orang itu
berkata: ‘Anjing ini benar-benar kehausan sebagaimana
diriku.’ Kemudian ia turun lagi dan mengisi sepatunya dengan
air sampai penuh, kemudian ia menggigit sepatunya dan naik
ke atas lalu ia memberinya minum. Allah memuji perbuatan
orang itu karena menolong anjing dan Allah mengampuni
dosanya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
menolong binatang juga memperolah pahala?” Beliau
menjawab: “Menolong setiap makhluk yang mempunyai limpa
itu mendapatkan pahala.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis riwayat Bukhari disebutkan : "Allah memuji
perbuatan
orang itu dan memberi ampunan kepadanya serta memasukkannya
ke dalam surga." Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim
yang lain
disebutkan : "Kali tertentu ada seekor anjing yang
berputar-putar di
sekeliling sumur, ia hampir mati karena kehausan, ada
seorang
penjahat dari Bani Israil yang melihat anjing itu. Melihat
yang
demikian, ia melepaskan sepatunya dan mengambil air untuk
diminurnkan pada anjing itu. Karena perbuatannya itu,
diampunilah
dosa-dosa penjahat itu."
12. Dari Abu Hurairah ra., Nabi SAW bersabda: "Kulihat
ada
seseorang yang bersenang-senang di dalam surga disebabkan
ia memotong dahan yang berada di tengan jalan karena
mengganggu kaum muslimin yang lewat. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain : "Ada seseorang yang berjalan dan
ia terganggu
sebuah dahan yang menghalanginya, kemudian ia berkata: ‘Demi
Allah saya akan menyingkirkan dahan ini dari jalan, agar
tidak
mengganggu kaum muslimin yang lewat.’ Karena perbuatannya
itu,
ia dimasukkan surga."
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: "Ada
seseorang
yang berjalan dan menemukan dahan yang berduri di jalan,
kemudian ia menyingkirkannya, maka Allah memuji orang itu
dan
mengampuni dosa-dosanya."
13. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
bersabda: ‘Siapa saja yang berwudhu dengan sempurna,
kemudian menunaikan salat Jumat dan mendengarkan serta
memperhatikan khutbah, maka diampunilah dosa-dosa yang
dikerjakannya antara hari itu sampai hari Jumat berikutnya,
ditambah tiga hari berikutnya. Dan siapa saja yang
mempermainkan batu sewaktu ada khutbah maka sia-sialah
Jumatnya.’” (HR. Muslim)
14. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah.SAW
bersabda: ‘Jika orang muslim atau mukmin itu berwudhu,
maka ketika ia membasuh mukanya, keluarlah setiap dosa
yang dilakukan oleh kedua matanya, karena melihat sesuatu
yang diharamkan. Hilangnya bersama-sama dengan air itu
atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir. Jika ia
membasuh kakinya, maka keluarlah dosa yang diperbuat oleh
kedua kakinya, karena dipergunakan berjalan pada jalan yang
tidak benar, bersama-sama dengan air atau bersama-sama
dengan tetesan air terakhir, sehingga ia bersih dari dosa.’”
(HR. Muslim)
15. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW, bersabda :
"Salat
lima waktu, antara salat Jumat yang satu ke salat Jumat
berikutnya, dan puasa pada bulan Ramadhan ke puasa
Ramadhan berikutnya, menjadi penebus atas dosa-dosa yang
dilakukan, selama dosa-dosa besar dijauhinya." (HR.
Muslim)
16. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW
bertanya:
"Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang dapat menghapus
dosa-dosa dan dapat mengangkat derajat (di surga)?” Para
sahabat menjawab: "Tentu saja, Ya Rasulullah."
"Yaitu
menyempurnakan wudhu pada waktu-waktu yang tidak
disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu
salat setelah selesai salat. Itulah yang harus kalian
utamakan." (HR. Muslim)
17. Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra., ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: "Siapa saja yang selalu menjaga salat Subuh
dan
salat Ashar niscaya ia masuk surga." (HR. Rukhari dan
Muslim)
18. Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra., ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: "Apabila seseorang menderita sakit atau
sedang
bepergian, maka dicatatlah pahala baginya amal perbuatan
yang biasa dikerjakannya pada waktu tidak bepergian dan
pada waktu sehat." (HR. Bukhari)
19. Dari Jabir ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap
perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari)
20. Dari Jabir ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Seorang muslim yang menanam tanaman, kemudian ia
makan dari hasil tanaman itu termasuk sedekah baginya, juga
bila hasil tanaman itu dicuri atau diambil orang, maka ia
termasuk sedekah baginya." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Seorang muslim yang
menanam
tanaman atau menabur benih kemudian hasil tanamannya itu
dimakan oleh manusia, binatang, maupun sesuatu yang lain,
maka
semua itu merupakan sedekah baginya sampai hari
kiamat."
21. Dari Jabir ra., ia berkata: “Orang-orang Bani Salimah
ingin
berpindah rumah dekat dengan masjid, kemudian kabar itu
terdengar Rasulullah SAW maka beliau bersabda kepada
mereka: "Aku mendengar bahwa kalian ingin pindah tempat
yang dekat dengan masjid." Mereka menjawab: "Benar
wahai
Rasulullah, kami ingin pindah dekat dengan masjid."
Beliau
bersabda: "Wahai Bani Salimah tetaplah kamu di rumahmu
yang sekarang, karena bekas langkahmu akan dicatat."
(HR.
Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : "Setiap langkah itu
mengangkat satu
derajat."
22. Dari Abul Mundzir Ubay bin Ka'ab ra., ia berkata:
"Ada
seseorang yang sepanjang pengetahuan saya, tidak ada
seorang pun yang lebih jauh tempatnya dari masjid dan ia
tidak pernah tertinggal salat di masjid. Ada seseorang yang
menyarankan: "Seandainya kamu membeli keledai yang
dapat kamu naiki pada waktu gelap dan pada waktu panas,
niscaya kamu tidak begitu lelah." la menjawab:
"Saya tidak
suka bila rumah saya dekat dengan masjid. Sesungguhnya
saya menginginkan agar perjalanan saya, baik sewaktu pergi
ke masjid maupun pulang ke rumah, itu selalu dicatat."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah
mengumpulkan semua catatan itu bagi kamu." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: "Bagimu akan mendapatkan
apa
yang kamu inginkan."
23. Dari Abu Muhammad Abdullah bin 'Amr bin 'Ash ra., ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Ada empat puluh
perbuatan, dan yang paling utama adalah mendermakan
seekor kambing untuk diperas susunya. Dan siapa saja yang
mengerjakan salah satu di antara empat puluh itu hanya
mengharapkan pahala dan melaksanakan apa yang pernah
dijanjikannya, niscaya Allah akan memasukkan surga karena
amalnya.” (HR. Bukhari)
24. Dari 'Adiy bin Hatim ra., ia berkata: "Saya
mendengar
Rasulullah SAW bersabda: "Takutlah kamu sekalian
terhadap
api neraka walaupun hanya bersedekah dengan separuh biji
kurma." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: "Salah seorang di antara kalian nanti akan
berbicara
langsung dengan Tuhannya, padahal antara dia dengan Tuhannya
tidak ada penerjemah, kemudian ia melihat ke kanan tiada
terlihat
kecuali amal yang pernah dilakukannya, kemudian ia melihat
ke kiri
tiada terlihat kecuali api tepat di depan mukanya, maka
takutlah
kalian terhadap api itu walaupun hanya bersedekah dengaan
separuh biji kurma. Siapa saja yang tidak mampu, maka cukup
dengan kata-kata yang baik."
25. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah ridha terhadap seseorang, yang
apabila
makan makanan, ia memuji kepada-Nya." (HR. Bukhari)
26. Dari Abu Musa ra. dari Nabi SAW beliau bersabda:
"Setiap
orang Islam itu wajib bersedekah." Salah seorang
sahabat
bertanya: "Bagaimana jika ia tidak mempunyai apa-apa
?"
Beliau menjawab: "Hendaklah ia berbuat dengan kedua
tangannya, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan bagi
dirinya dan dapat pula untuk di sedekahkan!" Ia
bertanya:
"Bagaimana seandainya ia tidak mampu untuk berbuat
seperti
itu?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia membantu
orang yang
sangat membutuhkan bantuannya!" Ia bertanya Iagi:
"Bagaimana seandainya ia tidak mampu memberi bantuan?”
Beliau menjawab: "Hendaknya ia menyuruh orang untuk
berbuat baik!" Ia bertanya lagi: "Bagaimana
seandainya ia
juga tidak mampu untuk berbuat seperti itu?" Beliau
menjawab: "Hendaklah ia mencegah dirinya dari perbuatan
keji, karena mencegah dirinya dari perbuatan keji termasuk
sedekah!" (HR. Muslim)
Hemat dalam beribadah
1. Dari Aisyah ra., ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW masuk
ke rumah 'Aisyah waktu itu ada seorang perempuan, dan
beliau bertarnya : "Siapakah dia?" 'Aisyah
menjawab : "Ini
adalah si Fulanah yang terkenal salatnya." Nabi
bersabda :
"Wahai fulanah, beramallah sesuai kemampuanmu. Demi
Allah, Dia tidak akan jemu untuk menerima amalmu, sehingga
kamu sendirilah yang merasa jemu. Sesungguhnya amalan
yang paling disukai Allah, yaitu yang dikerjakan secara
terusmenerus."
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Anas ra., ia berkata : "Tiga orang datang ke
rumah isteri
Nabi SAW, mempertanyakan tentang ibadah Nabi SAW
Setelah diberitahu, mereka menganggap seakan-akan amal
ibadah Nabi itu hanya sedikit dan mereka berkata :
"Dimanakah tempat kami dibanding Nabi SAW, padahal
beliau
telah diampuni semua dosanya baik yang telah lalu maupun
yang akan datang?" Salah seorang di antara mereka
berkata :
"Saya selamanya salat sepanjang malam." Yang lain
berkata :
"Saya selamanya berpuasa." Yang lain lagi berkata
: "Saya
akan menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin
selama-lamanya.” Kemudian Rasulullah SAW datang dan
bersabda kepada mereka: "Kalian tadi yang berbicara
begini
dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang
paling takut dan paling takwa kepada Allah di antara kalian,
tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku salat dan aku tidur
malam, aku juga mengawini perempuan. (Itulah sunahsunahku)
siapa saja yang benci terhadap sunnahku; maka ia
bukan termasuk golonganku." (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Ibnu Mas'ud ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
"Binasalah orang-orang yang keterlaluan dan
berlebihlebihan."
Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR.
Muslim)
4. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan siapa saja yang
mempersulitnya agama, maka ia akan kalah. Oleh karena itu
sedang-sedanglah, dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan
bersuka hatilah kalian serta pergunakanlah waktu pagi, sore
serta sedikit dari waktu malam (untuk mendekatkan
diri)!"
(HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersabda :
“Sedangsedanglah,
dekatkanlah dirimu dan pergunakan waktu pagi dan
serta sedikit dari waktu malam. Bersahajalah, niscaya kalian
akan
sampai tujuan."
5. Dari Anas ra., ia berkata : Nabi SAW masuk ke dalam
masjid
dan menemukan tali yang terpasang memanjang antara dua
tiang, beliau lantas bertanya : "Tali apakah ini?"
Para sahabat
menjawab: "Zainab yang memasangnya, dan dipergunakan
tali ini digunakan sebagai pegangan bila terasa sampai dalam
salatnya. “Nabi SAW bersabda : "Lepaskanlah tali itu,
jika di
antara kalian salat dalam keadaan segar, jika merasa capai,
tidurlah." (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Aisyah ra., ia berkata : "Sesungguhnya Rasulullah
SAW
bersabda : "Jika salah seorang di antara kalian
mengantuk
dalam salatnya hendaklah ia tidur, sehinggga hilang rasa
kantuknya. Karena apabila seseorang di antara kalian salat
sedangkan ia mengantuk, maka ia tidak akan tahu, mungkin
ia bermaksud meminta ampun tetapi ia malahan mencela
dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dari Abu Abdullah Jabir bin Samurah As-SAWani ra., Ia
berkata : "Sering kali saya salat bersama Nabi SAW,
tetapi di
dalam salat dan khutbah beliau tidak terlalu lama dan tidak
terlalu pendek." (HR.Muslim)
8. Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra., ia berkata :
“Nabi
SAW mempersaudarakan Salman dan Abu Darda'. Tatkala
Salman berkunjung ke rumah Abu Darda', ia mendapatkan
Ummu Darda' (isteri Abu Darda') sedang mengenakan
pakaian kerja, lantas Salman bertanya : "Mengapa kamu
tidak
berhias?" Ummu Darda' menjawab : "Abu Darda' sudah
tidak
lagi memperhatikan kepentingan duniawi." Kemudian Abu
Darda' datang dan dihidangkanlah makanan, berkata kepada
Salman : "Silakan makan, saya sedang berpuasa."
Salman
menjawab : "Saya tidak akan makan sebelum engkau
makan." Maka Abu Darda' pun makan. Di malam harinya Abu
Darda' bangun untuk mengerjakan salat malam, maka
Salman berkata kepadanya : "Tidurlah,” maka Abu Darda'
pun
tidur kembali. Ketika Abu Darda' bangun guna mengerjakan
salat malam, namun Salman berkata kepadanya :
"Tidurlah!"
Kemudian di akhir malam, Salman berkata : "Bangunlah!
Kita
salat bersama-sama." Dan Salman berkata pula kepadanya
:
"Sesungguhnya bagi Tuhanmu ada hak, bagi dirimu ada
hak,
dan bagi keluargamu ada juga hak, maka penuhilah
semuanya." Kemudian Nabi SAW datang dan Salman
menceritakan apa yang baru saja terjadi, maka beliau
memutuskan: "Salman benar." (HR. Bukhari)
9. Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra., ia
berkata: Nabi SAW diberitahu tentang ucapanku, yaitu:
"Demi
Allah, sungguh saya akan selalu berpuasa pada siang hari dan
bangun sepanjang malam untuk mengerjakan salat selama
saya hidup.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya: "Kamukah
yang mengucapkan ucapan seperti itu?" Kemudian saya
menjawab: “Benar saya mengucapkannya." Beliau bersabda:
“Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup untuk berbuat
demikian, maka berpuasalah dan berbukalah, tidur dan
bangunlah untuk salat, serta berpuasalah tiga hari setiap
bulan karena pahalanya dilipatkan sepuluh kali. Jadi, jika
setiap bulan kamu berpuasa tiga hari, maka itu seperti
berpuasa sepanjang masa." la berkata,
"Sesungguhnya saya
mampu untuk berpuasa melebihi tiga hari setiap bulan."
Beliau menjawab : "(Kalau begitu) berpuasalah satu hari
dan
berbukalah dua hari." Itulah cara puasa Nabi Dawud as.
dan
itu adalah puasa yang paling utama."
Dalam riwayat lain, dikatakan : "Itu adalah puasa yang
paling
utama." Saya berkata lagi : "Sesungguhnya saya
mampu untuk
puasa lebih dari itu." Beliau bersabda : "Sungguh
tidak ada puasa
melebihi keutamaan puasa Nabi Dawud." Kemudian Abu
Muhammad berkata : "Seandainya saya dulu menerima
anjuran
Rasulullah SAW berupa puasa tiga hari setiap bulannya maka
itu
lebih saya sukai daripada keluarga dan harta benda."
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersabda :
"Saya
mendengar bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan bangun
sepanjang malam untuk salat malam?" Saya menjawab :
"Benar,
wahai Rasulullah." Beliau bersabda : "Janganlah berbuat
demikian.
Berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk
mengerjakan
salat! karena sesungguhnya tubuhmu, kedua matamu, isterimu
dan
tamumu mempunyai hak. Cukuplah kamu berpuasa tiga hari
setiap
bulannya, karena setiap satu kebaikan itu diberi balasan
sepuluh
kali lipat. Dan jika kamu berpuasa tiga hari setiap bulannya
berarti
kamu seperti berpuasa sepanjang masa." Maka saya
memperberatnya sehingga aku diperberat. Saya bertanya:
'”Wahai
Rasulullah, saya merasa masih kuat, Nabi menjawab, “Berpuasalah
seperti puasanya Nabi Dawud. Jangan lebih dari itu!"
Saya bertanya
: "Bagaimana puasanya Nabi Dawud?” Beliau menjawab :
"Setengah masa." Ketika Abdullah sudah tua ia
berkata : "Aduh
menyesal sekali, sekiranya dahulu saya menerima keringanan
yang
diberikan oleh Rasulullah SAW niscaya akan lebih baik
bagiku.”
Dalam riwayat lain dikatakan : "Saya mendengar bahwa
kamu
berpuasa sepanjang masa dan membaca Al-Quran sepanjang
malam, benarkah demikian?" Saya menjawab : "Benar
wahai
Rasulullah, dan saya berbuat demikian tiada lain yang
kuharapkan
adalah kebaikan." Beliau bersabda : "Berpuasalah
sebagaimana
puasa Nabi Dawud, karena dialah yang paling banyak ibadahnya
di
antara manusia. Dan hatamkanlah Al-Quran itu setiap bulan
sekali."
Saya menyatakan : "Wahai Nabi Allah, saya kuat melebihi
dari itu."
Beliau bersabda : "Hatamkantah Al-Qur'an itu setiap dua
puluh hari
sekali." Ia berkata : “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya
saya mampu
untuk berbuat lebih dari itu." Beliau bersabda :
"Hatamkanlah Al-
Qur'an itu setiap sepuluh hari sekali." la tetap
berkata : "Wahai Nabi
Allah, sesungguhnya saya mampu untuk berbuat lebih dari
itu."
Beliau bersabda : "Hatamkanlah Al-Qur'an setiap
seminggu sekali
dan janganlah kamu berbuat Iebih dari itu." Saya merasa
sangat
kuat dan minta diberi tambahan, kemudian Nabi SAW bersabda :
"Sesungguhnya kamu tidak tahu, mungkin kamu
dipanjangkan
umurmu." Abdullah berkata : "Maka benarlah apa
yang disabdakan
oleh Nabi SAW kepadaku. Ketika sudah tua, saya menyesal,
kenapa
dulu tidak mau menerima keringanan yang diberikan oleh Nabi
Allah
SAW"
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya
anakmu mempunyai hak yang harus kau tunaikan."
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersabda :
"Tidak
dikatakan puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang
masa." Beliau
mengulanginya tiga kali.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda : "Puasa
yang paling
disukai Allah adalah puasanya Nabi Bawud, salat yang paling
disukai
oleh Allah Ta'ala cara salat Nabi Dawud di mana beliau tidur
sampai
tengah malam dan bangun pada sepertiganya kemudian tidur
Iagi
pada seperenam malam terakhir. Beliau berpuasa sehari serta
berbuka sehari, dan tidak pernah lari ketika bertemu dengan
musuh.
Dalam riwayat lain dikatakan : "Abdullah berkata :
"Ayahku telah
mengawinkan aku dengan wanita bangSAWan, dan ayahku selalu
mendatangi isteriku dan menanyakan keadaanku, kemudian
isteriku
menjawab : "Suamiku adalah sebaik-baik orang laki-laki,
hanya
saja tidak pernah tidur bersama dan juga tidak begitu
memperhatikan keadaan isterinya sejak saya di sini."
Setelah hal itu
berjalan lama, kemudian ayah memberitahukan kepada Nabi SAW,
maka beliau bersabda : "Hadapkan dia padaku!" Saya
lalu
menghadap, dan beliau bertanya : "Bagaimanakah cara
kamu
berpuasa?" Saya menjawab : "Setiap hari."
Beliau bertanya :
“Bagaimana kamu menghatamkan Al-Quran?" Saya menjawab:
“Setiap malam." Kemudian Abdullah melanjutkan hadisnya
sebagaimana di atas. (Semua riwayat hadis ini terdapat dalam
Sahih Bukhari dan Muslim)
10. Dari Abu Rib'i Handzalah bin Robi’ Al-Usayyidiy, salah
seorang sekretaris Rasulullah SAW, ia berkata : Saya bertemu
dengan Abu Bakar ra., kemudian ia bertanya :
"Bagaimanakah keadaanmu, hai Handzalah?" Saya
menjawab
: "Handzalah kini telah munafik." Abu Bakar
mengaku :
"SUBHAANALLAH, Apa yang kamu katakan?" Saya
menjelaskan : "Kalau kami di hadapan Rasulullah SAW
kemudian beliau menceritakan tentang surga dan neraka,
maka seakan-akan kami melihat dengan mata kepala, tetapi
bila kami pergi dari beliau dan bergaul dengan isteri dan
anak-anak serta mengurusi berbagai urusan maka kami
sering lupa." Abu Bakar berkata : "Demi Allah,
kami juga
begitu." Kemudian saya dan Abu Bakar pergi menghadap
Rasulullah SAW lalu saya berkata : "Wahai Rasululah,
Handzalah telah munafik." Rasulullah SAW bertanya :
“Mengapakah demikian?" Saya berkata : "Wahai
Rasulullah,
apabila kami berada di hadapanmu kemudian engkau
menceritakan tentang neraka dan surga, maka seolah-olah
kami melihat dengan mata kepala, namun bila kami keluar
dan bergaul bersama isteri dan anakanak serta mengurusi
berbagai macam persoalan, maka kami sering lupa."
Rasulullah SAW bersabda : "Demi Zat yang jiwaku berada
dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tetap sebagaimana
keadaanmu di hadapanku dan mengingat-ingatnya niscaya
para maiaikat akan menjabat tanganmu di tempat tidurmu
dan di jalan. Tetapi, hai Handzalah sesaat dan sesaat."
Beliau
mengulanginya sampai tiga kali." (HR. Muslim)
11. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Tatkala Nabi SAW
berkhutbah tiba-tiba ada seorang lelaki berdiri, kemudian
beliau menanyakannya. Para sahabat menjawab : "Dia
adalah
Abu Israil, ia bernazar akan berdiri pada waktu panas, tidak
akan duduk, dan tidak akan berteduh juga tidak akan
berbicara sedangkan dia sedang berpuasa." Kemudian Nabi
SAW bersabda: "Perintahkanlah dia supaya berbicara,
berteduh, duduk, dan perintahkanlah dia supaya
menyempumakan puasanya!" (HR. Muslim)
Menjaga amal-amal
1."Perbuatan baik yang paling disukai Allah perbuatan
yang
terus-menerus dikerjakan." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda: "Siapa saja yang tertidur tidak membaca
hizibnya
(bacaan wirid yang biasa dibacanya) atau bacaan lainnya
pada waktu malam kemudian ia membacanya pada waktu
antara salat Subuh dengan Dzuhur (waktu pagi), maka ditulis
baginya seolah-olah ia membaca pada waktu malam." (HR.
Muslim)
3. Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash ra., ia berkata :
Rasulullah
SAW bersabda : "Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti
si
fulan, tadinya ia suka bangun untuk salat malam, kemudian ia
meninggalkan salat malamnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Dari 'Aisyah ra., ia berkata : "Rasulullah SAW
apabila tidak
mengerjakan salat malam, baik disebabkan sakit atau yang
lain, maka beliau mengerjakannya pada waktu siang dengan
dua belas rakaat." (HR. Muslim)
Menjaga sunnah – sunnah Nabi SAW
1. Dari Abu hurairah ra. Dari Nabi SAW beliau bersabda :
“Biarkanlah jangan kalian pertanyakan suatu hukum
meninggalkannya (selagi aku tidak menerangkan hukumnya)
pada kalian. Sebab, orang-orang sebelum kalian celaka,
karena banyaknya bertanya dan perselisihan mereka dengan
para Nabi. Jadi, apabila aku mencegah sesuatu kepada kamu,
maka jauhilah, dan apabila aku mememrintahkan kamu
sesuatu maka kerjakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah ra., ia berkata :
Rasulullah SAW memberi nasihat kepada kami. Nasihat itu
menggetarkan hati dan mencucurkan air mata kami. Maka
kami bertanya: “Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan
merupakan nasihat merupakan nasihat yang terakhir, maka
berilah kami wasiat.” Beliau bersabda :”Aku wasiatkan
kepadamu agar tetap selalu bertakwa kepada Allah Yang
Maha Tinggi dan Maha Mulia, serta tetap mendengar perintah
dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang
budak. Sesungguhnya orang yang masih hidup diantaramu,
akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atasmu
memegang teguh akan sunnahku dan sunnah Khulafaur
Rasyidin yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan berpegang
teguhlah pada sunnah itu dan jauhilah urusan-urusan yang
dibuat-buat (bid’ah) sesungguhnya setiap bid’ah itu
sesat.”(HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda
: “Semua umatku masuk surga, kecuali orang-orang yang
berpaling.” Ada yang bertanya : “Wahai Rasulullah, siapa saja
mereka?” Rasulullah SAW bersabda :”Siapa saja yang taat
kepadaku pasti masuk surga. Dan siapa saja mendurhakaiku
dialah termasuk orang-orang yang berpaling.” (HR Bukhari)
4. Dari Abu Muslim, ada yang mengatakan Abu Iyas Salamah bin
‘Amr Al-Akwa’ra., ia berkata : Ada seorang laki-laki makan
di
hadapan Rasulullah SAW dengan tangan kirinya, kemudian
beliau bersabda : ”Makanlah dengan tangan kananmu!” Ia
menjawab : “Saya tidak dapat makan dengan tangan kanan.”
Beliau bersabda lagi : “Tidak, sebenarnya kamu bisa, yang
menyebabkanmu tidak mau menggunakan tangan kanan
karena kesombonganmu.” Akhirnya, ia tidak dapat
mengangkat tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim)
5. Dari Abu Abdullah Nu’man bin Basyir ra’, ia berkata
:”Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda :”Luruskanlah dan
samakanlah barisan shalatmu, atau kalau tidak, niscaya Allah
akan benar-benar merubah bentuk wajahmu.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan :”RasulullahSAW Senantiasa
meluruskan shaf-shaf kami, seakan-akan beliau meluruskan
kayukayu
panah. Kemudian ketika beliau menganggap bahwa kami
sudah mengerti, pada suatu hari beliau keluar langsung siap
untuk
salat, tetapi beliau melihat ada seseorang yang dadanya
menonjol
ke depan, kemudian beliau bersabda : ”Wahai hamba Allah,
kamu
semua harus benar-benar meluruskan barisanmu, atau kalau
tidak,
niscaya Allah akan benar-benar merubah bentuk wajahmu.”
6. Dari Abu Musa ra’, ia berkata :”Pada suatu malam di
Madinah
ada satu rumah terbakar disebabkan penghuninya lalai.
Ketika peristiwa tersebut diceritakan kepada Rasulullah SAW,
beliau bersabda : ”Sesungguhnya api ini bisa menjadi musuh
bagi kalian, maka dari itu, jika kalian tidur, padamkanlah
api
itu (lampunya).” (HR Bukhari dan Muslim)
7. Dari Abu Musa ra., ia berkata :Rasulullah SAW bersabda :
”Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang
ditugaskan oleh Allah untukku menyiarkannya adalah
bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian bumi ada yang
baik, sehingga dapat menerima air dan menyimpannya
kemudian menumbuhkan rerumputan dan tetumbuhan yang
lain. Sebagian ada yang kering tapi dapat menyimpan air lalu
Allah memberikan manfaat kepada manusia dengan bumi
yang kering yang mengandung air itu, sehingga manusia
minum, menyiram dan bertanam darinya. Sebagian lagi
adalah tanah berbatu yang tidak bisa menyimpan air dan
tidak dapat pula menumbuhkan rerumputan. Demikianlah
perumpaman orang yang pandai dengan agama Allah dan
ilmu atau petunjuk-petunjuk dari Allah yang bisa memberi
manfaat pada dirinya, dia belajar hingga pandai lalu
mengajarkan ilmunya (kepada orang lain). Demikian pula
perumpamaan orang yang tidak peduli yang tidak dapat
menerima petunjuk ajaran Allah yang diutuskan untukku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
8. Dari Jabir ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Perumpamaan diriku di antara kalian adalah bagaikan
seorang laki-laki yang menyalakan api, lalu mulailah
laronlaron
dan serangga-serangga mengerumuni api. Sementara
itu, laki-laki tersebut mencegat laron dan serangga-serangga
itu, jangan sampai tercebur ke dalam api. Saya akan selalu
menarik kalian dari belakang,jangan sampai kalian tercebur
kedalam api, tetapi (diantara) kalian memberontak lepas dari
tanganku.” (HR Muslim)
9. Dari Jabir ra., ia berkata :”Sesungguhnya Rasulullah SAW
menyuruh untuk membersihkan tangan dan piring ketika
makan. Beliau bersabda : “Sesungguhnya kalian tidak tahu
dimana letak keberkahan makanan itu.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersabda :
“Jika
makanan salah seorang di antara kamu jatuh, hendaklah ia
mengambilnya dan membersihkan kotoran yang melekat kemudian
makanlah, dan jangan biarkan makanan itu untuk setan. Dan
janganlah kamu membersihkan tangan dengan sapu tangan
sebelum membersihkan jari-jari tangan dengan mulut, karena
sesungguhnya ia tidak tahu di mana letak keberkahan makanan
itu.”
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersabda :
“Setan itu
selalu hadir menyertai salah seorang di antara kalian dalam
segala
hal, juga ketika ia makan. Oleh sebab itu, jika makanan
salah
seorang di antara kalian itu terjatuh, maka hendaklah ia
membersihkan kotoran yang melekat kemudian makanlah dan
janganlah ia meninggalkan makanan itu untuk setan.”
10. Dari Ibnu Abbas ra’, ia berkata : ”Rasulullah SAW
berdiri
di tengah-tengah kami untuk memberi nasihat : “Hai sekalian
manusia, sesungguhnya kalian akan dikumpulkan di hadapan
Allah Ta’ala dalam keadaan telanjang bulat dan tidak beralas
kaki sebagaimana pertama kali kita diciptakan. Itu adalah
janji Allah untuk kita dan sesungguhnya janji itu pasti akan
dilaksanakan. Ingatlah! Sesungguhnya pertama kali makhluk
yang diberi pakaian kelak di hari kiamat adalah Nabi Ibrahim
as. Ingatlah! Sesungguhnya nanti akan ada dari umatku yang
didatangkan dari sebelah kiri dan mereka akan disiksa,
kemudian aku berkata : “Wahai Tuhanku, mereka itu adalah
umatku.” Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu tidak
mengetahui apa yang diperbuat mereka sepeninggalanmu.”
Maka saya berkata sebagaimana perkataan Nabi yang lain :
“Sesungguhnya saya menjadi saksi mereka selama saya
berada di sisi mereka dan sesudah saya mati, Engkau pulalah
yang mengetahui segala sesuatuanya. Apabila engkau
menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka maka
sesungguhnya engkau adalah Zat Yang Maha Mulia lagi Maha
Bijaksana.” Kemudian aku diberitahu :”Sesungguhnya mereka
itu murtad dari agama Islam semenjak engkau tinggalkan
mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
11. Dari Abu Said Abdullah bin Mughaffal ra’, ia berkata :
“Rasulullah SAW melarang bermain ketepil dan bersabda :
“Ketepil itu tidak dapat membunuh binatang buruan, dan
tidak dapat untuk melukai musuh, hanya saja ia akan
mencukil mata dan mematahkan gigi.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain. Rasulullah SAW bersabda : “Kerabat Ibnu
Mughaffal ada yang bermain ketepil kemudian ia dilarangnya
dan
dikatakan, bahwa Rasulullah SAW melarang untuk bermain
ketepil,
dan ia mengatakan pula bahwa ketepil itu tidak dapat
digunakan
untuk berburu. Setelah itu mereka masih tetap terus bermain
ketepil. Akhirnya ia berkata : “Kata telah saya beri tahu,
bahwa
Rasulullah SAW melarang bermain ketepil, oleh sebab itu saya
tidak
akan berbicara lagi denganmu selamanya.”
12. Dari ‘Abbas bin Rabi’ah, ia berkata : “Saya pernah
melihat Umar bin Khattab ra. Mencium Hajar Aswad, seraya
berkata: “Aku tahu engkau adalah batu, engkau tidak bisa
memberi manfaat dan tidak pula membahayakan. Seandainya
aku tidak pernah dan tidak pula membahayakan. Seandainya
aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menciummu, tentu
akupun tidak menciummu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Wajib melaksanakan hukum-hukum
Allah
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Ketika Rasulullah
SAW
menerima ayat : “LILLAHI MAA FIS SAMAAWAATI WAMAA FIL
ARDHI WA INTUBDUU MAA FII ANFUSIKUM AU TUKHFUUHU
YUHAASIBKUM BIHILLAH” (Kepunyaan Allahlah apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
mengungkapkan apa yang ada di dalam hatimu atau
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu). Para
sahabat Rasulullah SAW merasa berat dengan kandungan
ayat tersebut. Kemudian mereka menemui Rasulullah sambil
berjongkok dan berkata : “Wahai Rasulullah, kami dapat
melakukan amal-amal yang dibebankan kepada kami sekuat
tenaga, yaitu salat, jihad, berpuasa dan sedekah, tetapi
mengenai kandungan ayat ini, kami merasa tidak mampu
untuk melaksanakannya. “Beliau bersabda: “Apakah kamu
akan berkata seperti yang dikatakan oleh para ahli kitab
sebelummu. Mereka mengatakan ‘Kami mendengar dan kami
melanggarnya’. Janganlah seperti mereka, tetapi katakanlah
:”SAMI’NAA WA ATHA’NAA GHUFRANAAKA RABBANAA WA
ILAKIAL MASHIIR” (Kami mendengar dan kami mentaatinya.
Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kami kembali). Ketika ayat tersebut dibaca dan lidah
mereka terasa ringan untuk membacanya, kemudian Allah
Ta’ala menurunkan ayat selanjutnya :”AAMANAR RASUULU
BIMAA UNZILA ILAIHI MIN RABBIHI WAL MU’MINUUNA
KULLUN AAMANA BILLAAHI WA MALLA-IKATIHI WA KUTUBIHI
WARUSULUHI LAA NUFARRIQU BAINA AHADIM MIRRUSULIHI
WA QAALUU SAMI’NA WA ATHA’NA GHUFRANNAKA
RABBANAA WA ILAIKAL MASHIIR” (Rasul telah beriman
kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikianlah pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya.” (Mereka mengatakan) : ”Kami tidak
membeda-bedakan antara seorang (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: “Kami
mendengarkan dan kami mentaati.” (Mereka Berdoa) :
“Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali). “Ketika mereka telah melakukan kandungan
ayat tersebut, kemudian Allah Ta’ala memasuhkan kandungan
ayat selanjutnya yaitu : ”LAA YUKALLIFULLAAHU NAFSAN
ILLAA WUSAHAA LAHAA MAA KASABAT WA’ALAIHA
MAKTASABAT. RABBANAA LAA TUAAKHIDZNAA IN NASIINA
AU AKHTA’NAA” (Allah tidak memebebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa)
:”Ya Tuhan kami janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami bersalah).
Di jawab: “Ya”,”RABBANAA WALAA TAHMIL ‘ALAINAA ISHRAN
KAMAA HAMALTAHU ‘ALAL LADZIINA MIN QABLINAA” (“Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orangorang
sebelum kami). Dijawab : “Ya”,”RABBANAA WA LAA
TUHAMMILNAA MAA LAA THAAQATA LANAA BIH” (Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami
tidak sanggup memikulnya). Dijawab : “Ya”, “WA’FU ‘ANNAA
WAGHFIR LANAA WARHAMNAA ANTA MAULAANA
FANSHURNAA ‘ALAL QAUMIL KAAFIRIIN” (Beri maaflah kami,
ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong
kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir).
Dijawab :”Ya.” (HR. Muslim)
Bid’ah
1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa
saja yang menngada-ada tentang sesuatu dalam urusan
(agama) kami, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu
ditolak.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda : “Siapa
saja
yang mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak cocok dengan
syariat
kami, maka ditolak.”
2. Dari Jabir., ia berkata : “Apabila Rasulullah SAW
berkhutbah,
kedua matanya memerah, suaranya dan kelihatan sangat
marah seakan-akan beliau seorang panglima yang kejam,
seraya bersabda : “(Hati-hatilah) Dari pagi sampai sore
musuh mengancam kalian!” Selanjutnya beliau bersabda :
“Aku diutus sedangkan hari kiamat itu bagaikan dua jari ini,
sambil mensejajarkan jari telunjuk dan jari tengah. Beliau
bersabda : “Ketahuilah bahwa sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad SAW dan sejelek-jelek perkara agama
sepeninggalku adalah melakukan sesuatu yang baru dalam
agama, yang demikian itu disebut bid’ah dan setiap bid’ah
itu
pasti sesat.” Selanjutnya bersabda : “Aku lebih utama (dalam
segala hal) dibanding orang mukmin yang lain. Siapa saja
meninggalkan hutang atau keluarga yang tersia-sia, maka
sayalah walinya atas tanggungan.” (HR. Muslim)
Orang yang pertama kali melakukan
kebaikan dan kejahatan
1. Dari Abu ‘Amr Jarir bin Abdullah ra., ia berkata : “Suatu
siang
kami bersama-sama Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah
serombongan orang tak beralas kaki, berkemul kain wol yang
dilubangi pada bagian kepala dan bersenjatakan pedang.
Mereka kebanyakan dari suku Mudhar, bahkan semuanya dari
suku Mudhar. Melihat kemiskinan yang mereka derita,
berubahlah wajah Rasulullah SAW, beliau kemudian masuk
rumah dan segera keluar lagi, kemudian menyuruh bilal untuk
mengumandangkan adzan dan ikamah, sesudah
menyelesaikan salatnya beliau bersabda: “Wahai sekalian
manusia, bertakwalah kalian kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, daripadanya Allah
menciptakan istri, dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kamu kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-Nya, kalian saling meminta satu sama
lain, serta peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.” Beliau juga
menyampaikan firman Allah yang lain yang artinya : “Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu semua kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). “Seusai beliau
berpidato, ada seseorang yang bersedekah dengan sebagian
dinarnya, dirham, pakaian, satu gantang gandul dan dengan
satu gantang kormanya sehingga Jarir mengatakan : “Bahkan
tidak ada yang ingin ketinggalan sekalipun hanya bersedekah
dengan separuh biji kurma.” Kemudian datanglah seorang
sahabat Anshar yang membawa pundi-pundi besar, hampir
saja ia tidak kuat untuk mengangkatnya, yang diikuti oleh
para sahabat yang lain. Akhirnya, saya melihat wajah
Rasulullah SAW tampak sangat gembira sehingga berkilauan
seperti emas, beliau kemudian bersabda : “Siapa saja yang
yang pertama memberi contoh prilaku yang baik dalam Islam,
maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan
pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa
dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang pertama memberi
contoh perilaku yang jelek dalam Islam, maka ia
mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa
orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikitpun.”
(HR Muslim)
2. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda : “Tiap-tiap jiwa yang terbunuh dengn
penganiayaan, maka putra Adam yang pertama (Qabil),
mendapat bagian dari dosa penumpahan darah, karena dialah
orang pertama yang melakukan pembunuhan.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Ajakan kepada yang benar dan yang
sesat
1. Dari Ibnu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshariyah Al-Badriy
ra.,
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang
menunjukkan (mengajak) kepada kebaikan, maka ia
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakan
kebaikan itu.” (HR Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah
SAW bersabda : “Siapa saja yang mengajak kepada
kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa
saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat
dosa seperti dosa orang yang mengerjakannya tanpa
dikurangi sedikitpun.” (HR Muslim)
3. Dari Baul ‘Abas Sahl bin Sa’Ad As-Sa’idiy ra., ia berkata
:
Ketika perang Khaibar Rasulullah SAW bersabda : “Esok akan
kuserahkan panji ini kepada seseorang. Allah akan
memberikan kemenangan melalui tangannya. Ia mencintai
Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.”
Semalaman orang-orang ramai membicarakan, siapakah
gerangan di antara mereka yang akan diserahi panji itu.
Keesokan harinya Rasulullah SAW bersabda : “Di manakah Ali
bin Abi Thalib ?” seseorang menjwab : “Wahai Rasulullah, ia
sedang sakit mata. “Beliau bersabda : Panggillah ia kemari.”
Setelah dihadapannya, Rasulullah SAW meludahi kedua
matanya dan mendoakannya. Lalu sembuhlah penyakit itu
seakan-akan ia tidak pernh sakit mata, kemudian ia diberi
panji. Ali ra. Bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah saya
harus
memerangi mereka sampai bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah?” Beliau menjawab : “Laksanakanlah dengan
tenang, sehingga kamu sampai di daerah mereka, lalu ajaklah
masuk agama Islam dan beritahukanlah kepada mereka
tentang hak Allah Ta’ala yang harus mereka laksanakan. Demi
Allah, seandainya Allah memberi petunjuk disebabkan
ajakanmu, itu lebih bik bagimu daripada memperoleh
rampasan perang berupa ternak-ternak yang paling bagus.”
(HR Bukhari dan Muslim)
4. Dari Anas ra., ia berkata : Seorang pemuda dari suku
Aslam
berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya ingin ikut
berperang, tetapi tidak mempunyai bekal. “Beliau bersabda :
“Datangalah kepada si Fulan karena ia suah mempersiapkan,
tetapi ia sakit. “ Kemudian pemuda itu datang ke tempat si
Fulan dan berkata : “Rasulullah mengucapkan salam untuk
kamu, “ kemudian melanjjutkan perkataannya : “Berikanlah
perbekalan perangmu untukku.” Kemudian si Fulan tadi
berkata : “Wahai istriku, berikanlah perbekalan yang telah
aku siapkan dan jangan kamu simpan sedikitpun demi Allah,
jangan kamu simpan sedikitpun bekal yang telah
kupersiapkan, karena hal itu pasti akan membawa berkah
bagi dirimu!” (HR Muslim)
Tolong menolong dalam kebajikan dan
takwa
1. Dari Abu Abdirrahman bin Zaid bin Khalid Al-Juhaniy ra.,
ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang
menyediakan perbekalan perang di jalan Allah, maka ia
disamakan dengan perang, dan siapa saja yang tidak ikut
perang lalu menjaga baik-baik keluarga yang ditinggalkan
orang yang ikut perang, berarti ia ikut berperang.” (HR
Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Sa’id Al-Khudry ra., ia berkata : Rasulullah SAW
mengutus sepasukan tentara ke Bani Lihyan yang termasuk
suku Huzail, kemudian beliau bersabda : “Hendaknya tiap dua
orang dalam satu keluarga, yang satu keluar dan yang lain
menjaga keluarga-keluarga yang ditinggal, niscaya pahalanya
terbagi antara keduanya sama.”
3. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah SAW bertemu
dengan sebuah rombongan di Rauha’, kemudian beliau
bertanya: “Siapakah kalian ini?” mereka menjawab: “Kami
umat Islam.” Mereka balik bertanya: “Siapakah engkau?”
Beliau menjawab: “Rasulullah.” Tiba-tiba ada seorang wanita
yang mengangkat anaknya sambil bertanya : “Apakah sah
hajinya anak ini? “ Beliau menjawab : “Ya, dan pahalanya
untukmu.” (HR Muslim)
4. Dari Abu Musa Al’Asy’ariy ra., dari Nabi SAW beliau
bersabda
: “Seorang muslim yang menjadi bendahara, adalah orang
yang dapat dipercaya. Ia melaksanakan tugas yang
dilimpahkan dengan sempurna dan senang hati, serta
memberikan sesuatu kepada siapa yang diperintahkan, maka
ia termasuk salah seorang yang mendapat pahala
bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Nasihat
1. Dari Abu Ruqayyah Tamin bin Aus Ad-Daariy ra., ia berkata
:
“Nabi SAW bersabda : “Agama itu adalah nasihat. “Kami
bertanya: ‘Bagi siapa?: Belaiu bersabda : “Bagi Allah,
kitab-
Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin umat Islam dan umat
Islam pada umumnya.” (HR. Muslim)
2. Dari Jarir bin Abdullah ra., Ia berkata : “Saya berbai’at
kepada Rasulullah SAW untuk senantiasa mengerjakan shalat,
menunaikan zakat dan memberi nasihat kepada sesama
muslim.” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Dari Anas ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Tidaklah
sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)
Amar ma’ruf dan nahi munkar
1. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : “Saya
mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja di antara kalian
melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangannya,
apabila ia tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya, bila
ia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan itu adalah
paling lemahnya iman.” (HR.Muslim)
2. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Nabi-nabi yang diutus sebelumku pasti didampingi
sahabatsahabat
yang setia. Mereka mengikuti sunnahnya dan
mengerjakan apa yang diperintahkan. Sesudah mereka,
muncullah orang-orang yang suka berbicara dan tidak suka
beramal, mereka berbuat sesuatu yang tidak diperintahkan.
Siapa saja yang memerangi mereka dengan tangannya
(kekuasaannya), maka ia adalah orang yang beriman, siapa
saja yang memerangi mereka dengan lisannya, maka ia
adalah orang yang beriman dan siapa saja yang memerangi
mereka dengan hatinya, maka ia juga orang yang beriman.
Selain dari itu, maka tidak ada lagi iman walaupun sebesar
biji SAWi.” (HR.Muslim)
3. Dari Abul Walid ‘Ubadah bin Shamit ra., ia berkata :
“Kami
berbai’at kepada Rasulullah SAW untuk selalu mendengar dan
taat, baik dalam kesusahan maupun dalam kesenangan, baik
pada yang disenangi maupun yang dibenci, bahkan terhadap
perebutan kekuasaan atas kami, dan kami berbai’at pula
untuk tidak menentang pemerintahan dari yang berhak
kecuali terbukti adanya pelanggaran yang jelas sesuai adanya
dalil-dalil yang datangnya dari Allah Ta’ala, serta kami
berbai’at untuk selalu berkata benar di mana saja kami
berada. Kami tidak takut terhadap celaan siapapun dalam
membela (agama) Allah.” (HR.Bukhari dan Muslim)
4. Dari Nu’man bin Basyir ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda :
“Perumpamaan orang yang selalu melaksanakan hukumhukum
Allah dan orang yang terjerumus1 di dalamnya,
bagaikan orang yang membagi tempat di dalam kapal,
sebagian mendapat bagian di atas dan sebagian di bawah.
Ketika orang-orang yang di bawah membutuhkan air, mereka
harus naik ke atas, tentunya akan mengganggu orang yang di
atas. Sehingga (yang di bawah) berkata : “Kami akan
melubangi kapal ini agar tidak mengganggu orang-orang yang
berada di atas.” Jika yang di atas membiarkan hal itu,
niscaya
semuanya akan binasa, tetapi jika yang di atas menyadari
dan mencegah mereka yang di bawah, maka semua akan
selamat.” (HR.Bukhari)
1 Salah dalam memahami atau mempergunakannya
5. Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu
Umayyah Hudzaifah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa
penguasa dan kalian akan mengetahui kemunkarannya. Maka
siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa saja yang
mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang
senang dan mengikuti, maka tersesatlah ia.” Para sahabat
bertanya : “Apakah tidak sebaiknya kita memerangi mereka?”
Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka masih
mengerjakan salat bersamamu.” (HR.Muslim)
6. Dari Ummul Mukminin Ummul Hakam Zainab binti Jahsy ra.,
ia berkata : “Nabi SAW masuk ke rumah dengan perasaan
cemas seraya bersabda : “Tidak ada Tuhan selain Allah,
hendaknya bangsa Arab harus selalu waspada terhadap
bencana yang hampir menimpanya, di mana saat ini telah
terbuka tirai Ya’juj dan Ma’juj sebesar ibu jari. Saya
bertanya
: “Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa sedangkan di
tengah-tengah kami banyak orang-orang yang berbuat
kebajikan ?” Beliau menjawab : “Ya, apabila kejahatan
merajalela.” (HR.Bukhari dan Muslim)
7. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda
: “Jauhilah duduk-duduk di tepi jalan !” Para sahabat
bertanya
: “Wahai Rasulullah kami tidak bisa meninggalkan
tempattempat
itu, karena di tempat itulah kami membicarakan
sesuatu.” Rasulullah SAW bersabda : “Apabila kalian merasa
tidak bisa untuk meninggalkan duduk-duduk di sana, maka
penuhilah hak jalan itu.” Para sahabat bertanya : “Apakah
hak
jalan itu, wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab :
“Memejamkan mata, tidak mengganggu, menjawab salam,
amar ma’ruf dan nahi munkar .” (HR.Bukhari dan Muslim)
8. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah SAW melihat
cincin emas yang dipakai oleh seseorang, kemudian beliau
melepas dan membuangnya seraya bersabda : “Salah seorang
di antara kalian sengaja mengambil bara api dan meletakkan
di tangannya !” Setelah Rasulullah SAW pergi, ada seseorang
yang berkata kepadanya : “Ambillah cincinmu dan
manfaatkan.” Ia menjawab : “Tidak, demi Allah saya tidak
akan mengambil cincin itu selamanya, karena Rasulullah SAW
telah membuangnya .” (HR. Muslim)
9. Dari Abu Sa’id Al-Hasan Al-Bashriy, ia berkata : ‘Aidz
bin ‘Amr
ra. datang ke rumah ‘Ubaidillah bin Ziyad kemudian ia
berkata
: Hai anakku, sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda : “Sejahat-jahat pemimpin adalah pemimpin yang
kejam, maka janganlah kamu termasuk golongan mereka.”
Kemudian ‘Ubaidillah berkata kepadanya : “Duduklah,
sesungguhnya kamu hanyalah sahabat Muhammad yang
terbuang.” Ia pun bertanya : “Apakah ada di antara
sahabatsahabat
beliau yang terbuang ? Sesungguhnya yang terbuang
adalah mereka yang hidup sesudah para sahabat dan orangorang
yang bukan sahabat .” (HR.Muslim)
10. Dari Hudzaifah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya,
seharusnyalah kalian menyuruh untuk berbuat baik dan
mencegah dari perbuatan yang munkar. Jika tidak, sungguh
Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, kemudian kamu
berdoa kepada-Nya, tetapi ia tidak mengabulkan doamu.”
(HR.Tirmidzy)
11. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda : “Paling utamanya jihad adalah mengatakan
keadilan di hadapan penguasa yang menyeleweng.” (HR.Abu
Daud dan Tirmidzy)
12. Dari Abu Abdullah Thariq bin Syihab Al-Bajaliy Al-
Ahmasiy ra., ia berkata : Sesungguhnya ada seorang lelaki
bertanya kepada Nabi SAW padahal ia sudah meletakkan
kakinya di atas pelana : ‘Wahai Rasulullah, jihad apa yang
paling utama ?” Beliau menjawab : “Mengatakan kebenaran
kepada penguasa yang menyeleweng.” (HR.An-Nasa’i)
13. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Penyebab pertama terjadinya kerusakan pada
Bani Israel yaitu, apabila seseorang bertemu dengan
kawannya berbuat sesuatu yang dilarang Allah, ia berkata :
“Hai kawanku, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
apa yang kamu lakukan ini.” Akan tetapi keesokan harinya, ia
bertemu kembali, dan kawannya sedang melakukan
perbuatan itu lagi, tetapi ia tidak mengingatkan bahkan
menemaninya untuk makan, minum, dan duduk-duduk. Jika
mereka telah berbuat seperti itu, maka Allah mengunci hati
masing-masing dari mereka. Rasulullah pun kemudian
membacakan ayat Al-Qur’an yang artinya : “Telah dilaknati
orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa
putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
tidak saling melarang tindakan munkar yang selalu mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu
mereka perbuat. Kamu melihat kebanyakan dari mereka
tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik).
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan
untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka ;
dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka
beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa
yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak
akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong,
tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Kemudian beliau bersabda pula : “Janganlah kalian seperti
mereka. Demi Allah, kalian harus selalu mengajak untuk
berbuat baik dan melarang dari perbuatan munkar, segahlah
orang yang berbuat aniaya dan kembalikanlah ia ke jalan
yang benar serta batasilah diri dalam mengajak kepada
kebenaran! Tidak, Allah pasti akan mengunci hati kalian,
kemudian Allah akan mengutuk kalian sebagaimana Bani
Israil. “ (HR.Abu Daud dan Tirmidzy)
Hadis di atas adalah hadis menurut lafalnya Abu Daud, adapun
menurut lafal yang disampaikan Tirmidzy : Rasulullah SAW
menceritakan tentang keadaan Bani Israil, yaitu : “Ketika
orangorang
Bani Israil tenggelam dalam kemaksiatan, maka ulama-ulama
mereka memperingatkannya, namun mereka tidak mau berhenti.
Akhirnya para ulama itu ikut serta dalam majelis mereka,
makan
dan minum yang dilarang Allah. Maka Allah SWT. menutup hati
mereka melalui lisan Nabi Daud dan Nabi Isa putera Maryam.
Hal
itu disebabkan karena mereka durhaka dan senantiasa melampui
batas. “ Rasulullah yang tadinya bersandar kemudian duduk
seraya
bersabda : “Janganlah kalian berbuat demikian, demi Allah
yang
jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian luruskan mereka
ke
jalan yang benar.”
14. Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., ia berkata : “Wahai
manusia, hendaknya kalian membaca ayat ini: “YAA AYYUHAL
LADZIINA AAMANUU ‘ALAIKU, ANFUSAKUM LAA
YADHURRUKUM MAN DHALLA IDZAHTADAITUM” (Hai orangorang
yang beriman, jagalah dirimu ; tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu
telah mendapat petunjuk) . Dan sesungguhnya saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya
apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya
kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan
besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka,
disebabkan perbuatan tersebut . “ (HR.Abu Daud, Tirmidzi
dan An-Nasa’i)
Beratnya siksaan bagi orang yang tidak
konsekuen
1. Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah ra., ia
berkata :
“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Setelah hari
kiamat, ada seseorang yang didatangkan dan dilemparkan ke
dalam neraka, kemudian dikeluarkan ususnya, lalu
berputarputar
di dalamnya bagaikan berputarnya keledai yang sedang
menggiling.1 Melihat yang demikian, berkerumunlah ahli
neraka seraya berkata : “Hai Fulan, mengapa kamu seperti
itu? Bukankah engkau yang menyuruh untuk berbuat baik dan
melarang dari perbuatan munkar ?” Ia menjawab : “Benar,
akulah yang menganjurkan kebaikan, tetapi aku tidak
mengerjakannya dan aku melarang dari perbuatan munkar,
tetapi aku melakukannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
1 Bagaikan keledai yang dipergunakan membuat gula di
penggilingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
heryanto_6444@ymail.com