(Taman Orang-Orang Shalih)
IMAM NAWAWI
3
Menangis karena
takut dan rindu
kepada Allah SWT
1. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : ”Nabi SAW Bersabda
kepadaku: ”Bacalah Al-Qur’an untukku.” Saya menjawab :
”Wahai Rasulullah, bagaimana saya harus membacakan buat
engkau, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu ?” Beliau
bersabda : ”Sesungguhnya aku ingin mendengar Al-Qur’an itu
dibaca oleh orang lain.” Kemudian saya membacakan untuk
beliau surat An-Nisa’. Sampai pada ayat : ”FAKAIFA IDZAA
JI’NAA MIN KULLI UMMATIN BISYAHIIDIN WAJI’NAA BIKA
’ALAA HAA ULAAI SYAHIIDA (Maka bagaimanakah (halnya
orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai
umatmu),” beliau bersabda : ”Cukup sampai disitu!”
Kemudian saya menoleh kepada beliau dan saat itu kedua
matanya sedang mencucurkan air mata.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2. Dari Anas ra., ia berkata : ”Rasulullah SAW pernah
berkhutbah, dan saya belum pernah mendengarnya. Beliau
bersabda : ”Andaikan kalian mengetahui apa yang aku
ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan pasti akan
banyak menangis.” Anas berkata : ”Mendengar yang demikian
para sahabat Rasulullah SAW menutupi muka mereka sambil
menangis terisak-isak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
Bersabda :
”Tidak akan masuk neraka, seseorang yang menangis karena
takut kepada Allah, sehingga air susu itu kembali ke
puntingnya. Tidak akan bisa berkumpul debu yang menempel
karena berjuang di jalan Allah dengan asap neraka
Jahannam.” (HR. Tirmidzi)
4. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
”Ada
tujuh kelompok yang akan memperoleh naungan Allah, pada
hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : (1)
Pemimpin yang adil. (2) Pemuda yang giat beribadah kepada
Allah. (3) Seseorang yang hatinya selalu digantungkan
(dipertautkan) dengan masjid. (4) Dua orang yang saling
mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah
karena Allah. (5) Seorang laki-laki yang diajak (dirayu)
oleh
seorang perempuan bangSAWan yang cantik rupawan, lalu ia
berkata : ”Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” (6)
Seseorang yang memberikan sedekah lalu disembunyikan
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diberikan oleh tangan kanannya. Dan (7) seseorang yang
mengingat (berdzikir) kepada Allah di tempat yang sunyi
kemudian kedua matanya bercucuran air mata.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
5. Dari Abdullah bin Asy-Syikhkhir ra., ia berkata : ”Saya
mendatangi Rasulullah SAW Sedangkan beliau sedang salat
dan di dalam perutnya terdengar suara seperti suara air
sedang mendidih, saat beliau menangis.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
6. Dari Anas ra. ia berkata : Rasulullah SAW Bersabda kepada
Ubay bin Ka’ab : ”Sesungguhnya Allah ’Azza wa Jallah itu
menyuruhku untuk membacakan : ”LAM YAKUNILLADZIINA
KAFARUU.” Ubay bertanya : ”Allah menyebut nama saya
kepadamu ?” Beliau menjawab : ”Ya.” Maka Ubay menangis.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dari Anas ra., ia berkata : ”Setelah Rasulullah SAW wafat
Abu
Bakar mengajak Umar ra., ia berkata : ”Mari kita berkunjung
ke rumah Ummu Aiman ra. Sebagaimana Rasulullah dulu
sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat
Ummu Aiman, ia menangis, lalu keduanya bertanya : ”Apa
yang menyebabkan kamu menangis, bukankah kamu sudah
tahu apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya itu sangat
baik ?” Ia menjawab : ”Sesungguhnya saya menangis bukan
sebab itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk
Rasulullah itu sangat baik, namun saya menangis karena
wahyu dari langit telah terputus.” Ternyata perkataan Ummu
Aiman itu mendorong keduanya untuk menangis, maka
menangislah keduanya.” (HR. Muslim)
8. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : ”Ketika Rasulullah SAW
sakit
keras, ada seseorang yang menanyakan tentang imam salat,
kemudian beliau bersabda : ”Suruhlah Abu Bakar untuk
mengimami salat!” ’Aisyah ra. berkata : ”Sesungguhnya Abu
Bakar itu orang yang amat lembut hatinya, apabila ia
membaca Al-Qur’an ia tidak dapat menahan tangisnya.”
Namun beliau bersabda : ”Suruhlah ia (Abu Bakar) untuk
menjadi Imam!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Aisyah ra. yang lain dikatakan, bahwa ’Aisyah
berkata : ”Sesungguhnya Abu Bakar apabila menempati
tempatmu (menjadi imam), orang-orang tidak mendengar
bacaan salatnya karena menangis.”
9. Dari Ibrahim bin Abdurrahman bin ’Auf, ia berkata :
Dihidangkan makanan kepada Abdurrahman bin ’Auf ra.,
tetapi waktu itu ia sedang berpuasa, dan ia berkata :
”Mush’ab bin Umair ra. adalah orang yang lebih baik daripada
aku, ketika ia terbunuh di dalam peperangan tidak ada kain
yang dapat mengkafaninya kecuali sepotong selimut yang
terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutupi, maka
terbukalah kakinya. Kemudian kami telah diberi kekayaan
dunia yang banyak.” Atau ia berkata : ”Kami telah diberi
kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya. Kami khawatir,
jika kebaikan kami telah dibalas dengan kekayaan ini.”
Kemudian ia terus menangis dan meninggalkan makanan itu.”
(HR. Bukhari)
10. Dari Abu Umamah Shunday bin ’Ajlan Al-Bahiliy ra., dari
Nabi SAW beliau bersabda: ”Tidak ada sesuatupun yang lebih
dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas, yaitu
tetesan
air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang
menetes sewaktu berjuang di jalan Allah. Adapun dua bekas
adalah bekas luka sewaktu berjuang di jalan Allah dan bekas
dari menjalankan salah satu kewajiban-kewajiban Allah
Ta’ala.” (HR. Tirmidzi)
11. Dari Al-’Irbadh bin Sariyah ra., ia berkata : Rasulullah
SAW telah memberi suatu nasihat kepada kami, nasihat itu
dapat menggetarkan hati dan mencucurkan air mata.” (Imam
hadits tidak disebutkan)
Zuhud
1. Dari Amr bin ’Auf Al-Anshariy ra., ia berkata :
Rasulullah SAW
mengutus Abu ’Ubaidah Al-Jarrah ra. ke Bahrain, guna
mengambil upeti (pajak). Sekembalinya dari Bahrain, ia
membawa harta yang cukup banyak. Para sahabat Anshar
mendengar kedatangan Abu ’Ubaidah. Mereka salat Shubuh
bersama-sama Rasulullah SAW, ketika selesai salat Rasulullah
SAW menoleh, dan para sahabat menatap beliau, kemudian
Rasulullah SAW tersenyum ketika melihat mereka, seraya
bersabda : ”Aku kira kalian sudah mendengar, bahwa Abu
’Ubaidah telah datang dari Bahrain dengan membawa harta
yang banyak.” Mereka berkata : ”Benar, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda : ”Sambutlah berita gembira itu, dan
berharaplah semoga Allah memudahkan apa yang kamu
inginkan. Demi Allah, tidaklah kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau-kalau
kekayaan dunia ini dihamparkan, sebagaimana yang pernah
dihamparkan atas orang-orang sebelum kalian, lalu akan
berlomba-lomba pada kekayaan, sebagaimana mereka dan,
kemudian kekayaan itu akan membinasakan kalian,
sebagaimana mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
Duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekitarnya,
kemudian beliau bersabda : ”Sesungguhnya di antara yang
aku khawatirkan terhadap kalian sepeninggalku, adalah
terbukanya kemewahan dan keindahan dunia.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
3. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
bersabda : ”Sesungguhnya dunia ini indah dan
mempesonakan, dan sesungguhnya Allah Ta’ala
menyerahkannya kepada kalian. Kemudian Allah akan melihat
bagaimana kalian berbuat atas dunia ini. Maka
berhati-hatilah
dalam urusan dunia dan berhati-hatilah juga terhadap
wanita.” (HR. Muslim)
4. Dari Anas ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda : ”Ya
Allah,
sebenarnya tidak ada kehidupan yang sesungguhnya kecuali
kehidupan akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ”Ada tiga hal yang
mengikuti kepergian jenazah, yaitu keluarga, harta dan
amalnya. Dua di antaranya akan kembali, hanya satu yang
tetap menyertainya. Keluarga dan hartanya akan kembali,
sedangkan yang tetap adalah amalnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah SAW Bersabda :
”Pada
hari kiamat dihadirkan orang yang paling senang sewaktu di
dunia. Ia termasuk calon penghuni neraka. Kemudian ia
dimasukkan sebentar ke dalam neraka, dan ditanya, ”Wahai
anak Adam, apakah kamu merasakan kesenangan, dan
apakah kamu pernah merasakan kenikmatan ?” Ia menjawab
: ”Demi Allah tidak ada, wahai Tuhanku.” Lalu didatangkan
juga orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia. Ia
termasuk calon penghuni surga, kemudian ia dimasukkan
sebentar ke dalam surga dan di tanya : ”Wahai anak Adam,
apakah kamu merasakan adanya kesedihan, dan apakah
kamu pernah merasakan penderitaan ?” Ia menjawab : ”Demi
Allah, saya tidak merasakan adanya penderitaan sedikitpun,
juga tidak merasakan adanya kesedihan.” (HR. Muslim)
7. Dari Al-Mustaurid Syaddad ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
bersabda : ”Perbandingan antara dunia dan akhirat, seperti
seseorang di antara kalian yang memasukkan jari-jarinya ke
dalam lautan, maka perhatikanlah apa yang dapat ia peroleh
?” (HR. Muslim)
8. Dari Jabir ra., ia berkata : Rasulullah SAW berjalan-jalan
di
pasar dikelilingi para sahabat, kemudian beliau melewati
bangkai seekor anak kambing yang telinganya kecil dan beliau
mengangkat telinganya, seraya bertanya : ”Siapakah di
antara kalian yang suka membeli bangkai ini dengan harga
satu dirham ?” Mereka menjawab : ”Maka semua tidak ada
yang menyukainya, buat apakah bangkai itu ?” Beliau
bertanya lagi : ”Apakah kalian suka andaikan bangkai ini
diberikan kepada kalian ?” Mereka menjawab :”Demi Allah,
andaikan binatang itu masih hidup, itu pun cacat apalagi ia
sudah menjadi bangkai.” Beliau lalu bersabda : ”Demi Allah,
dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah, melebihi hinanya
bangkai ini menurut pandanganmu.” (HR. Muslim)
9. Dari Abu Zar ra., ia berkata : Saya berjalan bersama-sama
Nabi SAW Melewati suatu perkampungan di Madinah, sampai
di bukit Uhud, beliau bersabda : ”Wahai Abu Zar.” Saya
menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda :
”Sungguh aku tidak suka andaikan aku mempunyai emas
sebesar bukit Uhud ini aku miliki sampai tiga hari dan masih
tersisa di tempatku satu dinar, kecuali sesuatu yang aku
persiapkan untuk membayar hutang. Aku baru senang jika
mempunyai emas sebesar bukit Uhud, lalu aku bagi-bagikan
kepada sesama hamba Allah, sedangkan yang ini untuk
tetangga sebelah kanan, yang itu untuk tetangga sebelah kiri
dan yang lain untuk tetangga di belakang.” Kemudian beliau
melanjutkan perjalanan dan bersabda : ”Sesungguhnya orang
yang hartanya banyak adalah orang yang paling sedikit
pahalanya di hari kiamat kecuali orang yang berkata : ”Ini
untuk tetangga sebelah kanan, ini untuk tetangga sebelah
kiri
dan yang lain untuk tetangga yang di belakang.” Tetapi
sangat sedikit orang yang demikian ini.” Kemudian beliau
berpesan kepada saya : ”Di sini sajalah kamu dan jangan
pergi kemana-mana sampai aku datang kembali !” Beliau
meninggalkan saya dalam gelapnya malam, sehingga tidak
terlihat lagi. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras,
sehingga aku khawatir jika ada seseorang yang mengganggu
Nabi SAW Maka saya berniat untuk mencari suara itu, tetapi
saya teringat pesan beliau: ”Janganlah kamu pergi sampai
aku kembali!” Oleh karena itu saya tidak jadi pergi sampai
beliau datang, dan saya berkata : ”Wahai Rasulullah, tadi
aku
dengar suara yang membuat aku khawatir terhadap dirimu.”
Kemudian kuceritakan kekhawatiran itu kepada Nabi. Beliau
bertanya : ”Kamu tadi mendengar suara itu ?” Saya
menjawab : ”Ya.” Beliau bersabda : ”Itu adalah suara Jibril,
ia
datang kepadaku dan berkata : ”Siapa saja dari umatmu yang
meninggal dunia sedangkan ia tidak mempersekutukan Allah
dengan sesuatupun maka ia masuk surga.” Saya bertanya :
”Walaupun ia berbuat zina dan mencuri ?” Beliau menjawab :
”Walaupun ia berbuat zina dan mencuri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
10. Dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda : ”Andaikan aku mempunyai emas sebesar bukit
Uhud, aku pasti lebih senang kalau emas itu tidak menginap
di tempatku sampai tiga malam dan masih tersisa di
tempatku, kecuali sesuatu yang aku persiapkan untuk
membayar hutang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : ”Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan
jangan kamu memperhatikan orang yang berada di atasmu,
karena yang demikian itu lebih pantas, agar kamu semua
tidak menganggap remeh nikmat Allah yang telah
dikaruniakan kepadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
”Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah
hamba pakaian dan celakalah hamba perut. Apabila telah
terpenuhi, ia merasa senang dan apabila tidak terpenuhi ia
merasa tidak senang.” (HR. Bukhari)
13. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : ”Sungguh saya
melihat tujuh puluh ahli shuffah. Tidak seorang pun diantara
mereka yang memiliki kain selimut, hanya sarung atau kain
panjang yang biasa diikatkan pada leher mereka, di antara
mereka ada yang mempunyai kain sekadar bisa untuk
menutupi sampai kedua betisnya, dan ada pula yang sekadar
untuk menutup sampai kedua mata kakinya, sehingga ia
menarik-narik dengan tangannya, khawatir kalau auratnya
terbuka.(HR. Bukhari)
14. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
Bersabda : ”Dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan
surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
15. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Rasulullah SAW
Memegang kedua bahuku, seraya bersabda : ”Kamu berada di
dunia ini, bagaikan orang asing atau orang yang merantau.”
Ibnu Umar ra. Berkata : ”Apabila kamu berada pada waktu
sore, maka jangan menunggu waktu pagi dan apabila kamu
berada pada waktu pagi, maka jangan menunggu waktu sore.
Gunakanlah waktu sehatmu untuk menghadapi waktu sakitmu
dan gunakanlah waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.”
(HR. Bukhari),
16. Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As Sa’idiy ra., ia
berkata
: Ada seseorang mendatangi Nabi SAW dan bertanya : ”Wahai
Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya suatu amalan, apabila
saya mengerjakannya, maka saya akan dicintai Allah dan
dicintai manusia ?” Beliau bersabda : ”Janganlah kamu rakus
terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu dan
janganlah kamu rakus terhadap hak orang lain, niscaya
orang-orang akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)
17. Dari An-Nu’man bin Basyir ra., ia berkata : “Ketika
Umar bin Khaththab melihat bahwa orang-orang sangat
mementingkan urusan dunia, ia berkata :“ Sungguh saya
melihat Rasulullah SAW kadang-kadang sehari penuh tidak
mendapatkan makanan walaupun hanya kurma yang paling
buruk untuk mengisi perutnya.” (HR. Muslim)
18. Dari ’Aisyah ra., ia berkata : ”Pada waktu Rasulullah
wafat, di rumah saya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan,
kecuali sedikit tepung gandum yang terletak di atas rak,
itupun sisa dari yang telah saya makan, sehingga setelah
lama saya takar-takar, maka habislah tepung itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
19. Dari Amr bin Al-Harits, saudara Juwairiyah binti Al-
Harits [Ummul Mukminin] ra., ia berkata : ”Ketika Rasulullah
SAW Wafat, beliau tidak meninggalkan dirham, dinar, budak
laki-laki maupun budak perempuan dan tidak pula
meninggalkan apa pun, kecuali keledai putih yang biasa
beliau
kendarai, serta pedang dan sebidang tanah yang
disedekahkan untuk ibnul sabil.” (HR. Bukhari)
20. Dari Khabbab bin Al-Arartt ra., ia berkata :“Kami jihrah
bersama Rasulullah SAW, hanya mengharap ridah Allah
Ta’ala, maka pahala kami tetap terjamin oleh-Nya. Tetapi
banyak di antara kami yang meninggal dunia sebelum
menikmati hasil perjuangannya sedikitpun, diantaranya
Mush’ab bin ’Umair ra. yang terbunuh pada perang Uhud, ia
hanya meninggalkan sebuah kain wol yang sangat kasar.
Apabila kami menutup kepalanya dengan kainnya itu, maka
terbukalah kedua kakinya, dan apabila kami menutup kedua
kakinya, maka terbukalah kepalanya. Kemudian Rasulullah
SAW menyuruh kami untuk menutup kepala dan kedua
kakinya ditutup dengan rumput. Dan di antara kami ada yang
sempat memetik hasil perjuangannya dan ia dapat
menikmatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
21. Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idiy ra., ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : ”Andaikan dunia itu senilai dengan
rayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi
minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.”
(HR. Tirmidzi)
22. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : ”Ingatlah, sesungguhnya dunia ini
terkutuk. Apa pun yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali
mengingat Allah Ta’ala (zikir) dan yang semisalnya, serta
orang alim dan orang yang mempelajari.” (HR. Tirmidzi)
23. Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah
SAW Bersabda : ”Janganlah kalian menumpuk-numpuk harta,
karena akan mengakibatkan kalian sangat mencintai dunia.”
(HR. Tirmidzi)
24. Dari Abdullah bin Amr bin Al-’Ash ra., ia berkata :“Pada
waktu Rasulullah SAW Berjalan-jalan dan melewati kami, dan
kami sedang memperbaiki rumah, kemudian beliau bertanya :
”Apakah yang sedang kamu kerjakan ?” Kami menjawab :
”Kami sedang memperbaiki rumah yang hampir roboh ini.”
Beliau bersabda : ”Saya kira ajal kita akan lebih cepat dari
itu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
25. Dari Ka’ab bin ’Iyadh ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya masing-masing
umat itu mempunyai cobaan dan cobaan umatku adalah harta
kekayaan.” (HR. Tirmidzi)
26. Dari Abu ’Amr, (Abu Abdullah atau Abu Laila Utsman bin
Affan) ra., ia berkata : Nabi SAW Bersabda : ”Anak Adam
tidak mempunyai hak kecuali seperti berikut : Rumah untuk
tempat tinggal, pakaian untuk menutup auratnya, serta roti
kering dan air.” (HR. Tirmidzi)
27. Dari Abudullah bin Asy-Syikhkhir ra., ia berkata : ”Saya
mendatangi Rasulullah SAW, sedangkan beliau sedang
membaca surat : ”AL HAAKUMUT TAKAATSUR,” kemudian
beliau bersabda : ”Anak Adam itu akan berkata : ”Ini adalah
harta bendaku, ini adalah harta bendaku.” Wahai anak Adam,
tidak ada harta kekayaan yang kamu miliki, kecuali apa yang
kamu Makan kemudian habis, atau apa yang kamu pakai
kemudian rusak, atau apa yang kamu sedekahkan kemudian
menjadi simpanan bagimu.” (HR. Muslim) 467
28. Dari Abdullah bin Mughaffal ra., ia berkata: “Ada
seseorang berkata pada nabi SAW, “Wahai Rasulullah, demi
Allah saya mencintai engkau.” Beliau bersabda: “Pikirkan
benar-benar apa yang kamu katakan itu.” Ia berkata: “Demi
Allah, sungguh saya mencintai engkau.” Ia mengulanginya
tiga kali. Kemudian beliau bersabda: “Apabila kamu
mencintaiku, bersiap-siaplah untuk menghadapi kemiskinan
dengan mengencangkan pinggang. Sesungguhnya kemiskinan
itu lebih cepat datangnya, bagi orang yang mencintaiku
melebihi cepatnya banjir yang mengalir ke jurang.” (HR.
Tirmidzi)
29. Dari Ka’ab bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Rakusnya seseorang atas harta dunia
kedudukannya terhadap agamanya, lebih berbahaya dari pada
rakusnya dua serigala lapar yang dilepas di padang
gembala.” (HR. At-Turmudzi)
30. Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata: “Rasulullah
SAW, tidur di atas tikar. Ketika beliau bangun, tampak bekas
tikar itu di pinggangnya. Kemudian kami mengajukan usul:
“Wahai Rasulullah, bagaimana jika kami ambilkan kasur
untukmu?” Beliau bersabda: “Apalah artinya dunia ini buat
diriku, sedangkan aku di dunia ini bagaikan orang yang
bepergian dan berteduh dibawah pohon, kemudian pergi dan
meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)
31. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Orang-orang miskin akan masuk surga lima ratus
tahun lebih dahulu, daripada orang-orang kaya.” (HR.
Tirmidzi)
32. Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Hushain ra., dari nabi
SAW, beliau bersabda: “Aku menengok ke taman surga dan
aku melihat, penghuninya kebanyakan orang-orang miskin.
Kemudian aku menengok ke neraka, ternyata kebanyakan
penghuninya adalah perempuan. (HR Bukhari dan Muslim)
33. ari Usamah bin Zaid ra., dari nabi SAW, beliau
bersabda: “Aku berdiri di depan pintu surga, dan orang yang
memasukinya, kebanyakan terdapat orang-orang miskin.
Sedangkan orang-orang kaya masih ditahan, hanya saja
mereka yang termasuk penghuni neraka, telah diperintahkan
untuk masuk neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
34. Dari Abu Hurairah ra., dari nabi SAW, beliau bersabda:
“Kalimat paling benar yang diucapkan oleh penyair adalah
kalimat (yang diucapkan) Labid, yang berbunyi: “ALAA KULLU
SYAI-IN MAA KHALALLAHA BAATHILUN (Ingatlah, apa saja
yang selain Allah adalah binasa.)” (HR. Bukahri dan Muslim)
Hidup Sederhana
1. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Keluarga Muhammad SAW,
tidak
pernah kenyang dari roti gandum dalam waktu dua hari
berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Keluarga Muhammad SAW, tidak
pernah kenyang dari makanan yang terbuat dari gandum, sejak
menetap di Madinah dalam waktu tiga malam berturut-turut
sampai beliau meninggal dunia.”
2. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Wahai keponakanku, demi
Allah
kami pernah melihat bulan dan bulan dan melihat bulan, tiga
kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah
SAW, tidak ada nyala api.” Saya menjawab: “Wahai bibiku,
kalau memang demikian apa yang bibi makan?” ‘Aisyah
menjawab: “Kurma dan air. Hanya saja sahabat Anshar
tetangga Rasulullah SAW, yang mempunyai sapi perahan,
sering mengantarkan air susu untuk Rasulullah SAW, maka
kami meminumnya.” (HR. Bukari dan Muslim)
3. Dari Sa’ad Al-Maqburiy dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
“Ia
melewati suatu kaum yang sedang makan sate, maka mereka
pun mengajak Sa’ad untuk makan bersama, tetapi ia menolak
dan berkata: Rasulullah SAW, belum pernah kenyang makan
roti gandum sampai ia meninggal dunia.” (HR. Bukhari)
4. Dari Anas ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, tidak pernah
makan dangan piring sampai beliau meninggal dunia, juga
beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung
sampai meninggal dunia.” (HR. Bukhari)
5. Dari An-Nu’man bin Basyir ra., ia berkata: “Saya pernah
melihat Nabi SAW, tidak mendapatkan makanan walaupun
hanya kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya.”
(HR. Muslim)
6. Dari Sahl bin Sa’ad ra., ia berkata: “Rasulullah SAW,
tidak
pernah melihat roti yang terbuat dari tepung yang halus sejak
beliau diutus Allah Ta’ala sampai beliau wafat.” Ada
seseorang
yang bertanya kepada Sahl: “Apakah pada masa Rasulullah
SAW, tidak ada pengayakan?” Ia menjawab: “Beliau tidak
pernah melihat pengayakan semenjak beliau diutus Allah
Ta’ala sampai beliau wafat.” Yang lain pun bertanya:
“Bagaimana kalian makan gandum tanpa diayak terlebih
dahulu?” Ia menjawab: “Kami menumbuk dan meniupniupnya,
dan sisanya kami masak. (HR. Bukhari)
7. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Pada suatu hari
Rasulullah
SAW, keluar lalu, bertemu dengan Abu Bakar dan Umar ra.,
Beliau bertanya: “Mengapa kalian keluar rumah di saat-saat
seperti ini?” Abu Bakar dan Umar menjawab: “Karena lapar,
wahai Rasulullah. Beliau bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku
berada dalam genggaman-Nya, aku juga demikian. Mari kita
pergi bersama-sama!” Keduanya pun pergi bersama
Rasulullah SAW, mendatangi rumah salah seorang sahabat
Anshor, tetapi ia tidak ada dirumahnya. Ketika istrinya
melihat mereka, ia segera menyambut dengan mengucapkan:
“Selamat datang” Rasulullah SAW, bertanya: “dimanakah
suamimu?” Ia menjawab: “Sedang pergi mengambil air
tawar.” Tiba-tiba datanglah sahabat anshar itu dan melihat
Rasulullah SAW, bersama kedua sahabatnya, maka ia
berkata: “Alhamdulillah, pada hari ini tidak ada seorang pun
yang mempunyai tamu lebih mulia dari pada tamuku.”
Kemudian ia pergi mengambil baki yang berisi kurma
setengah matang, kurma yang sudah matang, dan buah
anggur, seraya mempersilakan makan, ia mengambil pisau.
Tetapi Rasulullah SAW, menegurnya: “Saya harap kamu tidak
menyembelih kambing perahan itu!” Kemudian ia
menyembelih kambing yang lain. Kemudian mereka makan
daging kambing, kurma dan anggur bersama-sama, dan
meminum air yang baru diteduhkan itu. Setelah kenyang dan
segar kembali, Rasulullah SAW, bersabda kepada Abu Bakar
dan Umar ra.,: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, sungguh pada hari kiamat kalian akan
ditanya tentang nikmat ini. Kalian keluar dari rumah dengan
perut lapar kemudian kalian tiada kembali sebelum menikmati
jamuan ini.” (HR. Muslim)
8. Dari Khalid bin UmairAl-Adawiy, ia berkata: “Utbah bin
Ghazwan yang menjabat gubernur di Basrah, berkhutbah di
depan kami. Setelah ia memuji dan menyanjung Allah, Ia
berkata: “Sesungguhnya dunia ini telah mengingatkan akan
kehancurannya dan melaju dengan cepatnya, serta tidak akan
tersisa, melainkan hanya seperti sisa air dari bejana yang
dituangkan pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan pindah dari
alam dunia ke daerah yang tidak akan binasa lagi, pindahlah
kalian dengan berbekal kebaikan. Sesungguhnya telah
diceritakan kepada kami, bahwa kalau sebuah batu
dilemparkan ke dasar neraka Jahanam, maka dalam waktu
tujuh puluh tahun belum sampai ke dasarnya. Demi Allah,
neraka jahanam itu pasti akan penuh. Apakah kalian merasa
kagum?” Dan telah diceritakan pula kepada kami, bahwa
jarak antara dua pintu gerbang surga itu empat puluh tahun
perjalanan, tetapi suatu hari nanti, orang-orang yang
memasukinya berdesak-desakan. Dulu, waktu saya bertujuh
bersama Rasulullah SAW, pernah tidak mendapatkan
makanan kecuali dedaunan, sampai bibir kami pecah-pecah
dan saya membagi selimut menjadi dua untuk saya sendiri
dan untuk Sa’ad bin Malik, sehingga saya bersarung separuh,
begitu juga Sa’ad. Tetapi masing-masing dari kami sekarang
telah menjadi gubernur pada salah satu wilayah.
Sesungguhnya saya berlindung diri kepada Allah, jangan
sampai dalam pandangan diriku besar padahal di sisi Allah
sangat kecil.” (HR. Muslim)
9. Dari Abu Musa al-Asy’ariy, ia berkata: “Aisyah ra.,
mengeluarkan sebuah kain dan sarung yang tebal kepada
kami seraya berkata: “Sewaktu Rasulullah SAW,
menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau memakai
kain dan sarung ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra., ia berkata:
“Sesungguhnya
saya termasuk orang pertama dari bangsa arab yang
melempar dengan panah dan berjuang di jalan Allah. Dan
sungguh kami berperang bersama-sama Rasulullah SAW,
tanpa berbekal makanan kecuali daun pohon, sehingga kalau
kami buang air besar, maka kotorannya seperti kotoran
kambing tidak ada campurannya sama sekali.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
berdoa:
“Ya Allah, berilah keluarga Muhammad rezeki yang dapat
menghilangkan lapar saja.” (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Demi Allah, yang
tidak
ada Tuhan selain Dia. Saya sering menegakkan rongga
perutku ke tanah karena lapar, juga sering mengikatkan batu
diperutku karena lapar. Pada suatu hari, saya duduk di jalan
yang biasa dilewati orang. Kemudian Nabi SAW, lewat dan
tersenyum ketika melihat saya dan beliau tahu tentang apa
yang menimpa pada diri saya. Beliau bersabda: “Wahai Abu
Hirr, mari ikut aku.” Maka saya pun mengikuti beliau. Beliau
masuk rumah, dan saya minta izin masuk, beliaupun
mengizinkan saya. Ketika beliau masuk disitu ada semangkok
susu, dan beliau bertanya kepada istrinya: “Dari mana asal
susu ini?” Ia menjawab: “Si Fulan atau si Fulanah
menghadiahkan susu ini buat engkau.” Beliau bersabda:
“Wahai Abu Hirr” saya menjawab: “Ada apa wahai Rasulullah”
Beliau bersabda: “Temuilah ahli Suffah dan ajaklah mereka
kemari.” Abu Hurairah berkata: “Ahli Suffah adalah tamutamu
islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan
saudara. Apabila beliau mendapat sedekah, maka beliau
mengirimkannya untuk mereka dan beliau tidak
mengambilnya sedikit pun, tetapi apabila beliau mendapatkan
hadiah, maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan
beliau hanya mengambil sebagian dari hadiah itu. Saya amat
haus dan ingin sekali untuk minum susu itu, dalam hati saya
berkata: “Mengapa susu itu diberikan kepada Ahli Suffah?
Saya lebih pantas untuk minum susu itu agar kekuatan saya
pulih kembali. Apabila mereka datang, beliau pasti menyuruh
saya untuk memberikan susu itu kepada mereka dan
kemungkinan saya tidak mendapat bagian dari susu itu.
Tetapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus diutamakan.”
Oleh karena itu, saya berangkat dan memanggil mereka.
Kemudian mereka datang dan minta izin kepada nabi, dan
beliau pun mengizinkan mereka duduk di rumah beliau. Beliau
memanggil: “Wahai Abu Hirr” Saya menjawab: “Ya, Wahai
Rasulullah” beliau bersabda: “Ambilah mangkuk susu itu dan
berikan kepada mereka.” Maka saya mengambil mangkuk itu
dan memberikan kepada orang pertama, maka ia minum
sampai nampak segar. Mangkuk itu diberikan kepada saya
kembali, dan saya berikan kepada yang lain untuk
meminumnya sampai nampak segar. Mangkuk itu
dikembalikan kepada saya sehingga sampai pada giliran nabi
SAW, Anehnya, mereka sudah minum semua, tetapi susu
belum habis. Kemudian beliau mengambil mangkuk itu dan
dipegangnya, serta memandang saya dan tersenyum, lantas
beliau bersabda: “Wahai Abu Hirr” Saya menjawab: “Ya,
wahai Rasulullah” Beliau bersabda: “Tinggal aku dan kamu
yang belum” Saya menjawab: “Benar, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Duduklah kamu dan minumlah.” Maka saya
duduk dan minum. Beliau bersabda lagi: “Minumlah!” beliau
selalu mengulanginya sampai saya berkata: “Demi Dzat yang
mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya tidak muat
lagi.” Beliau bersabda: “Berikanlah mangkuk itu kepadaku!”
Maka saya memberikan mangkuk itu kepada beliau, kemudian
beliau memuji Allah Ta’ala dan membaca basmalah lalu
meminum sisanya.” (HR. Bukhari)
13. Dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah ra., ia
berkata:
“Sungguh saya pernah jatuh pingsan di antara mimbar
Rasulullah SAW, dan jalan yang menuju bilik ‘Aisyah ra.,
kemudian seseorang mendatangiku dan menginjakkan
kakinya ke leherku, ia menyangka bahwa saya gila, padahal
saya tidak gila, hanya saja terlalu lapar.” (HR. Bukhari)
14. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Pada waktu Rasulullah
SAW,
wafat, baju besinya baru digadaikan kepada orang Yahudi
sebagai tanggungan dari tiga puluh gantang (75 kg)
gandum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
15. Dari Anas ra., ia berkata: “Nabi SAW, pernah
menggadaikan
baju besinya untuk mendapatkan hutang gandum, dan saya
pernah datang ke tempat nabi SAW, dengan membawa roti
gandum dan minyak gajih. Sungguh saya pernah mendengar
beliau bersabda: “Tidak ada bagi keluarga Muhammad SAW,
pada waktu pagi, kecuali segantang gandum, begitu juga
pada waktu sore, sedangkan keluarga beliau terdiri dari
sembilan rumah.” (HR. Bukhari)
16. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Saya melihat tujuh
puluh
ahli suffah, di antara mereka tidak ada seorang pun yang
memiliki kain panjang, tidak lebih dari satu sarung atau
kain
yang diikatkan kelehernya sampai betis, yang disimpulkan
dan ditarik-tarik dengan tangannya khawatir kalau-kalau
auratnya terbuka.” (HR. Bukhari)
17. Dari ‘Aisyah ra., ia berkata: “Alas tidur Rasulullah
SAW,
terbuat dari kulit yang berisi sabut.” (HR. Bukhari)
18. Dari Abu Umar ra., ia berkata: “Ketika kami sedang duduk
bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang sahabat
anshar memberikan salam kepada beliau. Ketika akan
meninggalkan kami, Rasulullah bertanya: “Wahai saudara
anshar, bagaimana keadaan saudaraku, Sa’ad bin ‘Ubadah?”
ia menjawab: “Baik-baik saja.” Rasulullah SAW, kembali
bertanya: “Siapakah diantara kalian yang akan menjenguknya
bersamaku?” Maka beliau berdiri dan kami pun menyertainya,
semua berjumlah belasan orang, dan tidak ada seorang pun
yang memakai sandal, sepatu, kopiah dan kemeja. Kami
semua beragkat dengan pakaian yang amat sederhana.
Sesampainya di rumah Sa’ad, keluarga yang mengelilinginya
mundur, sehingga Rasulullah SAW, dan para sahabat
mendekatinya.” (HR. Muslim)
19. Dari Imran bin Hushain ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang hidup pada
masaku, kemudian orang-orang sesudahnya, dan yang
sesudahnya lagi.” Imran berkata: “Saya tidak tahu pasti
apakah nabi SAW, mengucapkan dua kali atau tiga kali.”
(Nabi bersabda lagi): “Sesudah mereka, akan datang suatu
kaum yang mau menjadi saksi meskipun tidak diminta,
mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka
bernazar, tetapi tidak menepatinya. Mereka tampak gemuk
dan besar perut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
20. Dari Abu Umamah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW,
bersabda: “Wahai anak adam, sesungguhnya jika kamu
memberikan kelebihan hartamu, maka itu lebih baik bagimu
dan jika kamu menahannya, maka itu sangat jelek bagimu.
Kamu tidaklah dicela dalam kesederhanaan. Dan
dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR.
Tirmidzi)
21. Dari ‘Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshariy (Al-Khathimiy)
ra.,
ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Siapa saja diantara
kalian yang pada waktu pagi merasa aman rumah tangganya,
sehat badannya, dan mempunyai persedian makanan untuk
hari itu, maka seolah-olah ia telah mendapatkan kebahagiaan
dunia dengan semua kesempurnaannya.” (HR. Tirmidzi)
22. Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash ra., ia berkata:
Rasulullah
SAW, bersabda: “Sungguh beruntung orang yang telah islam,
rezekinya cukup, dan Allah memberikan kepuasan terhadap
apa yang telah dikaruniakannya.” (HR. Muslim)
23. Dari Abu Muhammad Fadhalah bin ‘Ubaid Al-Anshariy ra.,
ia
mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Berbahagialah orang
yang mendapat petunjuk masuk islam, berkecukupan
kehidupannya, dan ia merasa puas.” (HR. Tirmidzi)
24. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Ada kalanya Rasulullah
SAW, dan keluarganya lapar beberapa malam berturut-turut,
karena tidak mempunyai apa-apa untuk makan malam, dan
roti yang sering mereka miliki adalah roti gandum.” (HR.
Tirmidzi)
25. Dari Fadhalah bin ‘Ubaid ra., ia berkata: “Apabila
Rasulullah
SAW, mengimami shalat, sering ada orang-orang yang jatuh
tersungkur dalam shalat, karena lapar. Mereka adalah ahli
suffah, sedangkan orang-orang badui berkata: “Mereka
adalah orang-orang gila.” Sehingga ketika Rasulullah SAW,
selesai shalat, beliau mendekati mereka dan bersabda:
“Andaikan kalian mengetahui pahala yang telah disediakan
Allah, niscaya kalian akan meningkatkan kemiskinan dan
kelaparan.” (HR. Tirmidzi)
26. Dari Abu Karimah Al-Miqdad bin Ma’dikariba ra., ia
berkata:
“Saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Seseorang
yang selalu memenuhi perutnya, lebih berbahaya daripada
memenuhi suatu bejana. Cukuplah bagi anak adam beberapa
suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya.
Andaikan ia tidak mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk
nafasnya.” (HR. Tirmidzi)
27. Dari Abu Umamah Iyash bin Tsa’labah Al-Anshariy
Al-Haritsy
ra., ia berkata: Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah
SAW, membicarakan masalah dunia, kemudian Rasulullah
SAW, bersabda: “Apakah kalian tidak mendengar? Apakah
kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu
bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu bagian
dari iman.” (HR. Abu Daud)
28. Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW, mengutus kami di bawah pimpinan Abu
Ubaidah untuk menghadang pasukan Quraisy dan beliau beri
memberi bekal satu potong kurma, karena yang ada hanya itu
saja. Abu Ubaidah memberi kami masing-masing satu butir
kurma. Ketika Jabir ditanya: “Apa yang bisa diperbuat dengan
sebutir kurma itu?” Jawabnya: “Kamu mengisapnya
sebagaimana anak-anak kecil menghisap, kemudian kami
minum air, maka yang demikian itu dapat mencukupi sampai
malam hari.” Kemudian kami menumbuk dedaunan dengan
tongkat, setelah kami basahi dengan air, dan memakannya.
Kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai ke pantai, di
sana kami melihat seperti ada gundukan tanah yang
menyerupai sebuah bukit, kemudian kami menuju tempat itu,
dan ternyata seekor ikan yang besar dan panjang sekali
menyerupai sebuah bukit. Abu Ubaidah berkata: “Bangkai.”
Tetapi ia berkata lagi: “Namun tidak apa-apa kalian adalah
utusan Rasulullah SAW, dan berjuang di jalan Allah,
sedangkan kalian dalam keadaan yang terpaksa, maka
makanlah bangkai itu.” Kami di situ bertahan selama satu
bulan. Rombongan kami terdiri dari tiga ratus orang, satu
bulan di sana membuat kami gemuk. Kami masih ingat waktu
kami mengambil mata ikan itu dengan tempayan
dipergunakan sebagai tempat lemak, kemudian memotongmotong
sebesar lembu. Abu Ubaidah mengambil tiga belas
orang dari rombongan kami dan disuruh duduk pada lobang
bekas mata mengambil satu tulang rusuknya dan ditegakkan,
kemudian ia menuntun seekor unta yang terbesar untuk
berjalan di bawahnya, maka kami mengikutinya, membawa
daging dan dendeng ikan tersebut. Ketika sampai di Madinah,
kami menghadap Rasulullah SAW, dan menceritakan hal itu.
Kemudian beliau bersabda: “Itu adalah rezeki yang
dikaruniakan Allah untuk kalian. Apakah kalian masih
menyimpan sisa daging itu untuk kami?” Kemudian kami
membawakan daging ikan itu kepada Rasulullah SAW, dan
beliau memakannya.” (HR. Muslim)
29. Dari Asma’ bin Yasid ra., ia berkata: “Lengan baju
Rasulullah
SAW, adalah sampai pergelangan tangan.” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi)
30. Dari Jabir ra., ia berkata: “Pada saat perang Khandaq
kami
menggali parit, tetapi terbetur suatu tanah yang sangat
keras,
dan kami tidak mampu menggalinya. Kemudian para sahabat
mendatangi nabi SAW, dan berkata: “Tanah ini cukup keras
dan tidak bisa dibuat parit.” Beliau bersabda: “Aku yang
akan
menggalinya.” Kemudian beliau berdiri sedangkan perutnya
diikat batu; karena sudah tiga hari tidak makan. Nabi SAW,
mengambil cangkul dan mengayunkannya, maka hancurlah
tanah yang keras itu bagaikan debu yang dihamburkan.
Kemudian saya berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya
pulang ke rumah.” Sesampainya di rumah saya bertanya
kepada istriku: “Saya melihat nabi SAW, sangat lapar dan
nampaknya tidak dapat ditahan lagi, apakah kamu
mempunyai makanan?” Istriku menjawab: “Ada, sedikit
gandum dan seekor kambing.” Maka saya menyembelih
kambing itu dan gandum itu saya tumbuk. Kambing itu saya
letakkan di dalam belanga. Kemudian saya mendatangi nabi
SAW, sedangkan adonan daging yang saya masak di belanga
hampir masak, maka saya berkata: “Wahai Rasulullah, saya
mempunyai sedikit makanan, kuundang engkau ke rumah
dengan seorang atau dua orang saja.” Beliau bertanya:
“Berapa banyak makanan itu?” Saya mengatakan seberapa
banyak makanan itu. Kemudian beliau bersabda: “Cukup
banyak, baiklah. Tetapi katakan kepada istrimu, supaya
jangan mengangkat belanga dan roti dari tungku sehingga
aku datang.” Beliau bersabda kepada para sahabat: “Wahai
para sahabatku, ikutlah aku.” Maka para sahabat muhajirin
dan anshar pun datang ke rumah. Ketika saya masuk rumah,
saya berkata pada istriku: “Waduh celaka, nabi SAW, datang
bersama sahabat muhajirin dan anshar.” Istiku bertanya:
“Apakah beliau telah menanyakan kepadamu tentang
makanan yang kita persiapkan?” Saya menjawab: “Ya.” Beliau
bersabda kepada para sahabat: “Masuklah, dan jangan
berdekatan.” Kemudian beliau memotong roti dan mengambil
daging serta beliau menutup kembali belanga itu dan
membiarkan belanga itu tetap direbus, lantas beliau
menyajikannya kepada para sahabat. Kemudian beliau
kembali dan selalu memotong serta menyajikannya, sehingga
mereka kenyang, tetapi dalam belanga itu selalu masih
tersisa, kemudian beliau bersabda kepada istriku: “Makanlah
kamu dan bagi-bagikanlah, karena orang-orang sedang
tertimpa kelaparan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Jabir berkata: “Tatkala
parit itu digali, saya melihat nabi SAW, sangat lapar, maka
saya
segera pulang menemui istriku dan bertanya: “Apakah kamu
mempunyai makanan? Saya melihat Rasulullah SAW, sangat
lapar.” Maka istriku memperlihatkan kepadaku sebuah kantong
yang berisi segantang gandum, dan kami mempunyai seekor
kambing yang jinak. Kemudian saya menyembelihnya, dan
gandum itu saya tumbuk. Setelah memasaknya, dan kambing itu
telah saya potong-potong, lalu saya masukkan ke dalam
belanga, kemudian saya bermaksud untuk memanggil Rasulullah
SAW, dan istriku berkata: “Engkau jangan bikin malu diriku
terhadap Rasulullah SAW, dan para pengikutnya.” Maka saya
mendatangi Rasulullah SAW, dan berbisik: “Wahai Rasulullah,
kami menyembelih seekor kambing dan memasak segantang
gandum. Kami mempersilakan engkau dan beberapa orang
datang ke rumah.” Kemudian Rasulullah SAW, menyeru: “Wahai
pasukan Khandaq, sesungguhnya jabir membuat selamatan,
maka marilah kita ke sana.” Nabi SAW, bersabda kepada saya:
“Kamu jangan sekali-kali mengangkat belanga itu dan
memotong-motong adonan roti itu, sampai aku datang.” Saya
pulang dulu sebelum nabi SAW, beserta para sahabatnya
datang,
dan saya memberitahukan hal itu kepada istriku, Istriku
menjawab: “Salahmu sendiri (tidak menurut apa yang aku
katakan).” Jawabku: “Tetapi saya sudah membisikkan kepada
nabi SAW, kemudian beliau datang bersama para sahabat, lalu
istriku mengeluarkan adonan roti itu dan beliau meniupnya
serta
berdoa memohon berkah, kemudian beliau menyuruh istriku:
“Panggilah tukang roti dan suruh dia bikin roti bersama kamu
serta aduk-aduklah belanga itu dan janganlah kamu angkat.”
Sedangkan mereka berjumlah seribu orang. Tetapi demi Allah,
sungguh mereka kenyang semua sewaktu meninggalkan rumah,
dan dalam belanga itu masih terdengar masakan seperti
semula,
serta adonan roti itu masih bisa dibuat roti seperti sedia
kala.”
31. Dari Anas ra., ia berkata: “Abu Thalhah berkata kepada
Ummu Sulaim (isterinya): “Saya mendengar suara Rasulullah
SAW sangat lemah, dan saya tahu bahwa beliau sangat lapar.
Apakah kamu mempunyai makanan?“ Isterinya menjawab:
“Ya ada” Ia mengeluarkan roti dari gandum kemudian ia
mengambil kain kerudungnya sebagai pembungkus roti dan
dimasukkan ke dalam bawah bajuku. Sisanya, diberikan
kepada saya, dan ia menyuruh saya agar lekas memanggil
Rasulullah SAW maka saya pergi untuk memanggil beliau, dan
saya dapatkan Rasulullah SAW, sedang duduk di masjid
dikelilingi oleh para sahabat, saya lantas menampakkan diri
di
tengah-tengah mereka, kemudian Rasulullah SAW, bertanya:
“Apakah kamu di utus oleh Abu Thalhah?” Saya menjawab:
“Benar.” Beliau bertanya lagi: “Apakah untuk makan?” Saya
menjawab: “Benar wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah SAW,
bersabda: “Marilah kita kesana bersama-sama!” Para sahabat
berangkat, dan saya lebih dulu pergi memberitahukan hal itu
kepada Abu Thalhah, maka Abu Thalhah berkata kepada
isterinya: “Wahai Ummu Sulaim (isteriku), Rasulullah SAW,
datang bersama-sama para sahabat, padahal kita tidak
menyediakan makanan untuk dihidangkan kepada mereka.”
Ummu Sulaim berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Abu
Thalhah kemudian menjemput Rasulullah SAW, hingga
bertemu dengan beliau. Kemudian Rasulullah SAW, bersama
Abu Thalhah masuk rumah lebih dulu, dan Rasul SAW,
bersabda: “Bawalah kemari makanan yang akan kamu
hidangkan wahai Ummu Sulaim!” Kemudian Ummu Sulaim
menyajikan roti itu. Maka Rasullullah SAW, menyuruh untuk
memotong-motongnya dan menyuruh Ummu Sulaim
mengolesinya dengan minyak samin sebagai lauknya.
Kemudian Rasulullah SAW, bersabda dihadapan roti itu:
“MAASYAA-ALLAHU AY-YAQUUL,” belliau lantas bersabda:
“Silakan sepuluh orang makan sampai kenyang kemudian
keluar!” Akhirnya, semua orang makan dan semua orang
kenyang, padahal mereka berjumlah tujuh puluh atau delapan
puluh orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka saling bergantian,
sepuluh
orang masuk sepuluh orang keluar sehingga tak ada seorang
pun
diantara mereka melainkan ia masuk dan makan sampai kenyang.
Kemudian mereka meninggalkannya, sedangkan roti itu masih
seperti sedia kala.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka makanlah sepuluh orang
sepuluh orang (saling bergantian), sehingga yang demikian
itu
dilakukan oleh delapan puluh orang. Terakhir Nabi SAW,
beserta
keluarga Abu Thalhah makan, dan mereka masih meninggalkan
sisa
makanan yang masih banyak.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Mereka masih meninggalkan
sisa
yang dapat diberikan kepada tetangga.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bersumber dari Anas ra., ia
berkata:
“Pada suatu hari saya datang kepada Nabi SAW, dan
mendapatkan
beliau sedang duduk bersama para sahabat, sedangkan perut
beliau
dibalut. Maka saya menanyakan kepada salah seorang sahabat:
“Mengapa Rasulullah SAW, membalut perutnya?” Mereka
menjawab: “Beliau lapar.” Kemudian saya pergi ke rumah
ayahku
Abu Thalhah, ia adalah suami Ummu Sulaim (binti Milhan), dan
saya berkata: “Wahai ayahku, saya melihat Rasulullah SAW,
membalut perutnya kemudian kutanyakan kepada salah satu
seorang sahabatnya, mereka menjawab: “Beliau dalam keadaan
lapar.” Kemudian Abu Thalhah masuk menemui ibuku, dan
berkata:
“Apakah kita mempunyai makanan?” Ibuku menjawab: “Ya, saya
mempunyai beberapa potong roti dan kurma. Andaikan
Rasulullah
SAW, datang sendirian, maka sudah dapat mengenyangkan
beliau,
tetapi jika beliau datang bersama dengan yang lain, maka
sangat
sedikit persediaan untuk mereka.” Hadist ini masih ada
lanjutannya.
Hidup tenang dan
menjaga kehormatan
1. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Tidak
disebut kaya karena banyak hartanya, tetapi yang disebut
kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Abdullah bin ‘Amr ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Sungguh beruntung orang yang sudah telah
(masuk) Islam dan rezekinya cukkup. Allah memberikan
kepuasan terhadap apa yang telah Allah karuniakan
kepadanya.” (HR. Muslim)
3. Dari Haim bin Hizam ra., ia berkata: “Saya meminta kepada
Rasulullah SAW, maka beliau memberi saya; kemudian saya
meminta lagi kepada beliau dan beliau pun memberi saya
lagi. Kemudian belliau bersabda: “Hai Hakim, sesungguhnya
harta itu memang manis dan mempesonakan. Siapa saja
mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia akan
mendapatkan berkah, tetapi siapa saja yang mendapatkannya
dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan
berkah. Ia bagaikan orang yang sedang makan tetapi tidak
pernah merasa kenyang. Tangan yang di atas (yang
memberi), lebih baik daripadatangan yang di bawah (yang
meminta).” Hakim berkata: “Wahai Rasulullah, demi Zat yang
mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan
menerima sesuatu pun dari seseorang sesudah pemberianmu
ini, sampai saya meninggal dunia.” Abu Bakar pernah
memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu kepadanya,
tetapi ia tidak mau menerimanya. Demikian pula dengan
Umar, ia pernah memanggil Hakim untuk memberikan
sesuatu, tetapi ia tidak mau menerimanya, maka Umar
berkata: ”Wahai Umat Islam, saksikanlah, bahwa saya telah
menawarkan harta rampasan yang menjadi haknya Hakim,
sebagaimana yang telah diatur Allah, tetapi ia tidak mau
menerima pemberian dari seorang pun setelah menerima
pemberian dari Nabi SAW, sampai ia meninggal dunia.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al-Asy’ariy ra., ia
berkata:
“Dalam suatu peperangan, kami keluar bersama Rasulullah
SAW Setiap enam orang, tersedia satu ekor unta, sehingga
kami bergantian menaikinya sampai kaki kami pecah-pecah,
demikian pula kaki saya pecah-pecah bahkan kuku-kuku saya
terkelupas; kemudian kami membalut kuku kami dengan
sobekan kain. Oleh karena itu, peperangan itu dinamakan
perang “Dzatur riqa”, karena kami membalut kaki-kaki kami
dengan sobekan kain.” Abu Burdah berkata: “Semula Abu
Musa sering menceritakan hal ini, kemudian ia tidak mau
menceritakannya lagi dan berkata: “Buat apa saya
menyebutnyebu
apa yang telah saya lakukan.” Abu Burdah berkata:
“Seolah-olah ia tidak senang kalau sesuatu yang pernah
diperbuatnya itu disebar luaskan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Dari ‘Amr bin Taghlilb ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
pernah
di beri harta atau tawanan, kemudian beliau membagibagikannya.
Ada yang diberi ada juga yang tidak. Kemudian
terdengarlah kabar bahwa orang-orang yang tidak diberi
mengeluh. Maka beliau berkhutbah, setelah memuji dan
menyanjung Allah Ta’ala, beliau bersabda: “Demi Allah,
sesungguhnya saya memberi harta rampasan kepada
seseorang sedangkan yang lain tidak, sebenarnya orang yang
tidak aku beri, lebih aku cintai daripada orang yang diberi.
Tetapi sesungguhnya aku memberi harta rampasan itu
kepada orang yang didalam hatinya dirundung kegelisahan
dan keresahan. Dan aku serahkan kepada Allah orang-orang
yang di tetapkan pada hati mereka kekayaan dan kebaikan,
diantara mereka itu adalah ‘Amr bin Taghlib.” Mendengar
yang demikian, ‘Amr bin Taghlib berkata: “Demi Allah, saya
tidak senang kalau ucapan Rasulullah SAW, itu (diganti)
dengan ternak-ternak yang bagus.” (HR.Muslim)
6. Dari Hakim bin Hizam ra., ia berkata: Nabi SAW, bersabda:
“Tangan yang di atas (orang yang memberi) itu lebih baik
daripada tangan yang di bawah (orang yang meminta).
Dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu.
Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang
dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Siapa
saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan
menjaganya dan siapa saja merasa cukup, maka Allah akan
mencukupannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dari Abdurrahman Mu’awiyah bin Abu Shufyan Shakhr bin
Harb ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Janganlah
kalian memaksa dalam meminta-minta. Demi Allah, tidak ada
salah seorang diantara kalian yang meminta kepadaku,
kemudian aku memberikan sesuatu kepadanya dengan rasa
terpaksa, niscaya tidak akan mendapatkan berkah dari apa
yang aku berikan itu.” (HR. Muslim)
8. Dari Abu Abdurrahman bin ‘Auf bin Malik ra., ia berkata:
“Kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, waktu itu
kirakira
berjumlah sembilan, delapan atau tujuh orang; kemudian
beliau bertanya: “Apakah kalian tidak akan berbaiat
(berjanji
setia) kepada Rasulullah?” Padahal kami baru saja berbaiat.
Maka kami menjawab: “Bukankah kami telah berbaiat kepada
engkau wahai Rasulullah.” Beliau bertanya lagi: “Apakah
kalian tidak akan berbaiat kepada Rasulullah SAW?” Kemudian
kami mengulurkan tangan dan berkata: “Kami telah berbaiat
kepada engkau, maka dalam hal apakah kami harus
berbaiat?” Beliau menjawab: “Kalian harus menyembah Allah,
Zat yang Maha Esa dan kali tidak boleh mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu pun, salat lima waktu, serta harus
senantiasa mendengarkan dan menaati segala perintah-Nya.”
Dan beliau berbisik: “Janganlah kalian meminta-minta
sesuatu pun kepada sesama manusia.” Setelah itu, sungguh
saya telah menyaksikan, bahwa salah seorang diantara
kelompok ini, ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau
meminta kepada seseorang untuk mengambilkan
cambuknya.” (HR. Muslim)
9. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Nabi SAW, bersabda:
“Siapa
saja diantara kalian yang senantisa meminta-minta, nanti ia
akan bertemu Allah Ta’ala, sedangkan mukanya tak
berdaging.” (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW,
berada di atas mimbar, beliau berbicara tentang sedekah, dan
menjaga diri dari meminta-minta, beliau bersabda: “Tangan
yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.
Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan
yang di bawah adalah yang meminta-minta.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
11. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Siapa saja yang meminta-minta kepada sesama
manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta
kekayaan, maka sesungguhnya ia meminta bara api, sehingga
terserah kepadanya apakah cukup dengan sedikit saja atau
akan memperbanyaknya.” (HR. Muslim)
12. Dari Samurah bin Jundub ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Sesungguhnya meminta-minta itu adalah cacat
(luka) yang digoreskan orang diwajahnya, kecuali apabila ia
meminta kepada penguasa atau karena keadaan terpaksa.”
(HR. Tirmidzi)
13. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Siapa saja yang tertimpa kekurangan, kemudian ia
mengadukannya kepada sesama manusia, maka
kekurangannya tidak akan tertutupi. Tetapi siapa saja yang
mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberikan
kepadanya rezeki (baik datangnya) segera ataupun lambat.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
14. Dari Tsauban ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bertanya:
“Siapakah yang berani menjaminkan dirinya kepadaku untuk
tidak meminta sesuatu pun kepada sesama manusia maka
aku akan jamin ia masuk surga?” Saya menjawab: “Saya.”
Maka ia tidak akan pernah meminta sesuatupun kepada
orang.” (HR. Abu Daud)
15. Dari Abu Bisyr Qabishah bin Al-Mukhariq ra., ia berkata:
“Saya adalah orang yang menanggung beban amat berat,
maka saya mendatangi Rasulullah SAW, untuk meminta
bantuannya meringankan beban itu. Kemudian beliau
bersabda: “Tunggulah sampai ada zakat yang datang kesini,
nanti akan aku suruh si ‘amil (pengumpul dan pembagi zakat)
untuk memberi bagian kepadamu.” Kemudian beliau
bersabda: “Wahai Qabishah, meminta-minta itu tidak
diperbolehkan kecuali ada salah satu dari tiga sebab.
Pertama, seseorang yang menanggung beban yang amat
berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat
meringankan bebannya, kemudian ia mengekang dirinya
untuk tidak meminta-minta lagi. Kedua, seseorang yang
tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh
meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,
dan yang ketiga seseorang yang sangat miskin, sehingga ada
tiga orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan: “Si
Fulan benar-benar miskin.” Maka ia diperbolehkan
memintaminta,
sampai hidup dengan layak. Wahai Qabishah,
meminta-minta selain di sebabkan tiga hal tadi, adalah usaha
yang haram dan orang yang memakannya berarti ia
memakan barang haram.” (HR. Muslim)
16. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Bukan dinamakan orang miskin, orang yang
meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap dan
dua suap makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah
butir kurma tapi yang dinamakan orang miskin adalah orang
yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah
berfikir untuk di beri sedekah dan ia juga tidak mau pergi
untuk meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Tidak mengharap
pemberian
1. Dari Sallim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah
bin
Umar), dari Umar ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, memberi
bagian dari sedekah kepada saya, tetapi saya menolaknya
dan saya katakan: “Wahai Rasulullah, berikanlah kepada
orang yang lebih membutuhkan.” Beliau bersabda:
“Terimalah, apabila harta itu mendatangimu, sedangkan kamu
tidak mengharap-harapkan dan meminta, kemudian terserah
kamu, boleh kamu makan atau kamu sedekahkan. Dan yang
tidak datang kepadamu, janganlah kamu menuruti hawa
nafsumu untuk mendapatkannya!” Salim berkata: “Setelah
itu, Abdullah tidak pernah meminta sesatu pun kepda orang
lain dan tidak pernah menolaknya pemberian.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Anjuran Berusaha
1. Dari Abu Abdullah Az-Zubair bin Al-‘Awwam ra., ia
berkata:
Rasulullah SAW, bersabda: “Sungguh seandainya salah
seorang diantara kalian mengambil beberapa seutas tali,
kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul
seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu
Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik
daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik
mereka memberi maupun tidak.” (HR. Bukhari)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Sungguh, seandainya salah seorang diantara kalian mencari
kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih baik
daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu
memberinya ataupun tidak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Nabi
Daud as., tidak pernah makan, kecuali hasil usahanya
sendiri.” (HR. Bukhari)
4. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW, bersabda: “Nabi
Zakriya as., adalah seorang tukang kayu.” (HR. Muslim)
5. Dari AL-Miqdam bin Ma’dikariba dari SAW, beliau bersabda:
“Seseorang yang makan hasil usahanya sendiri, itu lebih
baik.
Sesungguhnya Nabi Daud as., makan dari hasil usahanya
sendiri.” (HR. Bukhari)
Murah hati dan
berinfak
1. Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Hasud
(iri hati) yang diperbolehkan, hanya dua hal, yaitu
seseorang
yang di beri kekayaan oleh Allah, dihabiskan dalam
kebenaran, dan seseorang yang di beri ilmu oleh Allah,
kemudian diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Pengertiannya, seseorang tidak diperbolehkan mempunyai rasa
iri,
kecuali disebabkan salah satu dari dua hal diatas.
2. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
Siapakah diantara kalian yang lebih mencintai harta warisan
daripada harta sendiri?” Para sahabat menjawab: “Wahai
Rasulullah , sesungguhnya kami lebih mencintai harta
sendiri.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya harta sendiri,
lebih
diutamakan dan harta waris harus dikesampingkan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Dari Adiy bin Hatim ra., ia berkata : Rasulullah saw.
Bersabda
: “Takutlah kepada api neraka, walaupun hanya bersedekah
biji kurma.” (HR. bukhari dan Muslim)
4. Dari Jabir ra., ia berkata: “Setiap kali Rasulullah SAW,
dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab: ‘Tidak.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Setiap pagi datang dua malaikat untuk setiap hamba, dan
yang satu berdoa: “Ya Allah, gantilah orang yang
menafkahkan hartanya,” dan yang lain berdoa: “Ya Allah,
binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman: “Nafkahkan hartamu, niscaya akan
diberi gantinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash ra., ia berkata:
Seseorang
bertanya kepada Rasullullah SAW: “Perbuatan apa saja yang
terbaik dalam Islam?” Beliau menjawab: “Memberi makan
(pada orang yang kekurangan) dan mengucapkan salam,
kepada orang yang kamu kenal maupun yang belum kamu
kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra., ia berkata:
Rasulullah
SAW, bersabda: “Ada empat puluh macam perbuatan utama,
sedangkan yang paling utama, adalah mendermakan seekor
kambing untuk diperah susunya. Siapa saja yang
mengerjakan salah satunya dengan tujuan mengharapkan
pahala dari Allah dan melaksanakan apa yang pernah di
janjikan-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya kedalam
surga.” (HR. Bukhari)
9. Dari Abu Umamah bin Shuday bin ‘Ajlan ra., ia berkata:
Rasulullah SAW, bersabda: Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu sangat
baik. Jika tidak, itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah
dicela
karena kesederhanaanmu. Dahulukan orang yang menjadi
tanggunganmu. Sebab tangan yang di atas (orang yang
memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (orang
yang meminta).” (HR. Muslim)
10. Dari Anas ra., ia berkata: “Apabila Rasulullah SAW,
dimintai
sesuatu untuk kepentingan Islam, beliau pasti memberinya.
Sungguh aku pernah menyaksikan, ada seseorang yang
datang dan meminta sesuatu kepadanya. Dan beliau memberi
kambing yang berada di antara dua bukit itu. Kemudian orang
itu kembali kepada kaumnya dan berkata: “Wahai kaumkku
masuklah Islam! Sesungguhnya Muhammad memberi sesuatu
kepada orang yang tidak khawatir miskin. Sungguh dahulunya
seseorang masuk Islam tidak lain karena ingin dunia, tetapi
dalam waktu yang cepat ia mencintai Islam melebihi dunia
dan seisinya.” (HR. Muslim)
11. Dari Umar ra., ia berkata: Rasulullah SAW, membagi
sesuatu. Melihat yang demikian, saya menegurnya: “Wahai
Rasulullah, selain orang itu masih banyak lagi orang yang
lebih berhak menerimanya.” Beliau menjawabnya:
“Sesungguhnya mereka meminta kepadaku dengan paksa,
kemudian aku berikan saja kepada mereka, atau mereka akan
menganggap aku kikir, padahal aku bukan orang yang kikir,”
(HR. Muslim)
12. Dari Jubair bin Muth’im ra., ia berkata: sepulang dari
perang
Hunain, ia bersama Nabi SAW Kemudian ada orang-orang
Badui menarik-narik beliau dan meminta bagian, sehingga
mereka memaksa beliau ke suatu pohon dan mengambil
surbannya, maka Nabi SAW, bersabda: “Kembalikanlah
surbanku itu! Sungguh andaikan aku mempunyai ternak
sebanyak pohon berduri itu, pasti aku bagikan kepada kalian,
sehingga tidak akan menyangka aku sebagai orang yang kikir,
pembohong dan bukan pula pengecut.” (HR. Bukhari)
13. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Sedekah tidak akan mengurangi harta. Allah pasti
akan menambah kemuliaan seseorang yang suka memaafkan.
Dan seseorang yang suka merendahkan diri kepada Allah,
niscaya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan
mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
14. Dari Abu Kabsyah Umar bin Sa’ad Al-Anmariy ra., ia
mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Ada tiga hal yang
akan aku sampaikan kepada kalian, agar kalian menjaganya
dengan baik. Pertama, harta seseorang tidak akan berkurang
karena sedekah. Kedua, seseorang yang dianiaya dan ia sabar
atas penganiayaan itu, maka Allah akan membalasnya dengan
kemuliaan. Ketiga, seseorang yang membuka pintu untuk
meminta-minta, niscaya Allah akan membuka untuknya pintu
kemiskinan atau yang semacamnya. Dan akan aku sampaikan
suatu berita kepada kalian , dan jagalah dengan baik, yaitu:
“Sesungguhnya di dunia ini ada empat macam manusia.
Pertama, orang yang dikaruniai harta dan ilmu oleh Allah,
dipergunakan untuk takwa kepada Tuhannya,
menghubungkan tali persaudaraan, dan tahu bahwa bahwa
Allah mempunyai hak. Orang ini mempunyai derajat yang
paling utama. Kedua, seseorang yang dikaruniai ilmu oleh
Allah, dan tidak dikaruniai harta, tetapi dengan niat yang
sungguh-sungguh ia berkata: “Andaikan saya mempunyai
harta, niscaya akan saya amalkan seperti amalnya si Fulan.”
Karena niatnya, ia mendapatkan pahala orang yang beramal.
Ketiga, seseorang yang dikaruniai harta dan tidak mau
menghubungkan tali persaudaraan, serta tidak sadar bahwa
Allah mempunyai hak dalam hartanya itu. Orang ini
mempunyai derajat paling rendah. Dan yang keempat,
seseorang yang tidak dikaruniai harta dan tidak dikaruniai
ilmu kemudian ia berkata: “Andaikan saya mempunyai harta,
niscaya saya akan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh si
Fulan (orang ketiga),” karena niatnya, ia akan mendapatkan
dosa seperti dosa orang yang berbuat.” (HR. Tirmidzi)
15. Dari Aisyah ra., ia berkata: Para sahabat menyembelih
seekor kambing, kemudian Nabi SAW, bertanya: “Apakah ada
yang masih tersisa dari kambing itu?” Aisyah menjawab: “Ya,
sampil mukanya saja.” Beliau bersabda: “Semuanya tersisa
kecuali sampil mukanya.” (HR. Tirmidzi)
16. Dari Asma binti Abu Bakar Ash-Shidiq ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW, bersabda kepadaku: “Kamu jangan
menutup-nutupi apa yang kamu miliki, niscaya Allah akan
menutupi rezekimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Nafkahkan, berikan, dan
sedekahkanlah hartamu, serta jangan kamu
menghitung-hitungnya,
sehingga Allah akan menghitung –hitungnya untukmu, dan
jangan
kamu menakar-nakarnya, sehingga Allah akan menakar-nakarnya
untukmu.”
1 Karena semua bagian dari kambing telah di sedekahkan, maka
akan tinggal tetap akhirat, kecuali sampil mukanya itu saja
yang
akan dimakan dan akan menjadi kotoran yang akan dikeluarkan
di
dunia.
17. Dari Abu Hurairah ra., ia mendengar Rasulullah SAW,
bersabda: “Perumpamaan orang yang kikir dan orang yang
menafkahkan hartanya, bagaikan dua orang yang memakai
baju besi dari susu sampai ke bahunya. Setiap kali orang
menafkahkan hartanya, berkembanglah baju besi yang
dipakainya, sehingga tertutuplah semua badannya.
Sedangkan orang yang kikir, jika hendak menafkahkan
hartanya, niscaya makin melekatlah lingkaran baju besi itu
pada tempatnya. Sehingga baju besinya bertambah sempit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
18. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Siapa saja yang bersedekah senilai satu butir
kurma, dari hasil usaha yang halal, dimana Allah tidak akan
menerima kecuali yang baik (halal), maka sesungguhnya
Allah akan menerima dengan tangan kanan-Nya, kemudian
memeliharanya untuk orang yang bersedekah itu,
sebagaimana salah seorang di antara kalian memelihara anak
kuda, sehingga sedekah itu menjadi sebesar gunung.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
19. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Suatu ketika ada seseorang sedang berjalan di padang pasir
tiba-tiba ia mendengar suara di dalam awan, “Siramlah kebun
si Fulan!” Kemudian awan itu menurunkan airnya di tempat
yang banyak batunya. Di situ terdapat sebuah parit yang
penuh dengan air yang mengalir. Disitu pulalah ada seorang
laki-laki yang berada ditengah-tengah kebun, sedang
menyiram air dengan canting. Ia bertanya kepada orang itu:
“Wahai hamba Allah, siapa namamu?” Orang itu menjawab:
“Fulan,” Sebuah nama yang sama dengan yang didengar dari
awan tadi. Kemudian Fulan balik bertanya: “Mengapa kamu
menanyakan namaku?” Ia menjawab: “Sesungguhnya saya
mendengar suara dalam awan yang menurunkan air ini,
berkata: ‘Siramlah kebun si Fulan!’ Nama itu persis dengan
namamu. Apakah yang kamu perbuat sehingga demikian?”
Fulan menjawaab: “Karena kamu berkata menanyaiku seperti
itu, sesungguhnya saya selalu memperhatikan hasil kebun ini.
Sepertiga dari hasilnya saya sedekahkan, sepertiga saya
makan bersama keluarga, dan yang sepertiga lagi saya
persiapkan untuk bibit.” (HR. Muslim)
Larangan Kikir
1. Dari Jabir ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Takutlah kalian terhadap kezaliman! Sesungguhnya
kezaliman, merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan
takutlah kalian terhadap kikir! Sesungguhnya kekikiran,
telah
membinasakan manusia sebelum
------Missing Piece----
8. Dari Nafi, ia berkata : Umar bin Khatthab ra.,
membagibagikan
belanja sebanyak empat ribu kepada tiap-tiap
sahabat Muhajirin yang hijrah paling awal, tetapi ia hanya
membagi tiga ribu lima ratus kepada anaknya ; ketika ada
orang yang mengatakan : “Ia termasuk sahabat Muhajirin,
tetapi kenapa engkau menguranginya ?” Umar menjawab :
“Karena ia dibawa hijrah oleh orang tuanya.” Dan Umar
berkata lagi : “Ia tidak dapat disamakan dengan orang yang
hijrah sendiri.” (HR.Bukhari)
9. Dari Athiyah bin ‘Urwah As-Sa’dy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda : “Seseorang tidak bisa mencapai tingkatan
Muttaqin (orang-orang yang bertakwa), sebelum ia
meninggalkan semua yang tidak berdosa karena khawatir
terjerumus pada sesuatu yang berdosa.” (HR.Tirmidzi)
SUNAH MENYENDIRI
1. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash ra., ia berkata : Saya
mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai
hamba-Nya yang takwa, kaya, lagi pula suka
merahasiakannya.” (HR.Muslim)
2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Ada seseorang
yang bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang
paling utama ?” Beliau menjawab : “Orang Mukmin yang
berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya.” Ia
bertanya lagi : “Kemudian siapa ?” Beliau menjawab :
“Seseorang yang menyendiri pada sebuah desa dengan tujuan
untuk beribadah kepada Tuhannya.”
Dalam riwayat lain dikatakan : “Dengan tujuan untuk bertakwa
kepada Allah dan menjauhi manusia lain karena kejahatannya.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
bersabda : “Hampir terjadi bahwa sebaik-baik harta seorang
muslim, adalah kambing yang digembalakan di puncak
gunung dan tempat-tempat menetesnya air, karena menjauhi
fitnah-fitnah yang mengganggu agamanya.” (HR.Bukhari)
4. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Apabila Allah mengutus seorang Nabi, pasti ia menggembala
kambing.” Para sahabat bertanya : “Dan engkau?” Beliau
menjawab : “Ya, dulu saya juga menggembala kambing
dengan upah dari penduduk Mekkah.” (HR.Bukhari)
5. Dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda :
“Pertama, sebaik-baik kehidupan manusia adalah seseorang
yang memegang kendali kudanya untuk berjuang di jalan
Allah. Ia melompat ke atas punggung kuda setiap kali
mendengar panggilan perang atau semacamnya, dengan
lompatannya itu, ia mencari musuh atau mati di tempat yang
disangka ada musuh. Kedua, seseorang yang menggembala
anak kambing di puncak salah satu gunung atau lembah salah
satu jurang dengan mengerjakan salat, menunaikan zakat
dan senantiasa beribadah, sehingga sampai ajalnya. Ia tidak
berhubungan dengan manusia sedikitpun kecuali dalam
kebaikan.” (HR.Muslim)
MERENDAHKAN DIRI
1. Dari Iyadh bin Himar ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu
kepadaku, yaitu hendaklah kalian bersikap tawadhu’
(merendahkan diri), sehingga tidak ada seorang pun bersikap
sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang
menganiaya yang lain.” (HR.Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Tiada berkurang harta karena sedekah. Allah pasti akan
menambah kemuliaan kepada seseorang yang suka
memaafkan. Dan seseorang yang selalu merendahkan diri
karena Allah, pasti Allah akan mengangkat derajatnya .”
(HR.Muslim)
3. Dari Anas ra., ia berkata bahwa ia sering melewati anak-anak
dan mengucapkan salam buat mereka. Ia berkata : “Nabi
SAW juga melakukannya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
4. Dari Anas ra., ia berkata : “Adakalanya budak perempuan
di
Madinah memegang tangan Nabi SAW maka beliau mengikuti
ke mana budak itu menghendaki.” (HR.Bukhari)
5. Dari Al-Aswad bin Yazid, ia berkata : “Saya bertanya
kepada
Aisyah ra. tentang kebiasaan Nabi SAW di rumahnya.” Aisyah
menjawab : “Beliau senantiasa memperhatikan keluarganya,
yakni membantu keluarganya. Apabila sampai waktu salat,
maka beliau keluar mengerjakan salat berjamaah.”
(HR.Bukhari)
6. Dari Abu Rifa’ah Tamin bin Usaid ra., ia berkata : “Saya
mendatangi Nabi SAW, sedangkan beliau masih berpidato,
kemudian saya menyelanya : “Wahai Rasulullah, ada orang
asing datang hendak menanyakan tentang agama, karena ia
belum mengerti tentang seluk beluk agamanya.” Maka beliau
menyambutku dan menghentikan pidatonya, serta mengambil
kursi dan duduk di kursi itu. Kemudian beliau mengajariku
sebagaimana Allah mengajarkannya, kemudian kembali
berpidato dan menyelesaikan pidatonya.” (HR.Bukhari)
7. Dari Anas ra., ia berkata : Apabila Rasulullah SAW makan,
beliau menjilati ketiga jari-jarinya. Anas mengatakan, bahwa
Nabi SAW bersabda : “Apabila suapan salah seorang di antara
kalian itu jatuh, maka ambillah dan bersihkan kotorannya,
serta makanlah dan jangan membiarkan makanan itu
dimakan setan.” Beliau juga menyuruh agar membersihkan
sisa-sisa makanan yang ada di piring. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya kalian tidak tahu, manakah makanan yang
membawa berkah.” (HR.Muslim)
8. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Apabila Allah mengutus seorang nabi, pasti ia menggembala
kambing.” Para sahabat bertanya : “Bagaimana denganmu?”
Beliau menjawab : “Ya, dulu aku juga menggembala kambing
dengan mendapatkan upah dari penduduk Mekkah.”
(HR.Bukhari)
9. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Andaikan aku diundang untuk makan betis atau paha,
niscaya aku memenuhinya. Andaikan dihadiahkan kepadaku
paha atau binatang ternak niscaya aku menerimanya.”
(HR.Bukhari)
10. Dari Anas ra., ia berkata : Unta Rasulullah SAW yang
bernama Al-‘Adlba, tidak pernah dilampaui atau hampir tidak
dapat dikejar, kemudian ada seorang Badui yang
mengendarai untanya dan dapat mendahului unta beliau,
maka hal itu cukup menggelisahkan kaum muslimin ; dan hal
itu kemudian diketahui Rasulullah. Beliau bersabda :
“Kebenaran di tangan Allah, dan siapa saja di dunia ini yang
menyombongkan diri, Allah pasti akan merendahkannya.”
(HR.Bukhari)
HARAMNYA TAKABUR DAN
SOMBONG
1. Dari Abdullah bin Mas’ud ra., dari Nabi SAW beliau
bersabda :
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya
terdapat sifat sombong, walaupun sebesar atom.” Ada
seseorang laki-laki berkata : “Sesungguhnya seseorang itu
suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus
pula.” Beliau bersabda : “Sesunguhnya Allah itu indah, suka
pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan
merendahkan sesama manusia.” (HR.Muslim)
2. Dari Salamah bin Al-Akwa’ ra., ia berkata : Ada seorang lakilaki
makan di hadapan Rasulullah SAW dengan menggunakan
tangan kirinya, kemudian beliau bersabda : “Makanlah dengan
menggunakan tangan kananmu!” Laki-laki itu menjawab :
“saya tidak bisa.” Beliau bersabda lagi : “Kamu tidak bisa,
karena kesombonganmu.” Salamah berkata : “Kemudian lakilaki
itu, tidak bisa mengangkat tangannya ke mulut.”
(HR.Muslim)
3. Dari Haritsah bin Wahb ra., ia berkata : “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Maukah kalian aku beri tahu
tentang penghuni neraka ? Yaitu setiap orang yang berlaku
kejam, rakus dan sombong.” (HR.Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda
: “Ketika surga dan neraka itu berdebat, neraka berkata :
“Bagianku orang-orang yang berlaku kejam dan sombong.”
Surga berkata : “Bagianku orang-orang yang lemah dan
miskin.” Kemudian Allah memberi keputusan kepada
keduanya : “Sesungguhnya surga adalah tempat rahmat-Ku,
Aku memberi rahmat melalui kamu kepada siapa saja yang
Aku kehendaki. Dan sesungguhnya kamu neraka adalah
tempat siksaan-Ku, Aku menyiksa melalui kamu kepada siapa
saja yang Aku kehendaki ; dan kalian berdua, Aku akan
memenuhkan kalian.” (HR.Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Sesungguhnya di hari kiamat, Allah tidak akan memandang
orang yang menurunkan (menyeret) kainnya di bawah mata
kaki karena sombong.” (HR.Bukhari dan Muslim)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda
: “Ada tiga kelompok, yang pada hari kiamat Allah tidak akan
berbicara kepada mereka, Allah tidak akan membersihkan
mereka, Allah tidak akan memandang mereka, dan mereka
akan disiksa dengan azab yang pedih, yaitu : “Orang tua yang
berzina, penguasa yang bohong, dan orang miskin yang
sombong.” (HR.Muslim)
7. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “Kemuliaan adalah pakaian-
Ku dan kebesaran adalah selendang-Ku, maka siapa saja
yang menyaingi Aku dalam salah satunya, maka Aku pasti
menyiksanya.” (HR.Muslim)
8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai
perhiasan dan rambutnya bersisir, ia heran pada dirinya
sendiri atas kesombongan di dalam perjalanannya. Tiba-tiba
Allah menyiksanya yaitu ia selalu timbul tenggelam di
permukaan bumi sampai hari kiamat.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
9. Dari Salamah bin Al-Akwa’ ra., ia berkata : “Rasulullah
SAW
bersabda : “Seseorang senantiasa membanggakan dan
menyombongkan dirinya, sehingga ia dicatat termasuk
golongan orang-orang yang kejam lagi sombong, kemudian ia
akan ditimpa apa yang biasa menimpa mereka.” (HR.Tirmidzi)
BERBUDI PEKERTI YANG LUHUR
1. Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah SAW adalah orang
yang
paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
2. Dari Anas ra., ia berkata : “Saya belum pernah memegang
sutera baik tebal maupun tipis, yang lebih halus dari tangan
Rasulullah SAW, dan saya belum pernah mencium bau
seharum bau Rasulullah SAW Saya pernah menjadi pelayan
Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah
mengatakan “hus” kepada saya, atau menegur dengan
ucapan “kenapa kamu berbuat seperti itu,” terhadap apa yang
saya kerjakan, dan beliau tidak pernah menegur dengan
ucapan “kenapa kamu tidak berbuat demikian,” terhadap apa
yang tidak saya kerjakan.” (HR.Bukhari dan Muslim)
3. Dari Sha’ab bin Jatstsamah ra., ia berkata : “Saya
menghadiahkan seekor keledai liar kepada Rasulullah SAW
kemudian beliau mengembalikannya kepadaku. Ketika beliau
melihat perubahan mukaku, beliau berkata : “Sesungguhnya
aku tidak menolak pemberianmu, hanya saja aku sedang
ihram.” (HR.Bukhari dan Muslim)
1 Hukum menjelaskan, bahwa seseorang yang sedang ihram
dilarang memburu atau menangkap binatang liar.
4. Dari An-Nawwas bin Sam’an ra., ia berkata : “Saya
menanyakan tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada
Rasulullah SAW kemudian beliau menjawab : “Kebajikan
adalah budi pekerti yang baik, sedangkan dosa (kejahatan)
adalah sesuatu yang merisaukan hati, dan kamu tidak senang
apabila hal itu diketahui orang lain.” (HR.Muslim)
5. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra., ia berkata :
“Pribadi
Rasulullah SAW bukan orang yang keji dan bukan orang yang
jahat. Bahkan beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang
paling baik di antara kalian adalah yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
6. Dari Abu Darda’ ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
“Tidak
ada sesuatupun yang melebihi beratnya budi pekerti yang
baik dalam timbangan orang mukmin pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan suka
berkata kotor.” (HR.Tirmidzi)
7. 7. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
ditanya
: “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan
manusia ke dalam surga ?” Beliau menjawab : “Bertakwa
kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Dan beliau juga
ditanya : “Perbuatan apakah yang paling banyak
memasukkan orang ke dalam neraka ?” Beliau menjawab :
“Mulut dan kemaluan.” (HR.Tirmidzi)
8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik budi pekertinya, dan orang yang paling baik di
antara kalian yaitu orang yang paling baik terhadap
isterinya.”
(HR.Tirmidzi)
9. Dari Aisyah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
SAW
bersabda : “Sesungguhnya orang mukmin dengan budi
pekerti yang baik, dapat mengejar derajat orang yang selalu
berpuasa dan salat malam.” (HR. Abu Daud)
10. Dari Abu Umamah Al-Bahiliy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
bersabda : “Aku berani menjamin sebuah rumah di surga
bagian bawah bagi orang yang meninggalkan debat kusir
walaupun ia benar, sebuah rumah di surga bagian tengah bagi
orang yang meninggalkan dusta walaupun ia bergurau, dan
sebuah rumah di surga bagian atas bagi orang yang selalu
baik budi pekertinya.” (HR.Abu Daud)
11. Dari Jabir ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan
paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat, yaitu
orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Dan
sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh
tempat duduknya denganku pada hari kiamat yaitu orangorang
yang banyak bicara, suka mengobrol dan bermulut
besar.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kami
telah
tahu tentang orang yang banyak bicara dan suka mengobrol,
kemudian apakah yang dimaksud dengan bermulut besar itu ?
“Beliau menjawab : “Yaitu orang-orang yang sombong.”
(HR.Tirmidzi)
12. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abdullah bin Al-Mubarak,
beliau mengartikan budi pekerti yang baik, adalah : “Bermuka
manis, memberi pertolongan dalam kebaikan dan mencegah
sesuatu yang membahayakan.”
SANTUN DAN SABAR
1. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
kepada Abdul Qais yang terluka : “Sesungguhnya di dalam
dirimu ada dua sifat yang disukai Allah, yaitu santun dan
sabar.” (HR.Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelemahlembutan
dalam segala hal.” (HR.Bukhari dan Muslim)
3. Dari Aisyah ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelemahlembutan.
Allah memberi karena kelembutan sesuatu, yang
tidak ia berikan karena kekerasan, dan yang tidak diberikan-
Nya karena yang lain.” (HR.Muslim)
4. Dari Aisyah ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya bersikap lemah-lembut dalam sesuatu, berarti
memperindahnya dan tidak ada sikap lemah-lembut dalam
sesuatu, berarti memperjeleknya.” (HR.Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Ada seorang Badui
kencing
di dalam masjid, kemudian orang-orang bangkit untuk
memukulnya, tetapi Nabi SAW melarangnya dan bersabda :
“Biarkan dia, tuangkanlah pada kencing itu setimba air.
Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah, bukan
mempersulit.” (HR.Bukhari)
6. Dari Anas ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Permudahlah
dan jangan kalian mempersulit, gembirakan dan jangan kalian
menakut-nakuti !” (HR.Bukhari dan Muslim)
7. Dari Jarir bin Abdullah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang terhalang untuk
bersikap lemah lembut, berarti ia terhalang untuk berbuat
berbagai macam kebaikan .” (HR.Muslim)
8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Ada seorang laki-laki
yang
meminta wasiat kepada Nabi SAW : “Wasiatilah saya !” Beliau
bersabda : “Janganlah kamu marah !” Lelaki itu
mengulanginya lagi, tetapi beliau tetap menjawab :
“Janganlah kamu marah !” (HR.Bukhari)
9. Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra., dari Rasulullah SAW
beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah mewajibkan kalian
berbuat baik dalam segala hal. Oleh karena itu, jika kamu
membunuh atau menyembelih, maka jadilah sebaik-baik
orang dalam menyembelih. Tajamkanlah pisau kalian supaya
meringankan pada penyembelihannya ! “ (HR.Muslim)
10. Dari Aisyah ra., ia berkata : “Apabila Rasulullah SAW
disuruh
untuk memilih dua hal, beliau pasti memilih yang lebih
mudah, selama tidak berdosa. Seandainya yang mudah itu
berdosa, beliau pasti menjauhinya. Dan Rasulullah SAW tidak
pernah menuntut balas untuk dirinya, kecuali sesuatu yang
diharamkan Allah dilanggarnya, maka beliau menuntut balas
karena Allah Ta’ala.” (HR.Bukhari dan Muslim)
11. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang diharamkan
masuk neraka ? Atau siapakah orangnya yang neraka
diharamkan untuk membakarnya ? Neraka diharamkan pada
setiap orang yang mendekatkan diri kepada Allah, yang
bersikap lemah lembut, lunak dan suka mempermudah.”
(HR.Tirmidzi)
MEMBERI MAAF DAN BERPALING DARI ORANG
YANG BODOH
1. Dari Aisyah ra., Saya berkata : Saya bertanya kepada Nabi
SAW : “Pernahkan engkau mengalami penderitaan yang lebih
berat dari perang Uhud ?” Beliau menjawab : “Sungguh, aku
telah mendapat penderitaaan karena (perbuatan) kaummu
sedangkan yang paling berat adalah pada hari Aqabah. Ketika
aku menyempatkan diri untuk mengajak putera Abd Jalil bin
Kulal, ia tidak menyambutku sebagaimana harapanku.
Kemudian aku pergi dengan perasaan sedih sekali dan tidak
sadar. Namun, sesampainya di Qarnuts Tsa’lib aku sadar dan
mengangkat kepalaku. Waktu itu, aku dinaungi oleh awan.
Setelah aku memandangnya, ternyata di situ ada Malaikat
Jibril as. Ia memanggilku seraya berkata : “Sesungguhnya
Allah Ta’ala mendengar kaummu mencela dan menolak
ajakanmu. Dan Allah mengutus malaikat penjaga gunung
untukmu. Ia akan memenuhi apa saja yang kamu kehendaki
untuk menyiksa mereka.“ Kemudian malaikat penjaga gunung
memanggilku dan mengucapkan salam seraya berkata :
“Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar
ucapan kaummu, dan aku adalah malaikat penjaga gunung.
Tuhan telah mengutusku untuk memenuhi perintahmu. Maka
apakah yang kamu kehendaki ?” Apabila kamu menghendaki,
akan aku runtuhkan dua gunung itu untuk menyiksa mereka.”
Nabi SAW menjawab : “Aku masih berharap, semoga Allah
mengeluarkan dari tulang belakang mereka orang yang
beribadah (menyembah) Allah Yang Maha Esa, dan mereka
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (HR.Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW tidak
pernah
memukul apapun dengan tangannya, ia juga tidak pernah
memukul isteri-isteri dan pelayannya. Kecuali apabila beliau
berjihad di jalan Allah. Dan beliau sama sekali tidak pernah
membalas orang yang mengganggunya, kecuali bila apa yang
telah diharamkan Allah Ta’ala itu dilanggar, maka beliau
menghukum karena Allah Ta’ala.” (HR Muslim)
3. Dari Anas ra., ia berkata : “Saya pernah berjalan bersama
Rasulullah SAW waktu itu,beliau membawa selimut Najran
yang tebal pinggirnya, dan bertemu dengan seorang Badui,
kemudian ia menarik-narik selendang beliau dengan kuat.
Saya melihat leher beliau terdapat bekas ujung selimut,
karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Kemudian ia berkata
: “wahai Muhammad SAW, berikanlah kepadaku harta Allah
yang ada padamu !” Beliau menoleh kepada orang Badui itu,
sambil tersenyum beliau menyuruh untuk memenuhi
permintaan orang Badui itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata : “Saya seolah-olah
masih
melihat Rasulullah SAW mencontohkan tentang salah seorang
Nabi – semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-
Nya kepada kaum yang memukul Nabi itu sampai berdarahsambil
mengusap darah di mukanya, Nabi itu berdoa : “Ya
Allah, ampunilah dosa kaumku, sesungguhnya mereka tidak
mengetahui.” (HR Bukhari dan Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Yang dinamakan orang kuat adalah bukan orang yang kuat
bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang dapat
mengendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Menanggung Derita
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Ada seseorang mengadu
kepada Rasulullah SAW : “Sesungguhnya saya mempunyai
keluarga. Saya selalu menyambung hubungan dengan
mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berbuat
baik kepada mereka, tetapi mereka membalasnya dengan
berbuat jahat. Saya senantiasa menyantuni mereka, tetapi
mereka tidak tahu diri. “Kemudian beliau bersabda :
“Seandainya keadaanmu seperti apa yang kamu katakan,
maka seolah-olah kamu menaburkan aku panas kepada
mereka dan kamu akan selalu mendapat pertolongan Allah
Ta’ala karena perbuatan mereka, selama kamu masih tetap
mengerjakan hal yang demikian.” (HR. Muslim)
Marah karena larangan Allah
dilanggar
1. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Badriy ra., ia berkata :
Ada
seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW dan berkata :
Saya terpaksa mundur dari jamaah Subuh, karena si Fulan
memanjangkan bacaan shalatnya. Saya belum pernah melihat
Nabi SAW marah ketika memberi nasihat, melebihi saat itu.
Beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
ada di antara kalian yang menjadikan dirinya dijauhi. Siapa
saja di antara kalian yang menjadi imam, hendaklah
memperpendek bacaan, karena di belakang ada orang tua,
lemah, dan ada orang yang mempunyai keperluan lain.” (HR
Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata : Rasululllah SAW datang dari
bepergian, sedangkan di rumah saya terpasang tabir yang
ada lukisannya. Setelah Rasulullah SAW melihatnya,
berubahlah wajah beliau. Sambil menurunkan tabir, Nabi SAW
bersabda : “Wahai Aisyah, paling beratnya siksa Allah pada
hari kiamat adalah bagi siapa yang menyamai ciptaan-Nya.”
(HR Bukhari dan Muslim)
3. Dari Aisyah ra., ia berkata : Orang-orang Quraisy sedang
berunding tentang keadaan seorang pereempuan yang harus
dipotong tangannya karena mencuri. Mereka berkata : “Siapa
yang harus menyampaikan masalah kepada Rasulullah SAW
?” Mereka menjawab “Tiada lagi yang pantas selain Usamah
bin Zaid kekasih Rasulullah SAW” Usamah pun menyampaikan
hal itu kepada beliau, lalu beliau SAW bertanya : “Akankah
kalian melindungi orang yang terkena salah satu hukum Allah
Ta’ala ?” Beliau berdiri dan berpidato : “Sesungguhnya yang
menyebabkan orang-orang sebelum kalian binasa, jika orang
terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkan.
Tapi bila yang mencuri orang lemah, mereka melaksanakan
hukuman. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad
SAW mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
4. Dari Anas ra., ia berkata : Nabi SAW melihat dahak di
arah
kiblat. Melihat itu beliau tidak senang, sehingga wajahnya
berubah, lalu berdiri dan dibuang dengan tangannya, seraya
berkata bersabda : “Apablia salah seorang diantara kalian
mengerjakan salat, berarti dia sedang berbisik dengan
Tuhannya. Sedang Tuhan berada di antara ia dan kiblat. Oleh
karena itu, jangan meludah ke arah kiblat, melainkan ke arah
kiri atau ke bawah kaki.” Kemudian beliau mengambil ujung
serbannya dan meludah di situ serta melipat-lipatnya seraya
bersabda : “Atau lakukanlah seperti ini!” (HR Bukhari dan
Muslim)
1 Maksudnya, apabila kita salat tidak di masjid, dan ingin
meludah, maka hendaknya meludah ke arah kiri atau ke bawah
kaki. Tetapi, apabila kita salat di masjid, seharusnyalah
kita
meludah pada pakaian yang kita kenakan (atau saputangan).
Kepemimpinan
1. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah
SAW bersabda : “Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai
pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami
adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinanannya. Isteri adalah
pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah
pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena
itu, kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Abu Ya’la Ma’qil bin Yasar ra., ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Seorang hamba yang
diberi Allah kepercayaan memimpin rakyatnya, dan ia mati
dalam keadaan menipu rakyat, pasti Allah mengharamkan
surga baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Seorang penguasa yan
menguasai urusan umat Islam, sedang ia tidak memperhatikan
dan memberi nasihat, pasti ia tidak akan masuk surga bersama
mereka.”
3. Dari Aisah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
SAW
bersabda di rumahku ini : “Ya Allah, siapa saja yang diberi
kekuasaan mengurusi umatku kemudian ia mempermudah
mereka, maka mudahkanlah ia.” (HR Muslim)
4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda:
“dahulu, Bani Israil selalu dibimbing oleh para Nabi. Setiap
seorang Nabi wafat, maka diganti oleh Nabi yang lain. Tetapi
tidak akan ada Nabi lagi sesudahku, yang ada hanya para
khalifah, bahkan sangat banyak jumlahnya.” Para Sahabat
bertanya : “Apa yang engkau perintahkan pada kami?” Beliau
menjawab : “Tepatilah bai’at (janji setia)mu yang pertama,
kemudian berikan kepada mereka apa yang telah menjadi
haknya. Dan mohonlah kepada Allah agar apa yang menjadi
hakmu terpenuhi. Karena Allah akan meminta
pertanggungjawaban mereka di dalam memimpin umat.” (HR
Bukhari dan Muslim)
5. Dari Aid bin Amr ra., katika ia masuk ke rumah
Ubaidillah, ia
berkata : Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Sejahat-jahat pemimpin adalah
pemimpin yang lalim. Oleh karena itu, jangan sampai kamu
termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Abu Maryam Al-Azdiy ra., ia berkata kepada Mu’awiyah
ra., : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja
yang diberi kekuasaan oleh Allah mengurusi umat Islam,
sedang ia tidak memperhatikan kedukaan dan kemiskinan
mereka, maka Allah tidak akan memperhatikan kepentingan
kedukaan, dan kemiskinannya pada hari kiamat. Kemudian
Mu’awiyah mengangkat seseorang untuk mengurusi segala
kepentingan manusia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Penguasa yang adil
1. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Ada
tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari
yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin
yang adil. Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah
Ta’ala. Seorang yang hatinya senantiasa digantungkan
(dipertautkan) dengan masjid. Dua orang saling mencintai
karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-
Nya. Seorang laki-laki yang ketika diajak (dirayu) oleh
seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab :
“Sesungguhnya saya takut kepada Allah. Seorang yang
mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakannya, sampaisampai
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan
oleh tangan kanannya. Dan seorang yang mengingat Allah di
tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.” (HR Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra., ia berkata :
Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku
adil di sisi Allah laksana berada di atas mimbar yang
terbuat
dari cahaya. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam
memberikan hukum kepada keluarga dan rakyat yang mereka
kuasai (perintah)” (HR Muslim)
3. Dari Auf bin Malik ra., ia berkata : saya mendengar
Rasulullah
SAW bersabda : “Pemimpin yang bijaksana adalah yang kalian
cintai dan mereka mencintai kalian, kalian selalu mendoakan
atasnya dan ia selalu mendoakan kalian. Pemimpin yang
terjahat adalah yang kalian benci dan membenci kalian,
sedang kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian.” Kami
bertanya : “Wahai Rasulullah SAW sebaiknya kita pecat saja
mereka itu. “Beliau menjawab : “Jangan, selama ia masih
mengerjakan salat berjamaah dengan kalian.”
4. Dari Iyadh bin Himarra., ia berkata : “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Penghuni surga itu terdiri dari
tiga kelompok, yaitu: Penguasa yang adil lagi disenangi,
orang yang mengasihi lagi lembut hati kepada sanak keluarga
dan setiap muslim, serta orang miskin yang menjaga
kehormatan dirinya sedang ia mempunyai keluarga.” (HR
Muslim)
WAJIB MENAATI PERINTAH PENGUASA, DAN
MELANGGAR DALAM MAKSIAT.
1. Dari Ibnu Umar ra., dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Seorang
muslim wajib mendengar dan taat terhadap perintah yang
disukainya maupun yang tidak. Kecuali bila ia diperintah
mengerjakan kemaksiatan, maka ia tidak wajib mendengar
dan taat.” (HR Bukhari dan Muslim)
2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Ketika kami berbaiat
(berjanji
setia) kepada Rasulullah SAW untuk selalu mendengar dan
taat, beliau bersabda kepada kami : “Sebatas
kemampuanmu.” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah
SAW bersabda : “Siapa saja yang melepaskan diri dari
ketaatan, pada hari kiamat ia akan bertemu Allah tanpa dapat
mengajukan alasan. Dan siapa saja yang meninggal dunia
sedang di lehernya tidak ada tanda bai’at (janji setia),
maka
ia mati seperti pada zaman Jahiliyyah.” (HR Muslim)
4. Dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Dengar
dan taatilah ! Walau yang mnguasaimu seorang budak
Etiopia, yang bentuk kepalanya hanya seperti biji kurma.”
(HR
Bukhari)
5. Dari Abi Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Kamu harus selalu mendengar dan taat kepada penguasa,
baik dalam hal yang sulit, menyenangkan, dan menjemukan,
Walaupun ia tidak memperdulikan kamu.” (HR Muslim)
6. Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata : Pernah kami
berpergian bersama Rsulullah SAW, lalu kami berhenti untuk
membuat kemah. Di antara kami ada yang memperbaiki
kemah dan ada yang bermain panah. Ada pula yang
menggembala ternak yang kami kendarai. Tiba-tiba muazin
Rasulullah SAW berseru : “Mari kita salat berjamaah.
“Setelah
menunaikan salat, kami mendekat kepada Rasulullah SAW,
dan bersabda : “Tidak ada satu Nabi pun sebelum aku
melainkan ia berkewajiban menunjukkan kebaikan, dan
memperingatkan kejahatan kepada umatnya. Dan
sesungguhnya bagi umat ini pada mulanya ditentukan
keselamatan, tetapi pada akhrnya banyak cobaan dan hal-hal
yang tidak diingini. Kemudian datanglah fitnah-fitnah yang
sebelumnya dianggap ringan dibanding yang berikutnya. Pada
saat fitnah itu datang, orang yang beriman berkata : “Inilah
yang membinasakan aku.” Kemudian hilanglah fitnah itu dan
datang lagi. Sehingga orang yang beriman berkata “Inilah,
inilah yang membinasakan aku. “Maka siapa saja yang ingin
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, hendaklah
meneguhkan keimanan kepada Allah dan hari akhir. Dan
memperlakukan sesama manusia sebagaimana ia senang
diperlakukan seperti itu. Siapa saja yang telah berbai’at
(berjanji setia) kepada seorang penguasa, serta telah
menumpahkan kepercaayaannya, ia harus mentaatinya
dengan sekuat tenaga. Apabila ada orang lain yang
bermaksud merebut kekuasaannya, maka penggallah leher
orang itu.” (HR Muslim)
7. Dari Abu Hunaidah Wail bin Hujr ra., ia berkata : Salamah
bin
Yazid Al-Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah SAW : Wahai Nabi
Allah bagaimana pendapat Anda seandainya pemimpin di
antara kami menuntut hak kepada kami, tetapi tidak mau
memenuhi hak kami. Apa yang Engkau perintahkan kepada
kami? Beliau semula mengabaikan pertanyaan itu. Kemudian
Salamah mengulanginya, maka Rasulullah SAW bersabda :
“Dengarkan dan taatilah mereka! Sesungguhnya mereka akan
dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban mereka, dan
kamu juga akan dimintai pertanggungjawaban atas
kewajibanmu.” (HR Muslim)
8. Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Sepeninggalku akan muncul orang yang
mementingkan diri sendiri dan hal-hal yang kamu anggap
mungkar. “Para sahabat bertanya : “wahai Rasulullah, apa
yang Engkau perintahkan untuk kami?” beliau menjawab :
“Kamu harus menunaikan kewajibanmu dan mohonlah kepada
Allah atas apa yang menjadi hakmu!” (HR Bukhari dan
Muslim)
9. Dari Abi Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Siapa saja yang taat kepadaku, ia telah taat kepada Allah,
dan siapa saja yang durhaka kepadaku, ia telah durhaka
kepada Allah. Siapa saja yang taat kepada pemimpinnya, ia
telah taat kepadaku, dan siapa saja yang durhaka kepada
pemimpinnya, ia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
10. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Siapa saja yang benci terhadap tindakan
penguasanya, hendaklah ia sabar! Sesungguhnya orang yang
meninggalkan raja (membelot) walau hanya sejengkal, ia
akan mati pada jaman jahiliyyah.” (HR Bukhari dan Muslim)
11. Dari Abu Bakrah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang menghina
penguasanya, Allah akan menghinakan dirinya.” (HR Tirmidzi)
Larangan untuk meminta jabatan
kecuali ditunjuk atau dalam terpaksa
1. Dari Abu Sa’id Abdurrahman bin Samurah ra., ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila kamu
diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat
pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kamu
diberi jabatan karena memintanya, jabatan itu diserahkan
sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah terhadap suatu
perbuatan, kemudian kamu melihat ada perbuatan lain yang
lebih baik, maka kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu
dan tebuslah sumpahmu.” (HR Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Dzar ra., ia berkata : Rasulullah saw, bersabda
:
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya aku melihatmu seorang yang
lemah, dan aku mencintai kamu sebagaimana aku mencintai
diriku. Janganlah kamu menjadi pejabat, walau terhadap dua
orang, dan janganlah kamu mengelola harta anak yatim.” (HR
Muslim)
3. Dari Abu Dzar ra., ia berkata : Saya bertanya kepada
Rasullulah : “Mengapa beliau menepuk bahu saya, kemudian
bersabda : “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu orang yang
lemah, sedangkan jabatan adalah suatu kepercayaan, yang
pada hari kiamat merupakan suatu kehinaan dan penyesalan.
Kecuali bagi pejabat yang dapat memanfaatkan hak dan
menunaikan kewajiban sebaik-baiknya.” (HR Muslim)
4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Sesungguhnya kalian berambisi memegang suatu jabatan,
tetapi pada hari kiamat jabatan itu menjadi penyesalan.”
(HR.
Bukhari)
Mengangkat bawahan yang saleh dan
tidak bergaul dengan orang jahat
1. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., ia berkata :
Rasulullah
SAW bersabda : “Allah tidak mengutus seorang Nabi dan
khalifah yang menggantikannya, melainkan ada dua orang
yang sangat dekat dengannya, yang satu menganjurkan agar
selalu berbuat baik, dan yang lain menganjurkan untuk selalu
berbuat kejahatan. Dan orang yang maksum adalah yang
dijaga oleh Allah.” (HR. Bukhari)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang
penguasa, Allah menjadikan baginya pembantu yang jujur
sebagai pembimbing ketika ia khilaf dan membantunya ketika
ia ingat. Dan jika Allah menghendaki lain, Allah jadikan
baginya pembantu yang jahat. Apabila penguasa itu lupa, ia
tidak mengingatkannya dan apabila penguasa itu ingat, ia
tidak mau membantunya.” (HR Abu Daud)
Keutamaan Malu
1. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : Rasulullah SAW melewati
seorang Anshar yang sedang memberi nasihat kepada
saudaranya karena pemalu, lalu beliau SAW bersabda :
“Biarka ia pemalu! Sesugguhnya pemalu itu sebagian dari
iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Imran bin Hushain ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.”
(HR Bukhari dan Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Cabang iman ada enam puluh lebih, atau tujuh puluh lebih,
yang paling utama adalah ucapan LAA ILAAHA ILLALLAAH
(Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah
adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu adalah
bagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
sangat pemalu, melebihi seorang gadis yang dipingit. Ketika
melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat
mengetahui melalui raut wajahnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sedangkan malu adalah bagian dari iman.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Para ulama berpendapat : “Hakikat malu adalah budi pekerti
yang mengajak agar meninggalkan kejelekan dan mencegah dari
mengurangi hak orang lain.”
Dalam riwayat Abul Qasim Al Junaid ra., ia berkata : “Malu
adalah memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri
sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang
dinamakan malu.”
MENYIMPAN RAHASIA
1. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata : Rasulullah
SAW
bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling hina di sisi Allah
pada hari kiamat adalah suami atau isteri yang bersetubuh
kemudian menyebarkan rahasianya.” (HR.Muslim)
2. Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata : Ketika Hafshah
putri
Umar menjadi janda, Umar berkata : “Saya bertemu dengan
Utsman bin Affan ra., lalu saya tawarkan Hafshah
kepadanya.” Umar berkata : “Jika engkau mau, akan saya
nikahkan dengan Hafshah putri saya.” Utsman bin Affan
menjawab : “Beri saya kesempatan berpikir.” Selang
beberapa hari ia menemui Umar dan berkata : “Saya tidak
akan menikah saat ini.” Kemudian Umar bertemu Abu Bakar
Ash-Shiddiq ra., dan berkata kepadanya : “Jika engkau mau,
akan saya nikahkan dengan putriku, Hafshah.” Abu Bakar ra.
diam, tidak memberikan jawaban apa-apa kepada Umar.
Sehingga Umar merasa lebih tersinggung daripada penolakan
Utsman. Selang beberapa hari Nabi SAW melamar Hafshah,
dan langsing dinikahkan. Kemudian Abu Bakar menemui Umar
dan berkata : “Mungkin engkau tersinggung saat menawarkan
Hafshah kepada saya sedang saya tidak memberi jawaban.”
Umar menjawab : “Ya.” Abu Bakar berkata lagi : “Sungguh
tidak ada yang menghalangi saya menerima tawaran itu.
Hanya saja, saya telah mengetahui, bahwa Nabi SAW
menyebut-nyebutnya. Dan saya tidak mau menyebarluaskan
rahasia Rasulullah SAW Seandainya Nabi SAW tidak ingin
mengambil Hafshah sebagai isteri beliau, niscaya saya akan
menerimanya.” (HR.Bukhari)
3. Dari Aisyah ra., ia berkata : Ketika kami, para isteri
Nabi
SAW, berada di sekelilingnya, datanglah Fatimah ra. yang
jalannya mirip Rasulullah SAW Ketika beliau melihatnya,
langsung disambut seraya bersabda : “Selamat datang
anakku.” Beliau menyuruhnya duduk di sebelah kanan atau
kiri beliau seraya membisikkan sesuatu di telinganya.
Kemudian Fathimah ra. menangis keras sekali. Beliau kasihan
melihatnya, lantas membisikkan sesuatu lagi dan ia (Fatimah)
tertawa. Maka saya berkata kepadanya : “Rasulullah SAW
mengistimewakan kamu dengan rahasia-rahasia melebihi
kepada isteri-isterinya, tetapi lalu kenapa kamu menangis.
Ketika Rasulullah SAW telah pergi, saya (Aisyah) bertanya
kepadanya : “Apa yang dibisikkan Rasulullah SAW kepadamu
?” Fatimah menjawab : Saya tidak akan menyebarluaskan
rahasia Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah
mengulangi pertanyaannya : “Saya benar-benar ingin
mendengar tentang sesuatu yang pernah Rasulullah SAW
sampaikan kepadamu ? “Fatimah menjawab : “Kalau
sekarang, baiklah akan saya katakan. Pada bisikan pertama,
beliau memberitahu bahwa malaikat Jibril SAW setiap tahun
datang untuk mengulangi bacaan Al-Qur’an sekali atau dua
kali. “Tapi dalam waktu dekat ini, ia telah datang dua kali,
dan aku yakin kalau ajalku sudah dekat. Oleh karena itu,
bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah ! Aku adalah
sebaik-baik orang yang meninggalkan kamu.” Oleh sebab itu,
saya menangis seperti yang engkau lihat. Melihat yang
demikian, beliau merasa kasihan dan berbisik untuk kali
kedua. Beliau bersabda : “Wahai Fatimah, apakah kamu tidak
ridha menjadi penghulu penghuni surga ?” Oleh karena itu
saya tertawa seperti yang engkau lihat.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
4. Dari Tsabit bin Anas ra., ia berkata : Rasulullah SAW
menghampiri saya. Waktu itu saya sedang bermain dengan
anak-anak. Beliau mengucapkan salam dan menyuruhku
untuk sebuah keperluan. Sampai aku terlambat datang
kepada ibu. Ketika saya sedang, ibu bertanya : “Apakah yang
menyebabkan kamu terlambat datang ?” Saya menjawab :
“Rasulullah SAW mengutus saya untuk suatu keperluan.” Ibu
bertanya lagi : “Keperluan apa ?” Saya menjawab : “Itu
rahasia.” Ibu berkata : “Kalau begitu kamu jangan
menceritakan rahasia Rasulullah SAW kepada siapa pun.”
Anas berkata : “Demi Allah, andaikan saya boleh beritahu
berita itu kepada seseorang, pasti aku juga akan
memberitahumu hai Tsabit.” (HR.Muslim)
MENEPATI JANJI
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda :
“Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu : Bila berkata ia
dusta, bila berjanji ia ingkar, dan bila dipercaya ia
khianat.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan : “Walaupun ia
berpuasa
dan mengerjakan salat serta beranggapan bahwa dirinya muslim
.”
2. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra. ia berkata : Nabi
SAW
bersabda : “Ada empat perbuatan yang apabila seseorang
melakukannya, ia benar-benar orang munafik. Dan siapa saja
yang mengerjakan salah satu dari perbuatan itu, berarti ia
telah mengerjakan salah satu dari perbuatan nifak, sampai ia
meninggalkannya, yaitu : Apabila dipercaya ia berkhianat,
apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia melanggar, dan
apabila berdebat ia melampaui batas.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
3. Dari Jabir ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
kepada
saya : “Jika harta dari Bahrain datang aku akan memberimu
sekian, sekian dan sekian. Namun, sampai Nabi SAW wafat
harta dari Bahrain belum juga datang. Ketika harta dari
Bahrain datang, Abu Bakar ra. menyuruh seseorang
mengumumkan : “Siapa saja yang dijanjikan atau
menghutangi Rasulullah SAW, hendaknya datang kepada
kami. “ Saya berkata kepada Abu Bakar ra. : “Sesungguhnya
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada saya begini dan
begini. Maka Abu Bakar mengambil dua genggam lalu
diberikan kepada saya lalu saya hitung uang itu ternyata
sebanyak lima ratus. Abu Bakar lantas berkata : “Ambillah
dua kali itu.” (HR.Bukhari dan Muslim)
MENJAGA KEBIASAAN AMAL BAIK
1. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra., ia berkata :
Rasulullah
SAW bersabda : “Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si
Fulan ! Ia selalu bangun untuk salat malam, kemudian
ditinggalkannya kebiasaaan itu.” (HR.Bukhari dan Muslim)
SUNNAH BERKATA BAIK DAN BERWAJAH
CERIA
1. Dari Adiy bin Hatim ra., ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda
: “Takutlah kalian terhadap api neraka, walaupun hanya
dengan menyedekahkan separuh biji kurma. Apabila tidak
mendapatkannya, cukup dengan berkata baik.” (HR.Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi SAW bersabda :
“Bertutur kata yang baik adalah sedekah.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
3. Dari Abu Dzar ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda
kepada saya : “Janganlah sekali-kali meremehkan perbuatan
baik, walaupun menyambut saudaramu dengan muka ceria.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
SUNNAH MEMPERJELAS PERKATAAN
1. Dari Anas ra., ia berkata : Apabila Nabi SAW mengatakan
sesuatu, biasanya mengulanginya tiga kali hingga benarbenar
dapat dimengerti. Dan apabila beliau mendatangi suatu
kaum, biasanya mengucapkan salam kepada mereka
sebanyak tiga kali.” (HR.Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata : “Perkataan Rasulullah
adalah
ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya,
pasti dapat memahaminya.” (HR.Abu Daud)
MENDENGARKAN NASIHAT ORANG ALIM
1. Dari Jarir bin Abdullah ra., ia berkata : Pada waktu haji
Wada’
Rasulullah SAW menyuruh saya agar orang-orang
memperhatikan dan mendengarkan nasihatnya. Kemudian
beliau bersabda : “Janganlah sepeninggalku kalian menjadi
kafir lagi, kemudian di antara kalian saling memenggal leher
yang lain.” (HR.Bukhari dan Muslim)
MEMBERI NASIHAT BILA PERLU
1. Dari Abu Wail Syaqiq bin Salamah, ia berkata : “Setiap
hari
Kamis, Ibnu Mas’ud ra., biasa memberi nasihat kepada kami.
Waktu itu ada yang usul : “Wahai Abu Abdurrahman, saya
lebih senang apabila kamu mau menasehati kami setiap hari.”
Ibnu Mas’ud menjawab : “Sebenarnya saya bisa memberi
nasihat setiap hari. Hanya saja, saya khawatir kalau kalian
menjadi bosan. Saya sengaja membatasinya sebagaimana
Rasulullah SAW melakukannya kepada kami. Beliau juga
khawatir kalau kami merasa bosan.” (HR.Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Yaqdhan Ammar bin Yasir ra., ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya
lamanya salat seseorang dan singkatnya khutbah,
membuktikan pandainya seseorang dalam masalah agama.
Oleh karena itu, perpanjanglah waktu salat dan persingkatlah
khutbah.” (HR.Muslim)
3. Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Salamiy ra., ia berkata :
“Ketika kami salat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada
orang yang bersin dan saya mengucapkan : YARHAMUKALLAH
(Semoga Allah memberi rahmat kepadamu). Spontan orangorang
membelalakkan matanya kepada saya, maka saya
berkata : Aduh alangkah kecewanya aku, dan aku bertanya :
“Kenapa kalian memandangku seperti itu ?” Kemudian
mereka menepukkan tangannya pada paha mereka. Ketika
saya lihat, mereka bermaksud agar saya diam, saya pun
terpaksa diam. Ketika Rasulullah SAW selesai salat – demi
ayah dan bundaku- tidak pernah saya melihat seorang
pendidik lebih baik daripada beliau, baik sebelum maupun
sesudahnya. Demi Allah, beliau tidak membentak, memukul,
maupun memaki saya, bahkan beliau bersabda :
“Sesungguhnya di dalam salat tidak boleh bercakap-cakap
dengan sesama manusia walaupun hanya sepatah kata.
Sebab salat itu untuk membaca tasbih, takbir dan ayat-ayat
Al-Qur’an.” Hal itu sama dengan sabda Rasulullah SAW
sewaktu saya berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
baru saja saya melewati masa Jahiliyah, dan sekarang Allah
telah mendatangkan Islam. Sebenarnya masih ada di antara
kami orang-orang yang masih suka mendatangi dukun.
Bagaimana pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Kamu jangan
mendatangi mereka ! “ Saya bertanya lagi : “Bagaimana
pendapatmu jika di antara kami masih ada orang-orang yang
suka meramal ?” Beliau menjawab : “Itu hanya perasaan
mereka. Oleh karena itu, jangan sampai kepercayaan mereka
itu menghalangi perbuatan baik.” (HR.Muslim)
4. Dari Al-Irbadh bin Sariya ra., ia berkata : “Rasulullah
SAW
pernah memberi nasihat yang dapat menggetarkan hati, dan
dapat mencucurkan air mata.” (perawi tidak disebutkan)
HIDUP TENANG
1. Dari Aisyah ra., ia berkata : “Saya tidak pernah melihat
Rasulullah SAW tertawa dengan bebas, sampai terlihat
langitlangit
mulutnya. Biasanya beliau hanya tersenyum.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
SUNNAH MENDATANGI SALAT, PENGAJIAN DAN
IBADAH-IBADAH LAIN DENGAN TENANG
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salat sudah dimulai,
janganlah kalian menghadirinya terburu-buru, tetapi
datangilah dengan tenang. Apapun yang masih bisa kamu
kejar dalam berjama’ah ikutilah, dan apa yang kurang,
sempurnakanlah.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim ada tambahan : “Karena, apabila salah
seorang di antara kalian sudah bermaksud mendatangi salat,
maka
ia dianggap seperti sudah berada dalam salat.”
2. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Pada hari Arafah, ia
turun
bersama Nabi SAW Kemudian dari arah belakang, beliau
mendengar ada orang-orang yang memukuli untanya sambil
membentak, sambil memberi isyarat dengan cambuknya.
Beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia, seharusnya kalian
senantiasa tenang ! Sesungguhnya kebaikan itu bukan hanya
dengan menyia-nyiakan yang lain.” (HR.Bukhari)
MEMULIAKAN TAMU
1. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali
persaudaraan. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam !”
(HR.Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr (Al-Khuza’i) ra., ia
berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Siapa
saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tamu pada saat istimewanya.” Para sahabat
bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah saat istimewanya ?”
Beliau menjawab : “Hari dan malam pertamanya. Bertamu itu
adalah tiga hari, selebihnya adalah sedekah.” (HR.Bukhari
dan
Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Orang muslim tidak boleh
tinggal di tempat saudaranya, sehingga menyebabkan
saudaranya
itu berdosa.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah,
bagaimana
ia bisa menyebabkan saudaranya berdosa ?” Beliau bersabda :
“Ia
tinggal di tempat saudaranya, sedangkan saudaranya tidak
mempunyai hidangan yang bisa disuguhkan.”
SUNNAH IKUT BERGEMBIRA DAN
MENGUCAPKAN “SELAMAT” KEPADA ORANG
YANG MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN
1. Dari Abu Ibrahim (Abu Muhammad/ Abu Mu’awiyah Abdullah
bin Abu Aufa) ra., ia berkata : “Rasulullah SAW
menyampaikan berita gembira kepada Khadijah, yaitu rumah
yang terbuat dari mutiara di surga. Di dalamnya tidak ada
keributan dan kesukaran.” (HR.Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Musa Al-Asy’ariy ra., ia berkata : “Suatu hari,
saya
berwudhu di rumah, kemudian saya pergi dan berkata dalam
hati : “Hari ini saya akan selalu mendampingi dan menyertai
Rasulullah SAW” Ia terus ke masjid dan menanyakan
Rasulullah SAW Para sahabat menjawab : “Beliau ada di
sana.” Abu Musa menuju arah yang ditunjukkan itu dan
mencari-cari beliau sehingga menuju ke sumur Aris.
Sesampainya saya duduk di depan pintu menunggu sampai
Rasulullah selesai hajat dan berwudhu. Setelah itu saya
mendekati beliau, yang sedang duduk di tepi sumur dan
menurunkan kedua kakinya ke sumur. Kemudian saya
memberi salam kepada beliau, dan kambali ke depan pintu.
Saya berkata dalam hati : “Hari ini saya benar-benar menjadi
penjaga pintu Rasulullah SAW” Kemudian Abu Bakar ra.
datang dan mengetuk pintu, saya bertanya : “Siapa ini?” Ia
menjawab : “Abu Bakar.” Saya berkata : “Tunggu sebentar !”
Saya mendatangi Rasulullah SAW dan berkata : “Wahai
Rasulullah, Abu Bakar minta izin untuk masuk.” Beliau
bersabda : “Izinkan dia untuk masuk dan gembirakanlah
dengan surga.” Maka saya menyambut Abu Bakar dan
berkata : “Silahkan masuk ! Rasulullah SAW menggembirakan
kamu dengan surga.” Abu Bakar pun masuk dan duduk di
sebelah kanan Nabi SAW sambil menurunkan kedua kakinya
ke sumur sebagaimana yang diperbuat Rasulullah SAW
Kemudian saya kembali ke pintu dan duduk sambil mengingat
saudaraku yang sedang berwudhu dan akan menyusul saya.
Saya berkata dalam hati : “Seandainya Allah menghendaki
kebaikan pada Fulan, maka Allah juga menghendaki kebaikan
kepada saudaranya, mudah-mudahan ia akan datang kemari.”
Tiba-tiba ada seorang yang menggerakkan pintu, maka saya
bertanya : “Siapa itu ?” Ia menjawab : “Umar bin Khaththab.”
Saya menyuruhnya menunggu. Saya mendatangi Rasulullah
SAW Setelah mengucapkan salam, saya berkata : “Umar
minta izin untuk masuk.” Beliau bersabda : “Izinkan dia
masuk dan gembirakanlah dia dengan surga.” Maka saya
menyambut Umar dan berkata : “Silahkan masuk ! Rasulullah
SAW menggembirakan kamu dengan surga.” Umar pun
masuk dan duduk di sebelah kiri Rasulullah SAW di tepi
sumur, serta menurunkan kedua kakinya ke sumur. Kemudian
saya kembali ke pintu dan duduk sambil berkata dalam hati :
“Seandainya Allah menghendaki kebaikan kepada Fulan, maka
Allah juga menggerakkan hati saudaranya untuk datang
kemari.:” Tiba-tiba datanglah seseorang dan menggerakkan
pintu. Saya bertanya : “Siapa ini?” Ia menjawab : “Utsman
bin Affan.” Saya menyuruh untuk menunggu. Saya
mendatangi Nabi SAW dan memberitahu, bahwa Utsman
minta izin untuk masuk. Maka beliau bersabda : “Izinkan dia
masuk dan gembirakan ia dengan surga, tetapi ia nanti akan
terkena musibah.” Maka saya menyambut Utsman dan
berkata : “Silahkan masuk ! Rasulullah SAW menggembirakan
kamu dengan surga, tetapi nanti kamu akan tertimpa suatu
musibah.” Utsman pun masuk, tetapi tepi sumur itu sudah
penuh. Sehingga ia duduk di depan mereka sebelah kiri.”
Sa’id bin Al-Musayyab berkata : “Saya menakwilkannya
(tempat duduk mereka) dengan kuburan mereka.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain ditambahkan : “Rasulullah SAW menyuruh
saya untuk menjaga pintu. Ketika berita itu disampaikan
kepada
Utsman, ia memuji Allah Ta’ala dan berkata : “Hanya
Allah-lah
yang dapat dimintai pertolongan.”
3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Ketika kami duduk di
sekeliling Rasulullah SAW bersama dengan Abu Bakar, Umar
dan sahabat-sahabat yang lain, tiba-tiba Rasulullah SAW
berdiri dan meninggalkan kami. Kami menunggu beliau, tetapi
tak kunjung kembali. Kami khawatir dan cemas kalau-kalau
ada sesuatu yang menimpa diri beliau, maka kami semua
berdiri dan sayalah orang pertama yang merasa cemas.
Kemudian saya keluar dan mencari Rasulullah SAW Ketika
sampai pada pagar tembok seorang sahabat Anshar dari Bani
Najjar, saya mencari-cari pintu tetapi tidak menemukannya.,
hanya ada sebuah parit yang masuk ke balik tembok yang
menghubungkan dengan sumur yang berada di luar. Saya
menerobosnya, sehingga dapat masuk dan menjumpai
Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda : “Wahai Abu
Hurairah.” Saya menjawab : “Ya, wahai Rasulullah SAW ?”
Beliau bertanya : “Ada apa ?” Saya menjawab : “Tadi engkau
berada di tengah-tengah kami kemudian engkau berdiri dan
meninggalkan kami, kami khawatir kalau-kalau ada sesuatu
yang menimpamu. Kami semua merasa cemas. Oleh karena
itu, saya datang ke pagar tembok ini dan menerobosnya
seperti kijang. Sesungguhnya di balik tembok ini banyak
orang yang menunggu.” Beliau bersabda : “Wahai Abu
Hurairah, sambil memberikan kedua sandalnya kepadaku,
pergilah dengan membawa kedua sandalku ini. Siapa saja
yang kamu jumpai di balik tembok ini yang bersaksi dengan
sepenuh hati, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, maka
gembirakanlah ia dengan surga . . .” (HR.Muslim)
4. Dari Abu Syumasah, ia berkata: “Menjelang wafatnya ‘Amr
bin Al-‘Ash ra., kami mengunjunginya. Waktu itu ia sedang
menangis tersedu-sedu dan memalingkan mukanya ke arah
dinding, sehingga puteranya berkata: ‘Wahai ayahku,
bukankah Rasulullah SAW, pernah menyampaikan berita
gembira kepadamu dengan ini, bukankah Rasulullah SAW,
pernah menyampaikan berita gembira dengan itu?” Kemudian
‘Amr memandang anaknya dan berkata: “Sesungguhnya
sebaik-baik yang kami persiapkan adalah suatu persaksian,
bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Saya telah mengalami tiga zaman. Pertama,
saya pernah membenci Rasulullah SAW Barangkali tidak ada
seorang pun yang membencinya melebihi aku. Waktu itu tidak
ada yang aku inginkan kecuali membunuh beliau. Seandainya
saya meninggal pada waktu itu, aku pasti termasuk ahli
neraka. Kedua, ketika Allah memasukkan Islam di hatiku,
kemudian saya mendatangi Nabi SAW, dan berkata:
“Ulurkanlah tangan kananmu, karena saya akan berbaiat
(berjanji setia) kepadamu.” Setelah beliau mengulurkan
tangan kanannya, saya menariknya. Beliau bertanya: “Ada
apa wahai ‘Amr?” Saya menjawab: “Saya ingin mengajukan
syarat.” Beliau bertanya: “Syarat apakah yang kamu
maksud?” Saya menginginkan diampuni dosa saya.” Beliau
bersabda: “Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa Isalm itu
menghapus dosa-dosa sebelumnya, hijrah itu menghapus kan
dosa-dosa sebelumnya, demikian pula dengan haji, juga
menghapuskan dosa-dosa sebelumnya?” Pada waktu itu, tidak
ada seorangpun yang saya cintai melebihi cinta saya kepada
Rasulullah SAW, dan tidak ada orang yang lebih mulia
dihadapan saya melebihi beliau, sehingga saya tidak mampu
untuk memandang beliau dengan kedua mata, karena saya
sangat mengagungkannya. Sekiranya saya diminta untuk
menerangkan sifat-sifat beliau, niscaya saya tidak mampu
untuk menerangkannya, karena saya tidak memandang beliau
dengan kedua mata saya. Seandainya waktu itu meninggal,
niscaya besarlah harapan saya termasuk ahli surga. Ketiga,
ketika memegang beberapa jabatan, saya sendiri tidak tahu
bagaimana sebenarnya keadaan diri saya. Oleh karena itu,
apabila saya meninggal , janganlah diiringi dengan tangisan
dan api. Apabila kamu mengubur saya, maka cepat-cepat
timbunilah dengan tanah, kemudian berdirilah kalian di
sekitar kuburku kira-kira selama tukang jagal menyembelih
dan membagi-bagikan dagingnya, sehingga saya merasa
senang dengan adanya kalian, sambil saya berpikir apa yang
harus saya jawabkan kapada utusan Tuhanku.” (HR. Muslim)
Berpesan dan mendoakan ketika
berpisah
1. Hadis Zaid bin Arqa ra. (ini juga sudah disebutkan pada
bab
“Memuliakan keluarga Rasulullah SAW”) ia berkata:
“Rasulullah SAW, berdiri ditengah-tengah kami untuk
menyampaikan khutbah. Setelah memuji dan menyanjung
Allah serta memberi nasihat dan peringatan, beliau bersabda:
“Oleh karena itu ingatlah wahai sekalian manusia!
Sesungguhnya aku adalah manusia biasa, barangkali utusan
Tuhanku datang dan aku harus menyambutnya. Aku
tinggalkan dua hal yang berat kepada kalian. Pertama,
Kitabullah (Al-Quran) yang didalamnya penuh dengan
petunjuk dan cahaya, maka pergunakanlah dan pegang teguh
Al-Quran.“ Beliau sangat menganjurkan dan mendorong agar
kita selalu berpegang teguh pada Al-Kitab. Beliau bersabda
lagi: “Dan ahli bait (keluarga)ku, aku peringatkan kalian
dengan nama Allah tentang ahli baitku.” (HR. Muslim)
2. Dari Abu Sulaiman Malik bin A-Huwairits ra., ia berkata:
“Kami dan beberapa pemuda tinggal di tempat Rasulullah
selama dua puluh hari. Rasulullah SAW, seseorang yang
sangat penyayang dan lembut hati. Beliau menyangka, bahwa
kami sudah rindu kepada keluarga kami, maka beliau
menanyakan tentang keluarga yang kami tinggalkan dan kami
pun memberitahukannya. Beliau bersabda: “Kembalilah
kepada keluarga kalian dan tinggallah di tengah-tengah
mereka, serta ajarkan dan suruhlah mereka untuk
mengerjakan salat. Salatlah kalian pada waktu ini dan pada
waktu ini. Apabila waktu salat telah tiba, hendaklah
diantara
kalian mengumandangkan azan dan orang tertua di antara
kalian hendaklah menjadi imam.” Di dalam riwayat Bukhari
terdapat tambahan: “Dan salatlah kalian sebagaimana kalian
melihat cara salatku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata: “Saya minta izin
kepada Nabi SAW, untuk Umrah, kemudian beliau memberi
izin kepadaku dan berpesan: “Wahai saudaraku, jangan
lupakan kami dalam doamu!” Umar berkata: “Kalimat itu, bagi
saya lebih membahagiakan daripada mendapatkan kekayaan
dunia. Dalam riwayat lain dikatakan: “Wahai saudaraku
sertakanlah kami dalam doamu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
4. Dari Salim bin Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
“Abdullah
bin Umar apabila bertemu dengan orang yang akan
bepergian, ia berkata: “Mendekatlah kepadaku, aku akan
menitipkan kepadamu, sebagaimana Rasulullah SAW, selalu
menitipkan kepada kami, kemudian berkata kepadanya: “Aku
menitipkan kepada Allah, agamamu, amanahmu dan
penghabisan amalmu.” (HR. Tirmidzi)
5. Dari Abdullah bin Yazid Al-Khatmiy Ash-Shahabiy ra., ia
berkata: “Apabila Nabi SAW, melepas suatu pasukan, beliau
bersabda: “Aku menitipkan kepada Allah agamamu,
amanahmu, dan penghabisan amalmu.” (HR. Abu Daud)
6. Dari Anas ra., ia berkata: “Ada seseorang datang kepada
Nabi
SAW, dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya
akan bepergian. Oleh karena itu, berilah saya bekal!” Beliau
bersabda: “Semoga Allah membekalimu dengan takwa.” Ia
berkata lagi: “Tambahlah bekal itu!” Beliau bersabda:
“Semoga Allah mengampuni dosamu!” Ia berkata lagi:
“Tambahlah bekal itu!” Beliau bersabda: “Semoga Allah
memudahkan kebaikan padamu dimanapun kamu berada.”
(HR. Tirmidzi)
Istikharah dan musyawarah
1. Dari Jabir ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, mengajarkan
kami
supaya beristikharah dalam segala urusan, sebagaimana
Rasulullah mengajarkan suatu surat Al-Quran, dimana beliau
bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian mempunyai
tujuan dalam suatu urusan, hendaklah ia salat sunnat dua
rakaat kemudian membaca: ‘ALLAHUMMA INNII
ASTAKHIRUKA BI’ILMUKA WA ASTAQDIRUKA BIQUDRATIKA
WA AS-ALUKA MIN FADHLIKAL ‘ADHZIIM FAINNAKA TAQDIRU
WA LAA AQDIRU WA TA’LAMU WA LAA A’LAMU WA ANTA
‘ALAAMUL GHUYUUB ALLAHUMMA INKUNTA TA’LAMU ANNA
HAADZAL AMRA KHAIRUL LII FII DIINII WA MA’ASYII WA ‘AA
QIBATI AMRI’ atau membaca: ‘’AAJILI AMRII WAAJILIHI
FAQDURHULII WAYASSIRHULII TSUMMA BAARIKLII FIIHI WA
INKUNTA TA’LAMU ANNA HAADZAL AMRA SYARRULLII FII
DIINII WAMA’AASYII WA’AAQIBATI AMRI’ atau membaca:
‘’AAJILI AMRII WAAJILIHI FASHRIFHU ‘ANNII
WASHRIFNII’ANHUWAQDURLIL KHAIRA HAITSU KAANA
TSUMMAR DHINIIBIHI.’(Ya.. Allah, sesungguhnya saya mohon
petunjuk dengan pengetahuan-Mu, saya mohon ketetapan
dengan kekuasaan-Mu, dan saya mohon besarnya karunia-
Mu. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa dan aku tidak
kuasa, Engkaulah yang Maha Tahu dan saya tidak tahu, dan
Engkaulah yang Maha Mengetahui segala yang Ghaib. Ya
Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini adalah
baik untuk diriku dalam agamaku, kehidupanku, dan
urusanku(atau mengatakan: baik pada waktu dekat maupun
di kemudian hari) maka takdirkanlah dan mudahkanlah
urusan ini buat diriku. Namun apabila Engkau mengetahui,
bahwa urusanku itu jelek buat diriku dalam agamaku,
kehidupanku, dan akibatnya pada urusanku (atau ia
mengatakan: baik pada waktu dekat maupun di kemudian
hari), maka jauhkanlah urusan itu dariku dan hindarkanlah
aku darinya, serta tentukanlah yang lebih baik untukku
bagaimanapun adanya, kemudian jadikanlah saya orang yang
ridha (puas) dengan ketentuan itu.” Beliau juga bersabda:
“Ia
harus menyebutkan hajatnya.” (HR. Bukhari)
Melewati jalan yang berbeda ketika
berangkat dan pulang beribadah
1. Dari Jabir ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, apabila
pergi salat
hari Raya, beliau melewati jalan yang berbeda sewaktu
berangkat dan pulang.” (HR. Bukhari)
2. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Rasulullah SAW, apabila
pergi,
sering lewat jalan As-Sajarah dan pulang melewati jalan Ats-
Tsaniyatul Ulya dan keluar melewati jalan Ats-Tsaniyatus
Sufla.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sunnat mendahukukan yang kanan
1. Dari Aisyah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, selalu
mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan dalam segala
hal. Seperti bersuci, bersisir, dan memakai sandal.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata: “Tangan kanan Rasulullah
SAW,
digunakan untuk bersuci dan makan, sedangkan kirinya untuk
bercebok dan segala hal yang kotor.” (HR. Abu Daud)
3. Dari Ummu Athiyah ra., ia berkata: Nabi SAW, bersabda
kepada para wanita yang memandikan putrinya (Zainab ra.):
“Dahulukanlah anggota tubuh sebelah kanan, dan
anggotaanggota
wudhunya!” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kallian memakai sandal,
dahulukanlah kaki kanan, dan apabila melepas, dahulukanlah
kaki kiri. Anggota sebelah kanan lebih didahulukan, dan
dilepasnya belakangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Dari Hasfhah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW,
mempergunakan tangan kanan untuk makan, minum, dan
memakai pakaian. Dan mempergunakan tangan kiri untuk
selain itu.” (HR. Abu Daud)
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Apabila kalian memakai pakaian, dan berwudhu, maka
dahulukanlah anggota-anggota tubuh sebelah kanan.” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi)
7. Dari Anas ra., ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW, sampai
di
Mina, dan melempar jumrah, kemudian beliau kembali
kerumahnya, dan menyembelih kurban. Lantas berkata
kepada tukang cukur: “Cukurlah ini!” Sambil menunjuk ke
kepala sebelah kanan, lalu sebelah kiri. Kemudian
membagibagikan
rambut kepada para sahabatnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ketika beliau telah melempar
jumrah dan menyembelih ternak untuk kurban, beliau
memberikan kepala sebelah kanannya kepada tukang cukur
untuk dicukkur. Kemudian beliau memanggil Abu Thalhah Al-
Ansyariy ra., dan memberikan rambut itu kepadanya. Setelah
itu
beliau menyerahkan kepala sebelah kiri, kemudian beliau
memberikan rambutnya kepada Abu Thalhah dan bersabda:
“Bagi-bagikanlah rambut ini kepada para sahabat yang lain!”
Membaca basmalah dan hamdalah
1. Dari Umar bin Salamah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Sebutlah nama Allah (bacalah basmalah), dan
makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah dari
makanan yang dekat dengan kamu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2. Dari Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia
menyebutkan nama Allah Ta’ala. Apabila lupa menyebut
nama-Nya sewaktu memulai makan, hendaklah ia membaca:
“BISMILAHI AWWALAHU WA AKHIRAHU”(Dengan menyebut
nama Allah pada permulaan dan penghabisan makan)!” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi)
3. Dari Jabir ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
SAW,
bersabda: “Apabila seseorang masuk ke rumahnya, lalu
berdzikir kepada Allah Ta’ala ketika ia masuk, dan sewaktu
makan, maka setan berkata (kepada temannya): ‘Kamu tidak
bisa ikut masuk dan kamu tidak bisa ikut makan.’ Dan apabila
seseorang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala ketika masuk
rumahnya, maka setan berkata: ‘kamu dapat mengikutinya
masuk.’ Dan apabila seseorang tidak berdzikir kepada Allah
Ta’ala sewaktu makan, maka setan berkata (kepada
temannya): ‘Kamu bisa ikut makan dan bisa ikut masuk.’”
(HR. Muslim)
4. Dari Hudzaifah ra., ia berkata: Apabila kami makan
bersama
Rasulullah SAW, kami tidak berani meletakkan tangan ke
tempat makanan sebelum Rasulullah SAW, meletakkannya
terlebih dahulu. Suatu saat, ketika kami akan makan bersama
beliau, tiba-tiba datanglah seorang wanita tergesa-gesa,
seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya. Ia langsung
meletakkan tangannya ke tempat makanan, tetapi Rasulullah
SAW, memegang tangannya. Kemudian datanglah seorang
Badui terburu-buru seakan-akan ada sesuatu yang
mendorongnya. Ia langsung meletakkan tangannya ke tempat
makanan, maka dengan cepat Raslullah SAW, memegang
tangannya, seraya bersabda: “Sesungguhnya setan itu
merebut makanan yang tidak disebut nama Allah.
Sesungguhnya setan datang bersama-sama wanita ini untuk
merebut makanan, maka aku pegang tangannya. Kemudian ia
datang bersama-sama orang Badui ini untuk merebut
makanan, maka kau pegang tangannya. Demi Zat yang
jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya tangan
setan ini saya pegang bersama-sama kedua tangan orang
ini.” Kemudian Rasulullah menyebut nama Allah Ta’ala dan
memulai makan.” (HR. Muslim)
5. Dari Umayya bin Makhsyiy Ash-Shahabiy ra., ia berkata:
“Ketika Rasulullah SAW, duduk ada seseorang makan tanpa
menyebut nama Allah, sehingga hampir habis makanannya,
hanya tinggal sesuap. Ketika ia akan menyuapkan ke
mulutnya ia membaca: BISMILAHI AWWALAHU WA
AKHIRAHU.” Melihat yang demikian Nabi SAW, tersenyum dan
bersabda: “Setan itu selalu makan bersamanya, namun ketika
ia menyebut nama Allah, maka setan itu memuntahkan apa
yang ada dalam perutnya.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i)
6. Dari Aisyah ra., ia berkata: Ketika Rasulullah SAW, sedang
makan bersama enam orang sahabatnya, seorang Badui
datang dan makan sebanyak dua kali suapan. Kemudian
Rasulullah SAW, bersabda: “Seandainya ia menyebut nama
Allah, niscaya mkanan itu cukup untuk kallian.” (HR.
Tirmidzi)
7. Dari Abu Umamah ra., ia berkata: Apabila Nabi SAW,
mengangkat hidangannya, beliau membaca: ‘ALHAMDU
LILLAAHI HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN
FIIHI GHAIRA MAKFIYYIN WALAA MUSTAGHNAN ‘ANHU
RABBANAA’(Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak
dan baik serta penuh berkah yang tiada terbalas dan sangat
dibutuhkan, wahai Tuhan kami).” (HR. Bukhari)
8. Dari Muadz bin Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda: “Siapa saja yang telah makan, kemudian
membaca: ‘ALHAMDULILLAAHI ATH ‘AMANII HAADZAA
WARAZAQINIIHI MIN GHAIRI HAULIN MINNII WALAA
QUWWATIN’(Segala puji bagi Allah, Zat yang telah memberi
makanan ini kepada saya, dan telah mengkaruniakan rezeki
dengan tiada daya dan kekuatan dari diri saya), maka
diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Daud
dan tirmidzi)
Dilarang mencela makanan
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah tidak
pernah
mencela makanan. Apabila beliau menyukainya, beliau
memakannya, dan apabila tidak menyenanginya, maka
meninggalkan makanan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Jabir ra., ia berkata: Nabi SAW, pernah menanyakan
lauk
kepada keluarganya, kemudian mereka menjawab: “Kami
tidak mempunyai apa-apa selain cuka.” Maka beliau meminta
cuka itu, dan makan berlauk cuka, seraya bersabda:
“Sebaikbaik
lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR.
Muslim)
Sikap orang yang berpuasa
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian diundang, hendaklah
ia
menghadirinya. Jika ia sedang berpuasa, hendaklah ia
mendoakan, dan jika tidak berpuasa hendaklah ia makan.”
(HR. Muslim)
Sikap orang yang diundang makan
2. Dari Abu Mas’ud A-Badriy ra., ia berkata: “Ada seseroang
mengundang Nabi SAW, untuk jamuan makan yang disiapkan
bagi lima orang, kemudian ada seseorang yang mengikuti
mereka. Ketika sampai di muka pintu, Nabi SAW, menjelaskan
kepada orang yang mengundangnya: “Sesungguhnya orang
ini mengikuti kami, maka terserah kamu. Apabila kamu suka,
izinkanlah orang ini, apabila tidak, biarlah orang ini
pulang!”
Oarang yang mengundang itu berkata: “Wahai Rasulullah,
saya mengizinkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adat makan
1. Dari Umar bin Abu Salamah ra., ia berkata: “Waktu kecil,
saya diasuh Rasulullah SAW, dan pernah mengulurkan tangan
untuk mengambil makanan yang terletak di piring, kemudian
beliau bersabda kepada saya: “Wahai anak muda, sebutlah
nama Allah Ta’ala serta makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah dari makanan yang dekat dengan kamu!” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Dari Salamah bin Al-Akwa ra., ia berkata: Ada seseorang
makan di hadapan Rasulullah SAW, dengan menggunakan
tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan
tangan kananmu!” Ia menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau
bersabda: “Kamu tidak bisa, karena kesombonganmu.”
Setelah itu orang tersebut tidak bisa mengangkat tangannya
ke mulut.” (HR. Muslim)
Larangan makan kurma atau sejenis dua
butir sekaligus
1. Dari Jabalah bin Suhaim, ia berkata: “Kali tertentu, kami
bersama dengan Ibnu Zubair mengalami musim paceklik.
Tiba-tiba kami mendapatkan rezeki kurma. Waktu Abdullah
bin Umar ra., lewat, ia mendapati kami sedang makan kurma.
Kemudian ia berkata: “Janganlah kalian makan dua butir
kurma atau lebih sekaligus! Sesungguhnya Nabi SAW,
melarang untuk makan dua butir kurma atau lebih sekaligus.”
Kemudian ia berkata lagi: “Kecuali orang itu minta izin
kepada
kawannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tuntunan bagi orang yang makannya
tidak kenyang
1. Dari Wahsyiy bin Harb ra., ia berkata: Para sahabat
berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami sudah makan, tetapi
Beliau kenyang,.” Beliau bersabda: “Mungkin kalian makan
sendiri-sendiri.” Mereka menjawab: “Benar.“ Beliau bersabda
lagi: “Berkumpullah kalian kalau makan, dan sebutlah nama
allah Ta’ala! Niscaya kalian mendapat berkah dalam makanan
itu.” (HR. Abu Daud)
Mengambil makanan dari pingir
piringan atau bejana
1. Dari Ibnu Abbas ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Berkah
itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari
pinggir, janganlah memulai dari tengahnya!” (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi)
2. Dari Abdullah bin Busrin ra., ia berkata: “Nabi SAW,
mempunyai bejana besar, yang disebut Al-Gharra’ yang
biasanya diangkat oleh empat orang. Suatu saat, ketika para
sahabat selesai salat Dhuha, diangkatlah bejana besar itu,
yang didalamnya penuh makanan. Para sahabat berkerumun
di sekeliling bejana itu. Ketika sudah banyak, Rasulullah
SAW,
duduk bersila.” Kemudian ada seorang Badui yang bertanya:
”Ada selamatan apa ini?” Rasulullah SAW, menjawab:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai hamba
yang bermurah hati, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai
hamba yang sombong dan kejam.” Kemudian Rasulullah SAW,
bersabda: “Makanlah dari pinggirnya, dan biarkan tengahnya,
niscaya kamu diberi berkah.” (HR. Abu Daud)
Makruh makan dengan bersandar
1. Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW, bersabda: “Aku tidak pernah makan dengan
bersandar.” (HR. Bukhari)
2. Dari Anas ra., ia berkata: “Saya melihat Rasulullah SAW,
duduk dengan lutut berlekuk sambil makan kurma.” (HR.
Muslim)
Sunnar ketika makan
1. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian makan, janganlah ia
mengusap jari-jarinya sebelum membersihkan sisa-sisa
makanan yang menempel!” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Ka’ab bin Malik ra., ia berkata: “Saya melihat
Rasulullah
SAW, makan dengan tiga jari. Setelah selesai, beliau
menjilat
sisa-sisa makanan yang menempel pada jari-jarinya.” (HR.
Muslim)
3. Dari Jabir ra., ia berkata: Rasulullah SAW, menyuruh agar
membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada jarijari
tangan dan piring. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian
tidak tahu pada bagian mana makanan itu mengandung
berkah.” (HR. Muslim)
4. Dari Jabir ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Apabila
suapan salah seorang diantara kalian terjatuh, maka ambillah
dan bersihkan kotorannya, kemudian makanlah. Jangan
biarkan setan memakannya. Dan janganlah mengusap tangan
dengan sapu tangan, sebelum ia membersihkan sisa-sisa
makanan yang menempel pada jari-jarinya! Sesungguhnya ia
tidak mengetahui pada bagian mana berkahnya makanan itu.”
(HR. Muslim)
5. Dari Jabir ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
”Sesungguhnya setan selalu mengikuti setiap perbuatan
seseorang, bahkan sewaktu makan pun, setan mengikutinya.
Apabila suapan salah seorang diantara kalian terjatuh,
hendaklah ia mengambil dan membersihkan kotoran yang
melekat, kemudian makanlah itu! Dan jangan biarkan
dimakan oleh setan. Apabila selesai makan, Hendaklah ia
membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada
jarijarinya!
Sesungguhnya ia tidak tahu pada bagian mana
makanan itu yang mengandung berkah.” (HR. Muslim)
6. Dari Anas ra., ia berkata: Apabila Rasulullah SAW, makan,
beliau membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada
ketiga jarinya. Beliau bersabda: “Apabila suapan salah satu
di
antara kalian terjatuh, hendaklah ia membersihkan dan
memakannya! Jangan biarkan makanan itu dimakan setan.”
Beliau juga menyuruh kami membersihkan sisa-sisa makanan
yang berada di piring: “Sesungguhnya kalian tidak tahu pada
bagian mana dari makananmu yang mengandung berkah.”
(HR. Muslim)
7. Dari Sa’ad bin Harits, ia bertanya kepada Jabir ra.,
tentang
wudhu’ sehabis makan makanan yang dipanggang. Jabir
menjawab: “Tidak wajib berwudhu’. Pada zaman Rasulullah
SAW, kami jarang sekali mendapatkan makanan semacam
itu. Apabila mendapatkannya, tidak ada diantara kami yang
mempunyai sapu tangan untuk membersihkan tangan, dan
kami mengusap-usapkannya ke telapak tangan, betis atau
telapak kaki, kemudian langsung sholat tanpa berwudhu’ lebih
dahulu. (HR. Bukhari)
MEMPERBANYAK KAWAN DISAAT MAKAN
1. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW, bersabda: “Makanan
dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang
cukup untuk empat orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Jabir ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
SAW,
bersabda: “Makanan satu orang cukup untuk dua orang,
makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan
empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (HR. Muslim)
TATA CARA MINUM
1. Dari Anas ra., ia berkata: “Apabila Rasulullah SAW,
minum,
beliau bernapas tiga kali di luar bejana.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Janganlah kalian minum sekaligus seperti minumnya unta!
Tapi minumlah dengan dua atau tiga kali napas. Bacalah
basmallah sewaktu kalian mulai minum dan bacalah
hamdallah sehabis minum!” (HR. Tirmidzi)
3. Dari Abu Qatadah ra., ia berkata: “Nabi SAW, melarang
untuk
bernapas dalam bejana sewaktu minum.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
4. Dari Anas ra, ia berkata: Ketika Rasulullah SAW, diberi
susu
yang dicampur air, waktu itu di sebelah kanannya ada
seorang badui dan di sebelah kirinya ada Abu Bakar ra.,
kemudian beliau meminumnya lalu memberikan kepada orang
badui itu, seraya bersabda: “Yang kanan.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
5. Dari Sahal bin Sa’ad ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
diberi
minuman, maka beliau pun meminumnya. Waktu itu di
sebelah kanan beliau ada seorang pemuda (Ibnu Abbas), di
sebelah kirinya ada orang-orang yang sudah lanjut usia.
Kemudian beliau bersabda kepada pemuda itu (Ibnu Abbas):
“Bolehkah aku memberikan minuman ini kepada orang-orang
tua itu?” Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah saya tidak
akan memberikan bagianku darimu kepada siapa pun.” Maka
Rasulullah SAW, memberikan minumannya kepada Ibnu
Abbas.” (HR. Bukhari dan Muslim)
MAKRUH MINUM DARI MULUT QIBRAH (POCI)
1. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., ia berkata: “Rasulullah
SAW,
melarang untuk memecah mulut poci (qibrah) dan sebagainya
untuk minum dari padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah melarang
minum langsung dari mulut tempat air atau qirbah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Dari Ummu Tsabit Kabsyah binti Tsabit, saudara Hasan bin
Tsabit ra., ia berkata: “Rasulullah SAW, masuk ke rumah
saya, kemudian beliau minum dengan berdiri pada mulut
qirbah yang tergantung maka saya berdiri dan mulut qirbah
itu saya patahkan.” (HR. Tirmidzi)
Ia memecah mulut qirbah (tempat air dari kulit), semata
karena
menjaga bekas mulut Rasulullah SAW, untuk mengambil berkah
dan memeliharanya agar tidak dipakai untuk minum setiap
hari.
Hadits yang ketiga ini menunjukkan bahwa minum langsung dari
mulut bejana hukumnya makruh. Sedangkan hadits yang pertama
dan hadits kedua, hanya menjelaskan tentang keutamaan dan
yang
lebih sempurna.
MAKRUH MENIUP MINUMAN
1. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., ia berkata: Nabi SAW,
melarang
meniup minuman. Ada seseorang bertanya: “Bagaimana jika
saya melihat ada kotoran pada bejana tempat minuman itu?”
Beliau menjawab: “Buanglah minuman yang kena kotoran
itu.” Ia bertanya lagi: “Sesungguhnya saya tidak akan puas
hanya satu teguk saja.” Beiau bersabda: “Kalau begitu
jauhkanlah gelas dari mulutmu.” (HR. Tirmidzi)
2. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Nabi SAW, melarang
bernapas dalam bejana tempat minuman atau meniupnya.”
(HR. Tirmidzi)
BOLEH MINUM SAMBIL BERDIRI, TETAPI LEBIH
UTAMA DUDUK
1. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Saya pernah memberi
nabi
SAW, air dari sumur zamzam, kemudian beliau meminumnya
dengan berdiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari An-Nazzal bin Sabrah, ia berkata: “Ali ra., masuk ke
pintu gerbang masjid, kemudian ia minum sambil berdiri, dan
berkata “Sesungguhnya saya pernah melihat Rasulullah SAW,
berbuat sebagaimana yang kalian lihat sekarang (minum
dengan berdiri)” (HR. Bukhari)
3. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: “Pada masa Rasulullah
SAW,
kami pernah makan dengan berjalan, dan minum dengan
berdiri.” (HR. Tirmidzi)
4. Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya ra., ia
berkata: “Saya pernah melihat Rasulullah SAW, minum
dengan berdiri, dan pernah pula dengan duduk.” (HR.
Tirmidzi)
5. Dari Anas ra., dari Nabi SAW,: Beliau melarang seseorang
minum dengan berdiri. Qatadah bertanya kepada Anas:
“Bagaimana kalau makan?” Anas menjawab: “Makan dengan
berdiri itu lebih jelek dan lebih buruk.” (HR. Muslim) 700
6. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,
bersabda:
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum
dengan berdiri. Siapa saja yang lupa, hendaklah
memuntahkannya.” (HR. Muslim)
SUNNAT MINUM TERAKHIR ORANG YANG
MELAYANI MINUM ORANG BANYAK
1. Dari Abu Qutadah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Orang yang melayani minum orang banyak, hendaklah ia
paling akhir minum diantara mereka. Maksudnya, ia adalah
orang yang paling akhir minum.” (HR. Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
heryanto_6444@ymail.com